Enjoy
...........................................................
"Thanks udah nemenin gue." ujar Renjun kepada Hyunjin. Hyunjin terkekeh mendengar hal itu dari mulut sahabatnya itu."Untuk lo, apa sih yang kagak?"
"Najis!"
"Heh, masih baik gue gak minta lo ngasihin kado ke Dedek Ayen."
"Gue masuk!" Renjun sudah kesal jika berdebat dengan Hyunjin yang sudah mode bucin, jadilah ia masuk ke rumah membiarkan Hyunjin yang mungkin tengah menertawakan dirinya.
Renjun membuka pintu ruang utama dan melihat Jaemin yang duduk seolah menunggu dirinya kembali pulang. "Ren, Kenapa lo tadi berangkat sekolah?"
"Kenapa? Lagian yang sekolah gue bukan lo."
Renjun berusaha mengacuhkan Jaemin yang sepertinya sedikit kesal karena kejadi tadi pagi. Renjun tidak pernah meminta Jaemin untuk mengizinkannya agar tidak sekolah, tapi kembarannya sendirilah yang selalu berinisiatif sendiri melakukan hal itu dan karena hal itu pula Renjun pasti akan selalu dibandingkan oleh Dadynya.
"Tapi gue udah ngizinin lo buat gak masuk sekolah Ren." ujar Jaemin yang mengikuti langkah kaki Renjun menuju kamar mereka. "Lo harusnya istirahat, keadaan lo semalam kacau banget." Renjun berhenti dan berbalik menatap Jaemin. "Abaikan keadaan gue seperti biasanya Na, lo gak usah sok baik ama gue." Renjun segera masuk kamar dan mengunci pintunya dari dalam seolah tidak membiarkan Jaemin masuk.
Jaemin menghela nafas. Ia hanya ingin Renjun bisa beristirahat di rumah dengan tenang tanpa harus membolos, tapi Jaemin tidak mengerti mengapa Renjun seolah menjauhinya sejak SMP sampai sekarang.
Di balik pintu kamar, Renjun menghela nafasnya dengan kasar. "Andai lo tahu apa yang sebenarnya gue rasain,Na." gumamnya sebelum berbaring di atas ranjang.
***
"Dady!!!" seorang anak umur 7 tahun penuh dengan coretan cat warna berlari mendekati sosok pria berwajah tegas dengan kaos hitam. Sosok tegas itu menatap putranya dengan seulas senyuman seolah siap merespon apa yang akan putranya katakan. "Dad lihat aku men-" belum putranya selesai bicara suara lain memanggilnya.
"Dady!!! Aku dapat juara puisi!" ujar sosok anak yang berumuran sama dengan anak yang yang berlumuran cat warna. "Nana hebat!" sosok tegas itu menggendong putranya yang membawa piala dan memujinya sedangkan anak satunya hanya tersenyim tipis dengan menyembunyikan secaris kertas gambar di tangannya.
"Jadi Renjun, apa yang mau kamu bilang?" tanya sosok tegas yang tidak lain adalah Yuta. "Ah itu-"
"Dady!!! Yeeee! lihat Dad! Aku juara modeling anak nih!" teriak seorang anak yang berumur 9 berlari mendekati ayahnya dengan membawa sebuah piala dan juga piagam. Di belakangnya terlihat pria mamis tengah menggendong balita yang masih sangat imut.
"Dady harus lihat Xiaojun di panggung tadi, dia terlihat keren." ujar pria manis itu dengan senyum bahagia. "Benarkah? Wah...Dady keknya nyesel gak ikut tadi."
Semua terlihat sangat bahagia, saling melontarkan pujian dan rasa bangga sedangkan seorang anak lainnya hanya bisa menunduk sebelum meninggalkan keluarganya yang berbahagia itu.
Ia menatap kertas gambar yang ia lukis potret keluarganya yang saling bergandengan tangan dengan senyum terpatri di wajah mereka."Mereka senang ya." gumamnya dengan nada sedih. Bukannya tidak ingin menunjukan hasil gambarnya, hanya saja kedua orang tuanya fokus dengan saudara-saudaranya yang lain.
###
"RENJUN! TIDAK BISAKAH KAU BERSIKAP LEBIH SOPAN?!" Renjun yang masih berumur 9 tahun hanya bisa menunduk. "Tapi Dad-"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story
Teen FictionHanya cerita Renjun dengan masalahnya sendiri. #Renjun Uke #Hueningkai Seme