4:

76 13 2
                                    

Enjoy
........................................................................
Renjun menatap ruang club musik yang menjadi tempat latihan melukisnya begitu bersih bahkan banyak sekali barang-barang asing di sana. "Apa club musik hidup lagi?" batin Renjun ketika ia memasuki ruang club musik dan dengan terpaksa ia mengambil barang miliknya yang sudah tertata rapih di sudut ruangan.

Jika ruang club musik benar-benar sudah kembali beroperasi Renjun tidak tahu harus berlatih dan menyimpan alas lukisnya dimana.
Jika di simpan di ruang seni akan sangat beresiko akan dibuang barang-barang milik Renjun oleh petugas kebersihan sekolah.

"Kak Renjun?" sebuah suara menginstrupsi Renjun untuk menghadap ke asal suara. Seorang laki-laki yang memiliki wajah campuran yang begitu tampan dan sepertinya ia adalah adik kelas Renjun. "Kak Renjun ngapain ke sini?" tanyanya lagi.

"Gua ngambil barang doang."

Lelaki itu menganggukan kepalanya pelan. "Jadi barang-barang lukis itu punya kakak?" Renjun menjawabnya dengan anggukan kepala sambil memasukkan beberapa kaleng cat air ke dalam kardus. "Kenapa harus pindah?" tanya lelaki itu lagi, namun kali ini ia juga ikut membantu membereskan peralatan milik Renjun. "Karena ruangan ini sudah terpakai lagi."

"Terus Kak Renjun bawa barang-barang ini kemana?"

"Gue gak tahu."

"Tetaplah di sini, Kak."

"Kenapa emang? Bukannya malah ganggu ya?"

"Gak kok, lagian club musik ini masih baru banget jadi anggotanya gak banyak banget, Kak Renjun bisa masuk club sekalian kalau gak juga gapapa, aku sebagai ketua club dengan bermurah hati memberikan akses keluar masuk Kak Renjun di ruangan ini." ujar lelaki blasteran itu dengan senyum yang cukup menawan. "Oh iya kenalin, aku Huening Kai panggil aja Kai." lelaki blasteran itu menyondorkan tangan kanannya di hadapan Renjun untuk memberikan salam. Awalnya Renjun menatap sesaat tangan lelaki itu sebelum menyambutnya dan ikut menyunggingkan senyuman yang cukup membuat lelaki di hadapannya mematung sesaat.

"Renjun, Nakamoto Renjun, lo kok bisa tahu nama gue Kai?" keduanya melepas salaman tersebut. Huening Kai terkekeh sambil meletakkan tas yang berisikan sebuah gitar di sebelahnya. "Siapa yang gak kenal Kakak coba? Renjun si Perusuh sekolah." Renjun langsung mendegus kesal mendengar ucapan jujur dari Huening Kai. "Ya sih, segitu buruknya ya reputasi gue di sini."
Huening Kai kembali menata barang-barang milik Renjun dengan rapih di sudut ruangan. "Daerah sana jadi tempat Kak Renjun ngelukis," Huening Kai menatap Renjun yang bingung dengan apa yang ia lakukan. "Dan ruangan ini, Kak Renjun bisa memakainya dengan sesuka hati." senyum yang terpampang di wajah tegas Huening Kai membuat Renjun mematung sesaat.

Ada rasa hangat yang terpancar dari senyuman itu dan membuat setiap rongga yang ada dalam tubuh Renjun ikut menghangat ketika melihatnya.

"Makasih."

"Sama-sama, Kak." Huening Kai segera mengambil gitar dari tas yang ia letakkan tadi kemudian duduk di sofa panjang yang ada di ruangan itu. Ia menepuk sebelahnya memberikan isyarat agar Renjun ikut duduk di sebelahnya. Renjun menuruti apa yang di inginkan oleh Huening Kai tanpa suara. "Kak Renjun coba dengerin laguku ya." Renjun mengangguk pelan menangapi permintaan lelaki yang lebih muda darinya itu.

***
Renjun membaringkan dirinya di atas ranjang kemudian melepaskan tas sekolah yang dikenakannya saat ini. Senyuman manis tak pernah lepas dari wajahnya sejak di sekolah setelah mengobrol banyak hal dengan lelaki bernama Huening Kai itu.

Renjun merogoh saku untuk mengeluarkan ponsel miliknya. Ia mulai membuka aplikasi pemutar musik, tadi ia dan Huening Kai sempat bertukar nomer telepon sekalian anak itu juga memberi Renjun dua lagu buatannya. Renjun mulai menekan tombol play dan tak lama setelahnya terdengar alunan musik serta suara khas milik Huening Kai mengalun merdu memenuhi ruang kamar tidurnya.

Renjun benar-benar mengulang dua musik buatan adik kelasmya itu hingga tertidur lelap. Sepertinya lagu buatan Huening Kai mendamaikan pikiran Renjun setelah pulang sekolah ini.

"Ren-" Xiaojun terdiam ketika membuka pintu kamar adik kembarnya dan menemukan Renjun terlelap tanpa berganti baju di atas kasur dengan ponsel yang mengalunkan lagu asing yang cukup enak didengar di telinga Xiaojun.

"Astaga...anak ini bener-bener." Xiaojun mendekati tubuh Renjun dan mulai membangunkannya untuk segera berganti pakaian dan bersiap untuk makan malam.

Di meja makan terlihat sekali Renjun menyunggingkan senyuman yang telah lama hilang. Senyum malu-malu yang begitu manis bahkan Yuta yang melihat itu menjadi berpikir keras. Ia ingin menanyakan ada hal menarik apa sehingga Renjun memberikan raut wajah manis itu lagi setelah sekian lama hilang.

"Aku selesai." Renjun sudah menarik kursinya tak lupa dengan tangannya yang sudah membawa piring kotor miliknya untuk di cuci. Ketika Renjun akan menjauhi area ruang makan Yuta bertanya. "Apa ada hal menarik hari ini, Ren?"

Renjun terdiam sesaat sebelum akhirnya menjawab dengan nada agak dingin seperti biasa. "Tidak ada, aku duluan ke kamar." Yuta menghela nafasnya dengan lelah ketika mendapatkan respon seperti itu. Rasanya sudah cukup lama Yuta mendapatkan respon hangat dari Renjun karena kejadian waktu itu, namun bukankah dirinya benar melakukan hal itu pada anaknya?

Atau ia salah salam mendidik Renjun setelah kejadian itu? entahlah Yuta juga tidak tahu. Winwin yang melihat Yuta terdiam mulai mengusap punggung tangan Yuta dengan lembut. Yuta tersentak akan sentuhan istrinya. "Apa kau baik-baik saja?" senyum lembut pada wajah Winwin membuat dada Yuta menghangat. "Ya."

"Jika ada sesuatu aku selalu di sampingmu, Sayang." Ujar Winwin yang mengetahui jika suaminya ini tengah memikirkan sesuatu yang mungkin belum bisa diceritakan pada dirinya. Lain lagi dengan Xiaojunyang kini tengah menghela nafasnya pelan. Ia memikirkan apa yang dikatakan oleh Yeojun soal adik-adiknya sepertinya sudah saatnya ia harus mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada adik kembarnya hingga membuat salah satu dari mereka berubah drastis seperti ini. Shotaro yang melihat suasana keluarganya begitu dingin hanya dapat melanjutkan makannya dan sesekali ia melirik ke arah Jaemin dan juga bangku kosong tempat Renjun biasanya duduk. Ia hanya tahu Renjun memiliki alasan dibalik semua perlakuan nakalnya hanya saja Shotaro belum berani menolong Renjun dari amukan sang kepala keluarga.

Jaemin hanya bisa meremat ujung baju yang ia kenakan dengan kepala menunduk sedih, ada rasa bersalah pada Renjun  karena kejadian dahulu yang pernah ia lakukan hingga selalu Renjun yang mendapatkan perlakuan berbeda dari Ayahnya.
***
Huening Kai tersenyum kecil dengan mata terus memandangi ponsel miliknya yang tertera sebuah nomer kontak. "Kek mimpi gue, astaga." gumam lelaki itu sambil menyembunyikan wajah memerah di lengan tangannya.

"Kok bisa ya gue naksir ama Kak Renjun?" Huening Kai mulai berpikir bagaimana awal ia jatuh hati pada kakak kelasnya yang cukup bermasalah di sekolah. "Entahlah, yang jelas perasaan itu terus tumbuh seiring berjalannya waktu, tapi kenapa gue ngerasa Kak Renjun ada banyak tembok pembatas buat orang lain ya?" Kai hanya bisa menatap bintang dan bulan dari kaca jendela rumahnya.

"Kak, ayo makan! Mama udah nunggu tuh." ujar sebuah suara yang ada dibalik pintu kamar Huening Kai yang terkunci. "Ya! Bentar lagi Kakak turun,nih." setelah menjawab seperti itu indra pedengarannya bisa mendengarkan langkah kaki yang semakin menjauh dari kamar.

Hari ini menjadi hari yang cukup berarti untuk dua manusia yang memiliki perasaan indah.

Tbc.
........................................................................

My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang