Aiza istri Adam.
Ucapan Bapak terngiang-ngiang di kepala Aiza. Duduk termenung di pinggir ranjang pengantin, mengamati benda asing yang melingkari jarinya dan begumam, "wow." Puluhan kali.
Ia meremas ujung kebaya pinknya, tidak berani memandang kamar mungilnya yang sudah disulap sedemikian rupa sekelas hotel berbintang oleh mbak-mbaknya. Ranjang single-nya berganti king size, seprai Ben 10-nya berganti bedcover putih yang tebal dan lembut. Taburan bunga mawar merah di atasnya membuatnya berjengit. Penerangannya pun remang-remang karena cahaya lilin-lilin gelasan di nakas.
"Ini gue justru merinding kalo gini," gumamnya bergidik. Aiza meniup semua lilinnya dan tersenyum bangga. "Nanti berabe kalau kebakaran."
Ia mulai risih dengan kebayanya dan ingin berganti baju tidur.
"WHAT?!" pekiknya begitu mendapati seluruh baju miliknya raib berganti gaun-gaun transparan kurang bahan di gantungan. Ia menutup cepat pintu lemarinya. "Ini pasti kerjaan Rahma," gumamnya dengan wajah merah padam.
Adam juga belum kembali sejak Bapak memanggilnya seusai ijab kabul tadi. Jadi ia berakhir sendirian di kamar.
Ceklek. Panjang umur baru dipikirin, batin Aiza.
Laki-laki itu masih mengenakan baju kokonya yang seragam dengan kebaya Aiza. Raut wajahnya terlihat lebih kuyu. Aiza mengamatinya duduk di tepi ranjang. Adam seperti tidak menyadari keberadaannya.
"Tadi ngomong apa aja sama Bapak?"
Adam tersentak kaget. "Eh-oh... enggak. Cuma dikasih wejangan sama Bapak dan Mas-Mas Iparmu," jawab Adam terdengar mengambang. Aiza menyipit curiga.
"Wejangan?"
Adam melepas pecinya dan meringis, menghindari penjelasan lebih lanjut.
"Wejangan apaan?" tuntut Aiza.
"Y-Ya... gitulah, antar lelaki," jawab Adam asal memalingkan muka. Aiza menjatuhkan pantat di sebelah Adam dan mencondongkan tubuhnya. Adam memundurkan tubuhnya gugup, menghindari delikan keingintahuan gadis itu. Seketika ide jahil muncul di kepalanya.
"Lo mau tahu?" Adam mendekatkan wajahnya. Aiza refleks memundurkan kepalanya. "Mau tahu aja atau mau tahu banget?" godanya memainkan alis tebalnya.
Aiza meneguk ludah, tiba-tiba merasa gugup dengan jarak wajah mereka yang dekat dan senyum misterius pria itu.
"Atau... pengen langsung dipraktikin aja?"
Mulut Aiza megap-megap sebelum mendorong Adam hingga terjengkang ke belakang. Wajah Aiza memanas. Adam tergelak melihat reaksi gadis itu.
"Praktik. Praktik apaan sih, ah. Sana! Praktik sendiri!" sembur Aiza. Gadis itu menduduki kursi riasnya dan mulai membersihkan riasannya. Setelah membebaskan sanggulan rambutnya, akhirnya ia merasa ringan.
"Eh! Mau ngapain lo?" Aiza yang berbalik terkejut mendapati Adam menanggalkan kancing bajunya tidak sabar.
"Gue gerah banget nih. Mau ganti baju," jawab Adam acuh. Keringat mengucur deras di dahinya. Ia teresa-gesa membuka lemari saat Aiza mencegahnya.
"Eh! Jangan dibuka! Gerah gimana sih? Orang AC-nya nyala kok, nggak rusak. Dingin ini," kata Aiza menengok ke dinding yang AC ruangan itu oleh entah siapa diatur rendah suhunya. Dalam hati merutuki keisengan keluarganya yang luar biasa.
Adam mendengus, kegerahan. Ia menepis tangan Aiza dan membuka lemarinya paksa. Ia melotot melihat isinya.
"Kok nggak ada kaus gue! Bukannya kata Mas Ricky tadi, kalo gerah ambil di lemari aja, gitu!" omel Adam panik lalu mengobrak-abrik isi lemari kalap. Ia justru menemukan lingerie dan sekotak pakaian dalam baru yang sukses membuat pipi mereka berdua merona. Aiza makin memaki keluarganya dalam hati.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Tender [HOLD]
RomansaNikah? Bukan sesuatu yang urgent bagi Aizha Shava. Di tengah merintis karir di Ibukota dan mencukupi kebutuhan keluarganya di desa, berita adik perempuannya ingin menikah lebih dulu membuatnya kelabakan. Desakan keluarga dan beban psikis membuatnya...