8:

59 6 2
                                    

Enjoy
...........................................................
"Kai, jangan maksain diri kamu dulu, besok katanya kamu tampil perdana di sekolah bukan?" ujar Mama Kai yang terlihat khawatir dengan putranya. Huening Kai tersenyum tipis dan memeluk sang Mama. "Mama gak usah khawatir, Kai bisa jaga diri, lagi pula pekerjaan Kai gak seberat Kak Lea." Huening Kai selesai memakai sepatunya dan berpamitan untuk bekerja dengan menggunakan sepeda.

Inilah kegiatan Huening Kai setiap harinya setelah sepulang sekolah, bekerja part time di beberapa tempat seperti membantu membungkuskan paket di toko baju, menjadi pegawai minimarket dan ketika hari libur ia akan bekerja di cafe dekat rumahnya.

"Hai Kak Yuna." sapa Huening Kai kepada manager begitu sampai di toko baju.

"Oh, Hai Kai, langsung aja ke belakang, ada beberapa barang yang harus dibungkus."

"Siap Kak!"

Kai memulai pekerjaannya, dia berharap besok mendapatkan izin libur dari semua tempat pekerjaannya agar lebih fokus istirahat setelah ngeband mungkin.

"Kai, kamu masih butuh uang kan?" tanya Yuna sambil mendekatin Huening Kai yang fokus memplaster bungkusan baju pesanan.
"Iya Kak."

"Kakak minta maaf ya, kalau kamu minta libur kakak bisa kabulin, tapi soal mau gaji kamu di kasih sebelum waktunya tuh susah." Huening Kai memasang wajah kecewa sesaat dan kembali menyunggingkan seulas senyumannya. "Gak apa-apa Kak, makasih buat liburnya."

Yuna tersenyum lembut dan memberikan selembar kertas ke Huening Kai. "Sebuah hotel bintang 5 membutuhkan pekerja part time besok malam ketika ada acara, hanya sehari itu, tapi uang langsung dibayar setelah acara selesai, anggap saja ini sebagai pengganti aku tidak bisa memberikan gajimu besok."

"Terimakasih Kak!"

***
"Tuxedo itu cocok, Jun." ujar Xiaojun dengan senyum lebar melihat sang adik yang memakai tuxedo.
Shotaro juga memberikan reaksi yang sama senangnya melihat Renjun memakai tuxedo pilihan sang kakak.

"Kita cuman mau makan malam kolegan doang kenapa kek mau ada nikahan orang?" kesal Renjun yang langsung mendapatkan kekehan dari Jaemin. "Kolegan besar soalnya, makanya harus yang rapih banget, kan cocok sama potongan baru lo."

"Kalian jebak gue ini, gue berasa kek lebih tua dari umur gue ya." Renjun mengerucutkan bibirnya malas dengan ekspresi senang saudara-saudaranya.
"Janji loh Jun, jangan kabur lagi besok ya." ujar Xiaojun sambil mengusak rambut Renjun gemas. "Ck...iya-iya, tapi gue mau juga karena kalian janjiin bisa balikin motor kesayangan gue."

"Iya Kak, Kak Ren gak usah khawatir kita boong." ujar Shotaro dan mulai membantu Renjun dengan memberikan setelan baju sebelum ia memakai beberapa tuxedo tadi.

Selesai memilih tuxedo untuk acara, Xiaojun memilih untuk pergi membayar beberapa belanjaan baju mereka.
Renjun, Jaemin dan Shotaro menunggu dengan santai di ruangan yang sudah disediakan.

"Ah, Kalian putra-putra dari keluarga Nakamoto bukan?" sapa seorang pria berumur paruh baya dengan perut buncit dan mereka mengenal pria itu sebagai salah satu kolegan Dady mereka.

"Iya Om." Jaemin dan Shotaro menyunggingkan senyum sopan mereka berbeda dengan Renjun yang melirik pria itu dari bawah ke atas.

"Kalian sama sekali tidak berubah, malah semakin menarik ya." pria itu menatap mereka satu persatu dengan tatapan yang sulit diartikan. "Terimakasih Om." jawab Jaemin dan Shotaro bersamaan. "Terutama kamu ya nak," Pria itu menatap Renjun sebelum dilanjut dengab ucapan. "Om harap kalian bisa hadir di pesta besok, pasti akan menarik jika kalian datang secara lengkap, Om pamit dulu." pria itu pergi meninggalkan mereka bertiga, Renjun berbisik kepada Shotaro dan Jaemin.

"Hati-hati dengan Pak Tua itu, kalian masih ingatkan siapa yang kusiram minuman dulu?"

Kedua saudaranya mengangguk paham. "Kurasa orang itu sudah merencanakan hal buruk." lanjut Renjun memberikan peringatan kepada kedua saudaranya. "Bagaimana kalau kita terjebak olehnya?" tanya Jaemin yang agak merinding mengingat masa lalu tentang orang tadi.

"Kasih semprotan cabai, nanti gue buatin buat kalian."

"Nanti kalau dimarahin Dady gimana Kak?"

"Gue yang urus itu buat kalian."

Lagi-lagi Renjun melakukan pengorbanan demi saudaranya, ia merasa dimarahi, dibentak, dipukul dan hukuman lainnya sudah melekat pada dirinya hingga ia sudah terbiasa.
Ia tidak akan tega jika semua itu dirasakan oleh semua saudaranya, sebisa mungkin dirinya menjadi tameng dan pundak mereka disaat orang dewasa tidak peduli.

"Udah beres, kita balik." ajak Xiaojun ketika beres membayar semua keperluan mereka. Renjun dan Jaemin langsung membantu membawakan belanjaan sedangkan Xiaojun menatap seseorang sesaat sebelum mengikuti ketiga adiknya yang sudah berjalan meninggalkannya.

***
Renjun menghela nafas pelan. Hari ini adalah hari dimana ia akan melihat lukisannya dipajang dan dinilai-itu pun jika lulus seleksi dari guru-guru.

Galleri lukisan sederhana yang dibuat oleh osis cukup membuat Renjun kagum, penataan cahaya dan juga pemajangan lukisan juga cukup baik untuk ukuran galleri buatan anak SMA.
Di lapangan sudah dibuat sebuah panggung untuk penampilan perdana band sekolah mereka. Banyak murid SMA dari sekolah lain datang untuk menikmati galleri, standfood, dan juga menunggu penampilan band musik.

Soobin tiba-tiba saja mengandeng lengan Renjun. "Ayo masuk! Lo belum liat Gallerinya kan?"

"Belum."

"Kalau gituh gas! Biar orang-orang tahu betapa berbakatnya temen gue ini."

Renjun menghela nafas malas apalagi ketika ditarik dengan Soobin untuk masuk ke dalam galleri. Bukan karena malas atau apa, tapi Soobin ini tidak paham seni kecuali anime dan game.
Renjun pasti akan mendengar ocehan Soobin yang layaknya komentator seniman, tapi tidak ada gunanya sama sekali.

Renjun melihat isi galleri yang dihiasi dengan lukisan indah sampailah ia di depan lukisan miliknya yang dipajang.

"Indah ya." ujar sebuah suara yang cukup dikenal Renjun. "Iya, Dower ngapain ke sini?"

Yeonjun tertawa kecil, ia tidak menyangka jika adik dari Xiaojun ini pintar mengenali suaranya. "Jelas nemuin ini titan." ujar Yeonjun sambil mengandeng tangan Soobin.
"Ck, anak-anak kampus boleh ke sini?"

"Bolehlah, noh Memble di luar."

"Gak ah, paling dia datang tujuannya sama kek lo, buat ngapelin ayanknya."

"Renjun, sorry ya, gue ama Bang Yeonjun pergi kencan ke stand food ya."
Ujar Soobin yang merasa tidak enak dengan Renjun. Renjun menatap masam pasangab tersebut, ia sudah biasa dibeginikan oleh temannya yang setinggi tiang listrik ini.

"Ya sana-sana! Lo emang kagak setia kawan elah."
Yeonjun dan Soobin pun pergi meninggalkan Renjun yang masih menatap hasil lukisannya. Ia cukup senang melihat lukisannya terpajang di galleri walau hanya galleri sederhana seperti ini. "Bagus."
Renjun menatap sebelahnya dan ia melihat Huening Kai yang juga menatap lukisan miliknya.

"Kesan perjuangan, kesedihan dan juga kebanggaan kelliatan dari lukisan Kakak." komentar Huening Kai yang cukup membuat Renjun kagum dengan pengamatan seninya.

"Terimakasih." balas Renjun singkat. "Kak Renjun, jangan lupa habis ini liat penampilan bandku ya." ujar Huening Kai menatap Renjun dengan senyuman yang cukup menghangatkan. Renjun membalas senyuman itu dan mengangguk membuat Huening Kai cukup senang. "Kalau gituh sampai ketemu lagi di lapangan!" adik kelas Renjun tersebut mulai pergi meninggalkan dirinya.

"Ini gue yang ngerasa aneh atau memang wajah Huening Kai lumayan pucat dari biasanya ya?" batin Renjun menatap punggung Huening Kai yang semakin jauh dari pandangannya.

........................................................................

My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang