Lima hari ini, Aiza mati-matian lembur di studio demi merampungkan ide desain untuk dipresentasikan ke XCellent Corp bersama tim desainnya. Ia meregangkan lengannya dan memukul-mukul bahunya yang kaku. Bibirnya melengkung saat merasakan pijatan enak seseorang dari belakang pada bahunya.
"Wow ... thanks, Lex," gumamnya memejamkan mata, menikmati pijatan di bahunya.
"Ehem. Thanks, Dio." Suara berat yang tentunya bukan suara Alex membuat Aiza membuka mata dan menyengir, mendapati yang memijatnya adalah Dio. Bibir Dio mengerucut kesal tapi masih tetap meneruskan pijatannya. "Alex mulu yang diinget giliran masalah grepe-grepe."
"Ya, abis cuma si bule mesum itu doang yang suka nyari kesempatan," dengus Aiza. Dio terkekeh.
"Ngapain lo ke sini? Nggak bawa-bawa nenek lampir, 'kan?" Aiza celingak-celinguk memastikan studionya steril dari kontaminasi nenek lampir. Pasalnya, studio sedang seperti kapal pecah sekarang. Kertas segala ukuran berhamburan di mana-mana dan tampang zombie timnya juga pasti makin semrawut kalau si nenek lampir sudah ngomel-ngomel melihat betapa pecahnya kantor ini.
"Hush... cantik bohay gitu dikatai nenek lampir. Dia kan ngomel juga demi kebaikan lo, makanya cepetan nyari pacar. Lagian jutek mulu jadi orang, perhatiin penampilan juga. Lo ini kan cewek, Ai."
"Haishh... iya Mami kita bersama. Bawel banget. Lama-lama ikutan kaya nenek lampir lo, ah," sungut Aiza. Dio terkekeh dan geleng-geleng.
"Emang gue segitu juteknya ya sampe ngenes kaya gini. Si dua curut itu seneng banget ngulang-ngulang kata jomblo di depan gue. Kaya mereka enggak aja," curhat Aiza di tanggapi tawa kecil Dio.
"Cowok mah emang nyantai Ai, lagian umur juga masih 27. Belom serius juga, ya minimal si Sony udah ada tuh gebetan satu-satunya yang mau walaupun sampe sekarang cuma php-in Sony mulu. Beda urusan sama Alex, playboy kayak dia mah gampang gaet cewek cuma yang ditaksir malah nggak ngerasa... em... Kalo cewek mah beda," jelas Dio tanpa diminta. Aiza geleng-geleng.
"Dunia itu nggak adil kalo gitu. Masa yang di zona kritis cuma cewek doang. Kayak deadline aja!" Aiza mengernyit tidak setuju. Dio terkekeh.
"Yah, kan lo tau sendiri siklus reproduksi laki tuh bisa seumur hidup sampe bangkotan pun masih topcer urusan tebar benih... lah cewek? Belom menopause, keburu longgar itu-hmpphttt!" Belum sempat selesai mulut Dio sudah disumpal pisang raja yang baru dikupas Aiza.
"Nggak usah dijelasin gamblang juga keleuz... gue paham!" sungut Aiza beranjak mengambil cangkir kopinya.
"Eits... nggak boleh minum kopi. Terakhir lo kita biarin kecolongan berakhir di kamar inap," ujar Dio tegas merebut cup kopi Aiza. Aiza mendengus dan akhirnya meraih bungkus hot chocolate-nya untuk diseduh dan bangkit menuju pantry studionya.
"Gue satu ya... nom.-nom-nom," seru Dio sambil melahap pisangnya sekali telan lalu langsung duduk di kursi salah satu tim desain Aiza di ruang perancangan itu. Hari sudah malam dan Aiza memang melonggarkan jam kerja anggota timnya, apalagi setelah hampir tiga hari tidak pulang ke rumah.
Dio geleng-geleng mengenal sosok Aiza yang pekerja keras tapi lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri.
"Lo lagi ngejar proyek XCellent Corp, Ai?" seru Dio saat meneliti bahan persentasi di mac book Aiza.
"Iya!" Aiza yang sibuk menyeduh hot chocolate berseru.
"Widih... keren banget. Ini mah proyek gedhe Ai. AVA bisa makin terkenal di mata investor kalo bisa tembus," komentar Dio yang juga tahu seberapa berpengaruh XCellent Corp di dunia bisnis. Apalagi sedang merencanakan pembangunan resor dan kondominium.
![](https://img.wattpad.com/cover/37229374-288-k773154.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Tender [HOLD]
RomanceNikah? Bukan sesuatu yang urgent bagi Aizha Shava. Di tengah merintis karir di Ibukota dan mencukupi kebutuhan keluarganya di desa, berita adik perempuannya ingin menikah lebih dulu membuatnya kelabakan. Desakan keluarga dan beban psikis membuatnya...