Selamat membaca. Jangan lupa tandai typo!
3-Juli-2022
Hal pertama yang Alif lakukan ketika sampai di rumah adalah langsung mencari bundanya. Si sulung Senja dan Gaza itu melempar asal tasnya begitu memasuki ruang utama.
"Bi, Bunda di mana?" tanya Alif pada Bibi Sarti yang tengah membersihkan guci antik.
"Ada di dapur, Aden."
Sambil mengucapkan terima kasih Alif berlalu. Langkah Alif melambat saat punggung bundanya terlihat. Wanita itu tengah sibuk menghitung boks makanan, menatanya dengan rapi.
Setiap hari Kamis Senja selalu menyempatkan waktu untuk mengantarkan makanan ke panti asuhan, dan hal itu sudah dia lakukan sejak melahirkan putra keduanya dan Gaza. Gewana.
Melihat sang bunda yang hendak mengangkat satu keranjang, entah isinya apa, Alif segera mencegahnya.
"Bunda, biar Alif aja," kata Alif seraya mengambil alih keranjang yang ternyata berisi buah. "Kenapa enggak minta tolong ke Bibi Sarti, Bun? Kalau Bunda kenapa-kenapa gimana?"
Alif segera menuntun Senja untuk duduk di kursi.
"Lho, kok, Bunda enggak dengar kamu salam? Udah sampe dari tadi?" Senja menatap Alif yang berdiri menjulang di hadapannya.
"Udah. Tadi Alif salam tapi Bunda enggak dengar. Terus ini apa aja yang belum selesai. Biar Alif yang ngerjain, Bunda duduk santai aja," ucap Alif sembari melihat apa saja yang harus dilakukannya.
Senja tidak memiliki pilihan. Dia akhirnya menjelaskan apa saja yang harus dilakukan Alif. "Tolong masukin jajanan ke dalam keranjang, ya. Habis itu bawa ke mobil," ucap Senja.
Alif mengangguk. Dengan segera dia melakukan perintah bundanya. Namun sebelum tangannya selesai memasukkan jajanan ke dalam keranjang, Alif berteriak memanggil pak Safri yang tidak lain adalah sopir keluarganya.
"Pak Safri! Pak!" teriak Alif.
Pak Safri, pria setengah abad itu seketika lari tergopoh-gopoh ke arah dapur.
"Iya, Den. Ada apa?" tanya Pak Safri sopan.
"Pak Safri, bantuin Alif bawa barang-barang ke mobil ya," ujar Alif seraya menunjuk apa saja yang harus di angkut ke mobil.
"Siap, Den!"
“Bunda enggak usah ikut bantu. Ini biar Alif sama Pak Safri yang bawa ke mobil."
Senja menggeleng pelan, selalu saja dirinya diperlakukan layaknya ratu oleh suami dan anak-anaknya. Meskipun segala kegiatannya tampak terbatas, seperti saat ini, Senja sama sekali tidak keberatan. Sebab dia tahu, suami dan anak-anaknya sangat menyayangi dirinya.
Karena tidak diperbolehkan membantu Senja akhirnya mengekor di belakang. Dipandanginya punggung Alif yang begitu gesit memasukkan barang-barang ke dalam mobil. Ada perasaan bangga dan bahagia di hati Senja, dia tidak menyangka secepat ini Alif tumbuh menjadi pria dewasa.
"Alif."
"Iya, Bun." Alif berbalik.
"Sebelum ke panti kita mampir beli ice cream dulu, ya."
Bibir Alif tersenyum mendengar permintaan bundanya. Kadang Alif tidak habis pikir kenapa bundanya begitu menggilai ice cream, meski begitu Alif tetap mengiyakan permintaan bundanya.
"Siap, Komandan!" kata Alif.
Pak Safri yang menyaksikan interaksi ibu dan anak itu hanya tersenyum. Di rumah ini, sang nyonya selalu diperlakukan layaknya ratu. Dan tidak ada keterpaksaan bagi Gaza, Alif, dan Gewana dalam melakukan apa yang diminta Senja.
![](https://img.wattpad.com/cover/315059714-288-k21528.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Singgah [End] ✓
RomanceNaskah pilihan WattpadRomanceID - SPOT LIGHT ROMANCE OF FEBRUARY 2024 Cinta terlalu manis, bahkan sekali pun terluka kamu akan tetap tersenyum. Aku dan kamu adalah perencanaan masa depan yang dipertaruhkan. Dan di sini kisah kita dimulai. Selamat...