1:

169 18 0
                                    

Enjoy
...........................................................

Cahaya mentari mulai mengusik dirinya dari tidur nyenyaknya. Ia menatap ke arah jendela yang sudah terbuka dan tampaklah sosok yang sudah berdiri dengan wajah yang dipenuhi senyum indahnya. "Bangun ayo, jangan lupa bangunin Nana juga." ujar sosok tersebut yang biasa ia panggil dengan Momy.

"Iya, Mom."

"Usahakan kamu banyak makan pagi ini, semalam kamu tidak turun untuk makan malam bukan?"

"Hem." Ia mengusap wajahnya dan mencoba duduk sambil mengumpulkan nyawanya yang masih sedikit tertinggal dialam mimpi. kedua kakinya melangkah di atas lantai kamar mandi yang dingin, ia menatap langit-langit kamar mandi sebelum menyalakan keran air yang memberikan air dingin kepada seluruh tubuhnya.

"Udah mandi juga ternyata, Renjun." sambut sebuah suara ketika ia keluar dari kamar mandi. "Jelaslah! dah sana mandi Na habis itu turun." jawab Renjun sambil melewati kembarnya yang bernama Jaemin dan sering dipanggil Nana. Renjun menuruni tangga lantai dua menuju meja makan yang berada di ujung lantai satu dekat dengan dapur. "Pagi Mom, Pagi Dady." sapa Renjun yang melihat suasana pagi di rumahnya.

Dady-nya yang bernama Yuta tengah membaca sebuah buku sambil menikmati teh hijau panasnya di meja makan dan sang Mama Winwin yang sibuk dengan acara memasak sarapannya. "Pagi." jawab Yuta yang masih menatap bukunya. "Gua gak di sapa, nih?" tanya seseorang ketika Renjun duduk di kursinya. "Ah!!! mendung sih makanya gelap dan gak keliatan." jawab Renjun di barengi dengan kekehan sang Momy. "Awas aja kamu, Jun!" seru orang itu dengan kesal dan tentunya ia adalah Xiaojun-Kakak Renjun.

"Shotaro, hati-hati itu masih panas susunya." ujar Winwin ketika anak bungsunya mengambil segelas susu yang tersedia di meja. Renjun juga meminum susu miliknya kemudian meraih dua lembar roti tawar dan selai stroberi. "Renjun jangan makan roti, ih." ujar Jaemin yang sudah ikut bergabung di ruang makan dan duduk di sebelah Renjun. "Lagi pengen kalau lo pengen ambil aja tuh!" Renjun melahap Rotinya dengan tenang. Jaemin hanya menggelengkan kepalanya pelan kemudian menggambil sarapan miliknya. "Apa kamu sedang terburu-buru?" Tanya Yuta tiba-tiba dan jelas pertanyaan itu mengarah untuk Renjun karena tidak mungkin Xiaojun, Jaemin atau pun Shotaro yang sedang menikmati sarapannya dengan tenang sedangkan Renjun terlihat jelas agak terburu dalam melahap roti selainya. "Ya, hari ini aku piket kelas." jelas Renjun sebelum menghabiskan susu miliknya dan kemudian mengecup pipi Yuta dan Winwin sebelum keluar dari rumahnya.

Ketika keluar dari gerbang rumahnya ia melihat seseorang dengan rambut gondrong yang diikat rapi dan tengah duduk di atas kursi motor ninjanya dengan posisi membelakangi Renjun. Renjun mendekati sosok itu sambil menyunggingkan senyum. "Memble! anterin gua ke sekolah yuk!"

"Astaga! gak usah ngagetin napa? untung jantung gua masih utuh."

"Gak usah lebay, anterin gua ke sekolah ya."

" Heh yang pertama panggil gua Hyung dan kedua motor lo kemana dah?"

"Disita."

"Mampus! Hahahaha...Awww!" Teriak si memble kesakitan karena mendapatkan cubitan maut Renjun. "Ketawa lagi gue injek-injek sekalian muka lo." ujar Renjun kesal dan mulai menaiki motor milik sahabat kecilnya itu yang bernama Kim Hyunjin dan biasa dipanggil memble. "Tega ama lo ama besti sendiri."

"Sejak kapan kita jadi besti?"

"Akhh...sakit ini hati gua." ujar Hyunjin sambil pura-pura meremat dadanya seolah apa yang dikatakan oleh Renjun adalah panah beracun yang melukai hatinya. Satu geplakan tepat mendarat di belakang kepala Hyunjin dan tentunya sang pelaku adalah Renjun "Gak usah lebay lo jadi orang!" ujar Renjun dengan ketusnya dan membuat Hyunjin terkekeh kecil mendengar hal itu. "Iya tuan putri, aing siap antar."

"GUA BUKAN PUTRI!!!" teriakan Renjun menjadi awal keduanya pergi dari halaman rumah itu.

***

"Dowerrrr!!!" suara Xiaojun terdengar menggelegar sampai ke rumah tetangga. "ASTAGA?! APA CANTIK, TUMBEN PAGI-PAGI TERIAK?!" ujar seseorang yang tiba-tiba kepalanya muncul di balik tembok pembatas antara halaman belakang rumah keluarga Nakamoto dengan keluarga Kim.

"Ngaca dikit bisa?"  Xiaojun menatap sosok itu dengan tatapan julidnya. Seseorang itu hanya menampilkan senyum tanpa bersalahnya ketika melihat Xiaojun yang memasang wajah hulid itu."Hehehe,iya jadi apaan manggil gua?"

"Balikin tugas punya gua! Lo sengaja ngumpetin makalah gua kan?!"

Yang di panggil dower itu terdiam seolah mengingat sesuatu hal sebelum ia tersenyum. "Iya, tapi kalau mau gua balikin itu tugas lo harus manggil 'Yeonjun Ganteng' gituh."
Xiaojun membuka matanya lebar-lebar ketika mendengar permintaan Yeonjun sebelum mengembalikan makalahnya.

"Idih...masih gantengan gua kali!"

"Oh ya udah kalau gak mau di balikin itu makalah gak papa." Yeonjun sengaja pergi dari sana untuk memancing Xiaojun agar mau menuruti permintaannya.
Tentu saja Xiaojun panik melihat Yeonjun yang akan kembali ke rumah dan tidak ada cara lain selain memenuhi kemauan tetangga dowernya ini.

"Ehhh!!! Iya, iya penting banget soalnya."

"Oke, coba manggil gua yang bener."

"Huff," Xiaojun menarik nafasnya untuk menyiapkan mental dan wajah malunya nanti ketika ia berhasil membuat sahabat kecilnya itu luluh. "Yeonjun Ganteng bisa balikin makalahku gak? Kumohon." ujar Xiaojun dengan wajah yang sengaja di imut-imutkan. Yeonjun yang melihat itu hanya bisa menahan tawa sebab jarang-jarangkan melihat teman sepergosipannya yang galak itu mau melakukan hal ini hanya demi beberapa helai kertas.

"Iya siluman cantik, ini makalahnya." jawab Yeonjun dengan nada yang sama seperti Xiaojun tidak lupa ia juga memberikan makalah yang di inginkan. "Makasih, awas aja lo." ujar Xiaojun yang masih tersenyum, akan tetapi terlihat jelas jika aura dan batinnya sedang mengutuk Yeonjun.

"Oh, ya jagain adek lo ya, kasihan gua liatnya kalau murung terus." ujar Yeonjun ketika Xiaojun sudah membalikkan tubuhnya hendak kembali ke dalam rumah. Tentu saja Xiaojun yang mendengar hal itu langsung berbalik cepat menghadap tembok di mana Yeonjun berada, tetapi anak itu sudah hilang dari pandangannya.

"Ya! Yeonjun! Siapa yang lo maksud?!"

Tak ada yang menjawab teriakan Xiaojun di sana, itu artinya lelaki narsis itu telah kembali ke dalam rumahnha sendiri dan mungkin sudah menyibukkan diri.

"Siapa?" gumam Xiaojun dengan langkah perlahan memasuki rumah karena merenungi ucapan Yeonjun.

***
"Renjun!!!" sebuah teriakan di ikuti langkah kaki yang begitu cepat dari belakang Renjun membuat ia bisa tahu siapa sosok yang memanggilnya seperti ini. "Apa, Bin?"

Sosok tinggi seperti tiang listrik itu kini sudah sejajar dengan Renjun membuat perbedaan tinggi keduanya begitu terlihat. Ia menunjukkan senyum lebarnya tidak lupa juga ia merogoh sesuatu dari saku celananya dan menunjukkannya pada Renjun.

Renjun mengerutkan kedua alisnya sambil menerima lipatan kertas yang di berikan oleh teman kelasnya itu.

"Sesekali lo juga harus ikut,Ren!"

"Ogah ah, males."
Renjun membuang kertas tersebut ke belakang dan untungnya dapat diambil kembali oleh sosok yang biasa dipanggil Soobin si manusia tiang oleh Renjun.

"Heh! Jangan gituh, nanti gua yang semangatin ama ndampingin lo di sana deh! Gua janji, nih."

"Beneran ya, Bin?"

"Beneran, Ren."

"Oke, gua ikut."

"Akhirnya temen gua ikut juga! Terharu gua sebagai ketua kelas."
Soobin yang terharu sengaja mengusap wajahnya pada pundak Renjun karena sangat sulit membujuk Renjun untuk kembali mengikuti kejuaraan melukis.

Ya, kertas yang di bawa oleh Soobin tadi adalah pamflet lomba lukis antar kota dan Soobin sebagai kawan sekaligus ketua kelas yang baik adalah membuat kawannya itu mengikuti lomba. Ia juga tahu sedikit permasalahan yang membuat Renjun enggan melakukan kegiatan melukisnya itu.

"Soobin najis! Ingus lo jangan di usap ke kemeja gua!" teriak Renjun membuat Soobin tertawa karena berhasil membuat Renjun mulai mengomel tidak jelas soal kemejanya yang menjadi lap.

Tbc.
........................................................................

Haruskah aing buat cerita ini?

My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang