Adam dan Aiza diikuti tiga orang berpakaian baju pantai di belakang mereka turun dari mobil travel kembali ke rumah Aiza. Rumah terlihat sepi pasca hajatan kemarin. Tentu saja kepulangan mereka lebih cepat dari jadwal. Mbak-mbak dan mas-mas Aiza sudah kembali pada kesibukan di rumah masing-masing.
Alex bersenandung riang, kontras dengan pasangan yang murung di depannya. Sony dan Dio masih mengantuk.
"Kami pulang, Calon Ibu Mertua," sapa Alex pada Ibu.
Pletak. "Adaaww! Kok Alex dijitak sih, Calon Ibu Mertua?" Alex mengusap-usap kepalanya.
"Mantan. Jangan mengganggu yang lagi bulan madu ya, Mantan Calon Menantu yang Tercinta... " kata Ibu lalu menjewer telinga Alex.
"Adududuh... iya-iya-iya, Bu. Alex di sana liburan sendiri kok sama Dio dan Sony," katanya membela diri. Aiza membawa kopernya masuk ke rumah setelah mencium tangan Bapak dan Ibu.
"Kok pulangnya cepat, Aiz?" tanya Bapak mengernyit mengamati rona muka Aiza dan Adam yang murung.
"Ada proyek baru di AVA. Tapi Aiz masih di sini kok sampai minggu depan," jawab Aiza duduk di sofa. Adam yang ingin duduk di sebelah Aiza diserobot Alex duluan.
"Terus Nak Adam juga?" tanya Bapak beralih ke Adam.
"Mas Adam balik ke Jakarta-nya lusa, Pak. Dia ada proyek dari Xcellent Corp.." Aiza memotong Adam yang akan menjawab. Adam mengernyit dalam.
"Ooh... sayang sekali, Nak Adam. Padahal Bapak senang ada yang bisa bapak ajak ngobrol di sini. Mas-mas ipar Aiz kerja dan pulang ke rumahnya masing masing. Fajar dan Rahma sudah ke Surabaya tinggal dengan mertuanya." Bapak berucap sedih. Adam meringis dan meminta maaf. Ia melirik Aiza yang terdiam.
"Bapak, Ibu, Adam dan Ai mau masuk dulu ya. Katanya tadi Ai capek sekali di jalan, iya kan, Sayang?" Adam menarik Aiza mengikutinya. Aiza bangkit malas-malasan, terpaksa mengikuti Adam ke kamar.
"Maksud lo apa bilang gitu? Siapa yang bilang gue balik lusa?" kata Adam sambil bersedekap begitu mereka sudah di dalam. Aiza duduk di ranjang dan sebelah alisnya naik.
"Gue yang bilang," katanya jutek. Adam akan membalas saat Aiza menjatuhkan dirinya di ranjang. "Gue capek, mau tidur. Sana keluar!"
Adam mendengus dan ikut tidur di sebelah Aiza, setelah melepas sepatunya. Aiza mendorong Adam menjauh.
"Eh... ngapain lo ikutan tidur di sini?" protes Aiza memundurkan tubuhnya. Adam menghadap langit-langit.
"Ya tidurlah. Lo pikir ngapain? Gue juga capek," katanya ringan bikin Aiza mendengus. Aiza memunggungi Adam.
"Gue nggak akan balik lusa. Enak aja nyuruh-nyuruh gue balik," ujar Adam sewot membuat Aiza berbalik dan melotot. Ia menyipit curiga pada Adam yang senyam-senyum nggak jelas.
"Lo kudu balik," kata Aiza. Adam menggeleng.
"Nggak."
"Pokoknya mesti balik."
"Nggak."
"Balik!"
"Nggak. Tetep nggak."
"Ayolah. Balik please... "
"Nggak. Pokoknya nggak."
Adam memicing. "Kenapa?"
"Nggak kenapa-kenapa." Ada reuni bentar lagi, nggak mungkin gue ngajak lo, batin Aiza. "Dam!"
"Pokoknya terserah gue."
"Iiihh... lo nyebelin banget sih jadi orang. Aah... terserah lo deh." Aiza bangkit dan mengacak-acak rambutnya kesal. Adam menyengir dan menepuk bantal di sebelahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Tender [HOLD]
RomanceNikah? Bukan sesuatu yang urgent bagi Aizha Shava. Di tengah merintis karir di Ibukota dan mencukupi kebutuhan keluarganya di desa, berita adik perempuannya ingin menikah lebih dulu membuatnya kelabakan. Desakan keluarga dan beban psikis membuatnya...