5:

85 11 0
                                    

Enjoy
.
.
.
.
.....................................................................
Huening Kai kembali menghela nafas kecilnya ketika melihat monitor yang menayangkan beberapa slide serta balok-balok hasil rekaman alat musik yang ia gunakan. "Masih ada yang sulit?" tanya seorang lelaki paruh baya yang memiliki wajah lumayan mirip dengan Huening Kai dan duduk di sebelahnya dengan secangkir kopi.

"Lumayan, tapi sudah kuselesaikan bagian ini jadi ini sudah hampir selesai."

"Good job my son."

"Thanks Papa."

"Apa kau akan menginap di sini?" tanya sosok lelaki paruh baya yang Huening Kai panggil sebagai Papa tersebut. "Gak Pa, makasih buat kerja samanya." Huening Kai bangkit dari tempat duduknya kemudian pamit dan keluar dari ruangan tempat ia bekerja dalam membuat musik dan untuk kali ini ia harus bekerja sama dengan Papanya yang sudah lama tidak bersamanya sejak beberapa tahun lalu.

"Wah...ternyata sudah selarut ini ya?" gumam Huening Kai begitu ia keluar dari gedung tempatnya bekerja sambil melihat jam tangan yang menunjukan pukul 11 malam. Ia terkekeh pelan ketika mengingat hari ini ia bolos sekolah demi menyelesaikan pekerjaannya.

"Ini gue pulangnya jalan kaki lagi?" gumamnya sambil menatap jalanan yang cukup sepi. Ingin hati memesan grab atau semacamnya, namun baterai hpnya habis dan menunggu bus itu tidak mungkin karena tidak ada bus malam kecuali antar kota.

"Gapapa kuat olahraga malam!" ujarnya menguatkan diri untuk berjalan kaki pulang ke rumah walau bisa dikatakan jarak rumah dengan tempat kerjanya lumayan jauh.

***

"Pulang lo anjir!" seru Jeno mencoba menyeret sosok manis nan galak yang menjadi kembaran kekasihnya itu. "Gak! Harga diri gue di pertaruhkan Jen!"

"Goblok apa tolol lo?! Pulang! Nana ama Om Yuta dah khawatir noh!"

"Bodo! Bukan urusan lo Upil Kuda!" Renjun terus saja memberontak ketika ditarik kuat oleh Jeno untuk keluar dari tempat yang penuh dengan alkohol dan juga orang-orang yang ingin memuaskan nafsu duniawi.

Renjun yang terus memberontak membuat Jeno cukup kelelahan menarik tubuh mungil itu. "Harga diri lo cukup dijaga pakek logika goblok." ujar Jeno ketika berhasil membawa Renjun sampai ke parkiran bar tersebut. Jeno agak bingung bagaimana cara Renjun bisa mendapatkan akses masuk sedangkan dirinya dipersulit oleh pegawai keamanan bar padahal mereka sama-sama masih SMA.

"Itu urusan gue Jenong, lo sendiri ngapain repot-repot narik gue?"

"Om Yuta ama Nana udah khawatirin lo jadi bisa gak besok-besok lo gak usah ngerepotin ginih?"

Mungkim menurut Jeno yang ia ucapkan hanya sebuah ungkapan biasa, namun bagi Renjun ucapan Jeno membuat dirinya terdiam.

"Dah balik yuk, gue anter besok biar motor lo diambil ma Kak Xiaojun atau Bang Hyunjin." ujar Jeno yang akan menaikin motor miliknya. Renjun menggelengkan kepalanya pelan dan berjalan menuju motornya yang kebetulan terparkir tidak terlalu jauh dari motor Jeno. "Gue bisa balik sendiri, lo duluan aja gue gak bakal kabur Jen." jawaban Renjun yang begitu tenang tidak seperti tadi membuat Jeno berpikir bahwa Renjun sudah mulai tenang jadi ia bisa percaya jika Renjun benar-benar akan pulang sendiri.

"Oke kalau gituh gue duluan."

"Oke, hati-hati."

"Lo juga."

Renjun benar menaikin sepeda motor kesayangannya dan menjauh pergi dari area bar tersebut. Ia mengendarai dengan kecepatan begitu lambat, di balik helm yang ia kenakan ada air mata yang menetes.

"Gue emang sengerepotin itu ya Jen sampek lo ngomong kalau gue ngerepotin mereka?" gumam Renjun dengan mencoba menikmati perjalanan malam ini, ia sudah tidak peduli akan seperti apa dan bagaimana nasibnya nanti di rumah.

Sampai matanya tidak sengaja menatap punggung seseorang yang terasa familiar tengah berjalan santai di malam yang sudah cukup larut ini. Renjun sempat berpikir itu hantu atau sebagainya, namun ketika melihat sosok itu masih memiliki bayangan maka dirinya yakin jika sosok itu adalah sosok yang dia kenali. "Kai?" Panggil Renjun pelan, namun dapat di dengar oleh sosok tersebut.

"Oh, hai Kak, ngapain malem-malem gini?"
Renjun membuka kaca helm yang ia kenakan agar dapat dengan jelas melihat sosok yang bertanya ini.

"Harusnya gue yang tanya begitu, lo ngapain malem-malem gini masih jalan-jalan?"

Huening Kai menampilkan senyum kikuknya serta menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Aku baru pulang kerja Kak."

"Mau gue anter pulang?" tanya Renjun karena ia merasa kasihan dengan Huening Kai yang jalan sendirian tengah malam ini.

"Gak usah kak, nanti malah ngerepotin."

"Gapapa, sini gue boncengin."

"Btw mata kakak kenapa bengkak?"
Rupanya Huening Kai memperhatikan memperhatikan detail wajah Renjun membuat Renjun harus memalingkan wajahnya karena malu. "Kurang tidur gue makanya bengkak." Huening Kai hanya menganggukan kepalanya pelan, mempercayai apa yang dikatakan oleh seniornya itu.

"Kak Renjun yang kubonceng aja kalau emang kurang tidur."

"Gak, dah naik aja."

"Yakin, Kak?"

***

Entah bagaimana caranya sekarang Renjun berada di belakang Huening Kai sebagai penumpang. motor melaju dengan kecepatan normal dan terlihat tidak ada yang ingin memulai pembicaraan kecuali ketika Huening Kai menanyakan jalan menuju rumah Renjun.

Renjun yang memang dalam keadaan mood yang buruk begitu nyaman ketika ada didekat Huening Kai. Ia juga tidak mengerti kenapa hanya saja menatap punggung lebar adik kelasnya itu begitu membuat perasaan hangat menyebar dalam dirinya.

"Rumahmu yang mana, Kak?" Tanya Huening Kai ketika motor mereka memasuki perum perumahan tempat Renjun tinggal.

"Yang cat putih."

Huening Kai menganggukan kepalanya pelan mendapatkan jawaban seperti itu dari mulut Renjun. tak lama setelahnya keduanya sudah sampai di depan rumah Renjun dengan sosok yang sedang tidak ingin ditemui olehnya sendiri.

"Siapa?" tanya sosok yang menunggu di depan gerbang rumah yang tidak lain adalah Yuta. sudah cukup lama Yuta berdiri di sana menunggu salah satu anaknya yang pergi keluar tanpa pamit dan sekarang pulang larut malam dengan membawa seseorang yang tidak dikenal oleh Yuta sendiri.

"Malam Om, saya Kai adik kelas Kak Renjun." sapa Huening Kai dengan sopan ketika ia sudah turun dari motor Renjun. Yuta menatap tajam Renjun seolah meminta penjelasan yang lebih dari anaknya itu. Renjun memutar bola matanya malas ketika melihat rauh wajah ayahnya yang tidak enak dipandang belum lagi dengan kegugupan Huening Kai yang terlihat jelas jika anak itu sedikit takut.

"Namanya Huening Kai, adik kelas Renjun yang kebetulan tadi ketemu di jalan lagi jalan sendirian." jawab Renjun sambil melepas helm yang ia kenakan. "Ngapain malam-malam gini dijalan?" tanya Yuta dengan wajah yang masih menakutkan bagi siapa pun yang baru pertama kali melihat. "Saya mau pulang setelah kerja Om, tapi kebetulan busnya sudah habis di jam selarut ini." jelas Huening Kai dengan sangat sopan dan menampilkan seulas senyumnya.

"Dimana rumahmu?" tanya Yuta lagi dan tentu segera dijawab oleh Huening Kai dengan harapan ia bisa diantarkan pulang malam ini.

"Di komplek mawar Om." 

"Oh, jauh juga dari sini ya, menginap saja malam ini dan besok akan Om antar pulang, ayo masuk dulu."

jawaban yang diberikan Yuta cukup membuat dua orang di sana mematung kaget karena setahu Renjun itu ayahnya termasuk orang yang sangat sulit menawarkan bantuan kepada orang-orang yang baru dikenalnya.

Sedangkan Huening Kai sendiri tidak mengira orang tua Renjun cukup baik padanya walau wajahnya mirip yakuza yang sering ia tonton dalam serial drama jepang.

"Ayo masuk, gue tunjukin sekalian kamar tamunya." ajak Renjun dan dijawab anggukan kepala oleh Huening Kai. Keduanya menyusul Yuta yang sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah. 

Malam itu untuk pertama kalinya di rumah Nakamoto ada dominan berumur muda yang diterima menginap oleh sang kepala keluarga. Mungkin akan jadi berita heboh untuk para tetangga di pagi harinya ya.

tbc.

.....................................................................

My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang