3

86 11 0
                                    

Enjoy
...........................................................
Kesunyian malam di rumah keluarga Nakamoto seketika sedikit berubah ketika suara tamparan keras dilayangkan oleh sang kepala keluarga kepada anak keduanya.

"Kenapa kamu berubah Renjun?! Dady dapet laporan kamu bolos sekolah tadi, belum lagi judi yang baru aja kamu lakuin! Kamu gak punya otak atau bagaimana?!" teriak sang kepala keluarga dengan wajahnya yang sudah merah padam. Ia tidak mengerti dengan anak keduanya yang berubah menjadi sedikit berandal, perjudian dan juga balapan, dua hal itulah yang selalu ia dengar dan lihat dalam diri anaknya saat ini.

Sang anak hanya menundukkan kepalanya dalam sambil memegang pipi kanannya yang baru saja di tampar keras oleh Dady nya. "Hah...jangan ulangi lagi, jika masih diulangi Dady gak akan segan-segan buat nyekolahin kamu di jepang sana."

"Dady! Jangan begitu, Renjun masih mau lulus di sini!"
Renjun menatap ke arah Yuta dengan tatapan tidak percaya. Ia tidak mau jika sampai di pindahkan sampai ke jepang, tempat kelahiran Dadynya yang jelas keluarga Dady nya cukup tegas dalam melakukan aturan dan Renjun enggan melakukan hal yang terlalu ketat dengan aturan itu.

"Makanya lebih penurutlah, coba jadi seperti salah satu saudara-saudaramu, sana minta Momy kompres luka itu, maafin Dady juga." ujar Yuta setelah menghembuskan nafasnya dengan kasar dan berbalik pergi menuju ruang kerja miliknya. "Renjun," suara lembut Winwin memanggil anak keduanya dengan wadah berisikan air es beserta kain di tangannya. "Sini Momy kompres lukanya." Renjun mendekati Winwin dengan senyum kecil di wajahnya. Beruntung malam ini saudara-saudara Renjun sedang tidak ada di rumah karena kesibukan masing-masing.
Xiaojun yang menginap di rumah Yeonjun karena ada yang perlu dibahas soal acara kampus mereka, Jaemin dan Shotaro masih di tempat les mereka, jadilah Renjun sendiri di rumah dan hanya di temani oleh kedua orang tuanya.

"Kemari." Winwin mulai mengkompres luka ruam merah di pipi Renjun dengan lembut. Kadang Renjun tidak mengerti kenapa Winwin tidak membela dirinya atau menyelamatkannya ketika sedang di marahi oleh Sang Dady-Yuta. "Apa sakit?" tanya Winwin sambil mengusap bekas luka tersebut dengan perasaan khawatir. Renjun menampilkan senyum manisnya yang justru sedikit melukai hati Winwin.

"Gak Kok Mom, lagian gak satu apa dua kali Renjun dapet luka begini dari Dady."

Miris, itulah yang dirasakan oleh Winwin saat ini. Ia mengerti Yuta adalah seorang ayah yang sangat protektif dan sayang kepada anak-anaknya sehingga Yuta mendidik mereka berempat sedikit keras apalagi dengan Renjun. Winwin tidak menyukai cara Yuta itu, kana tetapi ia juga malas berdebat panjang hanya karena hal ini.

"Maafin Momy, ya Ren." ujar Winwin lembut dengan wajahnya yang menubduk ke bawah. "Gak usah minta maaf Mom, ini salah Renjun juga." senyum Renjun lagi-lagi malah menyakiti hati kecil Winwin. Ia tidak suka ketika anaknya menampilkan senyum ketika mereka terpuruk atau sebaginya. Winwin memeluk Renjun kemudian mengusap kepala belakang Renjun dengan lembut.

***
Kali ini Renjun menghela nafas berat melihat Jaemin yang menuduk dengan air mata yang sudah menuruni pipinya. "Maaf Renjun, seharusnya kejadian itu gak terjadi dan lo gak seharusnya nangung semua ini."

"Udahlah Na, semua udah terlanjur dan berhenti nyalahin diri lo lagi ya, katanya lo mau sembuh dari trauma lo kan, jadi lo gak usah ngurusin gue juga ya." ujar Renjun kemudian memeluk tubuh kokoh yang kali ini sedang bergetar menangis. Jaemin mengeratkan pelukannya pada Renjun dengan air mata yang belum mau berhenti. Renjun mengusap punggung Jaemin dengan lembut kemudian memejamkan kedua matanya mencoba mengingat awal dari semua ini.

Flash back...

2 tahun lalu...

"Hah...lo yakin akan hal ini, Na?" tanya Renjun sambil mengeratkan jaket yang ia kenakan. Malam ini entah kenapa begitu dingin dari biasanya. Jaemin mengangguk mantap akan pertanyaan kembarannya itu. "Iyalah! Lo pikir gue bakal kalah dengan hawa dingin begini? Gak my twins."

"Gak gituh cuman gue ada perasaan gak enak ama balapan lo malam ini."

"Ck! Gak usah khawatir, asal lo gak bocor ke Dady Momy, nyawa gue aman kok."

"Serah lo! Gue mau nunggu di luar arena kek biasa, di cafe biasanya nanti kalau udah beres telpon gue ya."

"Siap!"

Sudah biasa Renjun dan Jaemin pergi ke arena balap liar untuk mengikuti balapan atau pun hanya sekedar menonton, akan tetapi yang paling sering mengikuti balapan hanyalah Jaemin. Renjun hanya sesekali ikut, itu pun karena dipaksa oleh Jaemin.

Renjun memilih untuk duduk tenang sambil meminum coklat panasnya dan sesekali melihat ke tempat yang menjadi tempat balap liar. Banyak sekali anak muda yang seumuran dan di atas mereka di sana dan itu membuat Renjun malas menunggu di dalam sana.

"Hai, Jun sendiri aja kamu di sini?" sebuah suara yang cukup di kenal Renjun mengalihkan perhatiannya pada tempat balap liar. Renjun menoleh ke arah pemilik suara tersebut. "Oh, Kak Harvy, Kakak ngapain di sini?"

"Baru selesai balapan ama temen dan karena haus jadi Kakak ke sini." jawab lelaki tampan berwajah barat itu. Ia duduk di hadapan Renjun dengan segelas kopi panas di tangannya. "Kakak menang?"

"Jelas! Tidak." keduanya tertawa entah apa yang di tertawakan. "Kakak gak menang kok bangga banget, sih?" Renjun menghapus air mata yang keluar karena tertawa tadi. "Ya, karena taruhannya gak seberapa."

"Emang taruhannya apa?"

"Kakak cuman mempertaruhkan sepatu yang baru lusa kemarin beli terus temen Kakak uang sekitar 2 juta kalau gak salah."

"Bentar, maksud Kakak sepatu adidas keluaran limited itu kan?!"

" Yaps!"

"Bodoh! Itu namanya rugi! Astaga Kak Harvy." Renjun kadang tidak mengerti apa yang di pikirkan oleh orang yang ada di jadapnnya ini. Terlalu baik iya, terlalu bodoh juga iya, rasanya Harvy itu definisi malaikat berwujud manusia karena sifatnya. "Gak kok, sans aja Ren, lagian buat Kakak gak ada ruginya kalau bisa liat kamu di sini." ucapan Harvy itu membuat semburat merah di kedua pipi Renjun. "Kebanyakan main ama dower jadi kang gombal kan, Kak Harvy." Renjun mengatakan hal tersebut sambil memajukan bibirnya dan membuat Harvy gemas sendiri karena hal itu.
Ketika keduanya asik bercengkrama di sertai perasaan yang terus bertumbuh di antara keduanya sampai hp Renjun berdering menghentikan kegiatan keduanya.

"Hallo, ada apa Na?" tanya Renjun ketika ia mengangkat telepon yang berasal dari nomer kembarannya, tetapi suara di sebrang sana bukanlah kembarannya melainkan orang lain.

"RENJUN! GAWAT SI NANA KALAH TARUHAN! DIA DI SERET KE GUDANG AMA GEROMBOLAN LAWAN, GAK ADA YANG BERANI NYELAMETIN!"
Ujar suara perempuan di seberang sana dengan suara yang panik dan bergetar.

"HAH?! SIALAN! JENO GAK ADA DI SITU?!"

"JENO SEJAK KEMARIN GAK KE SINI, CEPET LO KE SINI RENJUN! TOLONGIN NANA!"

Sial! Renjun tidak tahu jika Jeno tidak ikut ke arena sejak kemarin, jika ada anak itu Jaemin akan selalu aman, tetapi kali ini berbeda apalagi Jaemin kalah dalam balapan. Renjun juga tidak tahu apa yang menjadi taruhan kembarannya dalam balapan kali ini membuat hatinya makin gundah dari biasanya.

"GUE OTW!" Renjun dengan terburu-buru segerah bangkit dari duduknya membuat Harvy ikut bangkit. "Mau kemana?" tanya Harvy yang ikut tidak tenang karena melihat raut wajah panik Renjun. "Nolongin Nana!"

"Aku ikut!"

Tanpa menjawab Renjun segerah berlari ke arena balapan diikuti oleh Harvy di belakangnya.

Di sana terlihat perempuan yang Renjun kenala tengah menunggunya dengan wajah yang juga sama paniknya. "Yuna, di gudang mana mereka?"

"Di sana!" Yuna menarik tangan Renjun untuk mengikutinya menuju tempat dimana Jaemin di tarik oleh gerombolan lawannya.
Dan malam itu Renjun melihat bagaimana sang kembaran di lecehkan dan di foto dengan berutal oleh lawannya.

Beruntung Harvy ada bersama Renjun jadi ia dengan cepat menelpon Jeno dan menghajar orang-orang yang melecehkan Jaemin, tapi sayangnya Renjun serta Jaemin tidak pernah mau orang luar mencampuri urusan mereka yang ini baik itu dari keluarga atau pun kekasih masing-masing. Hal itu juga yang membuat Jaemin mengalami trauma akan keluar malam serta Renjun yang terpaksa sering mengikuti balapan dan judi di bar-bar oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab itu.

Flash back off...
........................................................................

Hai semua!
Terima Kasih buat kalian yang mau baca cerita ini. Maaf kalau banyak typo dan sebagainya.
Jangan lupa tinggalkan jejak

My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang