2:

106 14 0
                                    

Enjoy
...........................................................
Yang namanya penyesalan pasti datang terakhir, yang namanya renungan pasti juga di akhir dan yang namanya pengalaman pastilah sudah dialami. Kira-kira pesan itu yang di sampaikan oleh Renjun lewat coretan yang dibuatnya pada sebuah kanvas putih.

Ia menghela nafas ketika melihat lukisan yang dibuatnya masih setengah jalan, akan tetapi ia tidak sanggup untuk melakukannya lagi. Ada sedikit rasa kesal dalam diri Renjun pada Soobin yang memaksanya untuk melakukan kegiatan yang sudah sangat lama ia lupakan ini. Kegiatan yang menyimpan banyak kenangan buruk yang seharusnya dari awal Renjun tidak mempelajari dan mempraktekannya.

Lelaki manis itu mulai melepas apron yang ia kenakan dan meletakkan di sembarang tempat di ruangan yang cukup luas untuk dihuni oleh dirinya sendiri. Ruangan dengan beberapa alat musik dan beberapa alat seni yang sudah cukup berdebu karena sudah tidak memiliki pemilik. Ruangan yang digunakan oleh Renjun sebenarnya bekas ruang club musik, akan tetapi club itu sudah 5 tahun mati dan membuat ruangan itu menjadi tempatnya melukis ketika pertama kali masuk di sekolah oleh karena itu ada beberapa alat lukis di ruangan ini.

Renjun memilih untuk membaringkan tubuhnya di atas sofa yang tidak terlalu berdebu. Ia menatap langit-langit ruangan dengan pikirannya yang sudah sedikit kacau karena melukiskan perasaan yang selalu menghantui dirinya sejak kejadian di masa lalu yang membuatnya lebih memilih untuk sendiri.

***

"Lo Ngapain?" tanya seseorang yang memiliki bola mata yang cukup besar dan bersinar membuat orang yang melihat cukup terpukau dengan hanya di tatap saja. Ia duduk di sebelah sosok berdarah campuran yang asik mencoret-coret sesuatu di buku latinnya.

"Gabut!" jawab sosok lelaki berdarah campuran itu tanpa melihat sebelahnya. "Ck! Gabut tuh agak bermanfaat dikit napa? Malah bikin coretan kagak jelas."

"Taehyun, mending lo diem deh dari pada nada-nada dalam kepala gue ilang begitu aja."

"Lo buat lagu lagi, Kai? Bukannya kemarin lo udah buat dua ya?"

"Yang kemarin itu demonya belum ke lirik ama yang lain dan gak tahu kenapa hari ini gua juga buat demo lagu lagi."

"Lo buat banyak-banyak tuh demo gak ada yang selesai full."

"Ya, itu karena gua gak ada alat musiknya secara lengkap, di rumah gua cuman ada gitar, piano ama ipad doang."

"Kata siapa gak lengkap?" sebuah suara mengintropsi kedua orang yang sibuk berdebat itu, membuat keduanya menatap ke sumber suara yang di miliki oleh lelaki berwajah manis dan cukup populer di semua kalangan warga sekolah. "Eh, Kak Beomgyu ngapain ke sini?"

"Biasa." jawab Beomgyu sambil melirik ke arah Taehyun yang terlihat malas melayaninya. Huening Kai yang memahami itu terkekeh dengan apa yang ia lihat sekarang. "Emang lo tahu dimana alat yang lengkap?" tanya Taehyun dengan menatap Beomgyu malas. "Tahulah! Ruang club musik!"

"Bener juga lo!"

"Heh, sesekali yang sopan ama gue Hyun."

Taehyun memutar bola matanya malas mendengar kekesalan Beomgyu. "Ogah sopan ama lo yang aneh begitu."

"Kai, lihat temanmu itu menyebalkan!"

"Walau menyebalkan, Kak Beomgyu suka kan?" ujar Huening Kai membuatnya mendapatkan sebuah geplakan maut dari Beomgyu yang sepertinya makin kesal karena du goda seperti itu. "Udah yok kita ke club musik, kalau beneran lengkap lumayanlah lo bisa dapat nyelesaiin lagu lo."

"Bentar, gak bakal semudah itu Gyu kalau mau masuk ruang club musik harus ada alasan logisnya biar dibolehin." ujar Taehyun mencegah Beomgyu yang baru saja menarik lengan Huening Kai. "Terus gimana?" Beomgyu juga menyetujui hal itu karena jika tidak dengan alasan logis pasti cukup sulit untuk meminta ruangan club musik di buka.

"Gampang! Bilang aja kita mau ngidupin club musik lagi." jawab Huening Kai dengan senyum lebar penuh semangat. "Kita?" ujar Taehyun dan Beomgyu bersamaan karena jika boleh jujur walau Beomgyu lumayam menyukai musik, tetapi dia malas untuk masuk ke dalam club mati itu dan untuk Taehyun, dia memang kpopers sejati, tapi jika di suruh masuk ke club musik jangan dululah.

"Iya, kita, gue, lo ama Kak Beomgyu, kan udah sesuai tuh ama peraturannya menghidupkan atau membuat club baru, yaitu beranggotakan tiga orang." Beomgyu dan Taehyun secara otomatis saling bertukar tatapan, seolah akan menyampaikan ketidak setujuan mereka, akan tetapi melihat semangat serta wajah penuh harap milik Huening Kai membuat kedua orang itu terpaksa menyetujuinya.

"Oke, tapi gue gak pinter apa-apa soal musik." Taehyun hanya bisa mengungkapkan hal yang sejujurnya kepada sahabatnya yang bersemangat itu.

"Gapapa Hyun, lo bisa jadi vokal, kan suara lo oke tuh." Huening Kai menjawabnya dengan semangat luar biasa dan juga sepertinya ia juga sangata memahami jika suara Taehyun itu sangat cocok ubtuk bernyanyi.

"Gue bisa main gitar ama piano doang plus ya kalau kita udah kebentuk anggota harus ada guru pembimbing clubnya." Setidaknya di sini juga Beomgyu ingin membantu adik kelas kesayangannya itu dan kebetulan memiliki bakat dalam bermusik.

"Tenang aja kalau itu, gue tahu siapa yang cocok." Huening Kai menampilkan senyum lebarnya membuat Taehyun dan Beomgyu cukup penasaran siapa yang akan diajak oleh Huening Kai untuk menjadi guru pembimbing club musik mereka.

***
"Gue gak nyangka kalau lo bakal ngajak guru fisika itu, tapi untung Pak Namjoon mau." ujar Taehyun setelah mereka bertiga menemui guru yang dimaksud Huening Kai cocok untuk menjadi guru pembimbing club. "Ya jelas mau, orang itu hobi Pak Namjoon juga, lagian ya kenapa Kak Beomgyu masih ngikutin kita? Gak mau ke kelas?"
Beomgyu menepuk jidadnya seolah sadar apa yang dikatakan oleh Huening Kai itu benar dan cukup menyadarkan dirinya.

"Lah! Anjir gue lupa kalau gue kakak kelas kalian! Hyun anterin gue ya!" tanpa persetujuan Taehyun, Beomgyu menarik lengan Taehyun untuk mengikuti dirinya dan meninggalkan Huening Kai yang mengenggam kunci ruang club. "Apa boleh buat? Gue sendiri aja lah."

Huening Kai berjalan dengan ringan menuju ruangan yang cukup jauh dari ruang club atau ruang kelas lainnya dikarenakan demi kenyamanan bersama dimana memang ruangan musik membutuhkan tempat yang jauh dari keramaian agar tidak menganggu sekitar.

"Nah, mari kita," baru saja Huening Kai memegang gagang pintu ruang musik, pintu itu sudah terbuka sedikit menandakan jika ruangan itu tidak terkunci membuat Huening Kai cukup kaget. "Lah?! Kok bisa gak dikunci?" gumam Huening Kai dengan tangannya yang terus mendorong pintu ruang musik itu secara perlahan. Yang pertama dilihat oleh kedua mata Huening Kai adalah sosok cantik yang tertidur di atas sofa panjang ruangan tersebut dengan damainya, terlihat sekali dari dengkuran halus yang dikeluarkan oleh sosok tersebut.

"Bukannya ini Kak Renjun?" Huening Kai mendekat secara perlahan seolah enggan mengusik tidur sosok yang ia panggil Kak Renjun itu. Ia mendekat dan mengamati wajah tegas nan manis milik Renjun. "Kak Ren kalau tidur cantik, tapi kenapa harus sambil cemberut sih? lucu." gumam Huening Kai begitu gemas dengan Renjun yang masih nyaman di alam mimpinya. "Selamat bermimpi Princess."

***

"Hoooahhh!!!"

"Puas tidurnya tadi?" tanya Jaemin dengan langkah kaki yang mencoba sama dengan Renjun. "Belumlah!" Renjun memajukan bibirnya dengan kesal ketika Jaemin dalam mode nyinyir. "Santai aja kali Twins, nyolotnya dikurangin ya biar ada yang suka."

"Bodo Na! Bodo kalau ada yang betah ama gue yang gak mungkin berubah lembut kek lo atau Shotaro." Jaemin menghela nafas ketika Renjun sudah memulai akan membandingkan saudaranya yang lain denagn dia sendiri. Jujur itu cukup menyakitkan bagi Jaemin selaku kembaran Renjun. "Udah-udah, ayo kita makan es krim aja."

"Hah...Na asal lo tahu yang keliatan itu justru yang gak terlihat." ucap Renjun sambil mendahului Jaemin yang terhenti langkah kakinya karena ucapan Renjun.


tbc.
........................................................................

hai2 aing akhirnya nulis lagi setelah sekian abad kagak updet-updet.

jangan lupa buat tinggalin jejak ya.

bye2 semua!

My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang