AIZA
Aku mengerjap kaku terbangun dan menyadari kepalaku bertumpu pada dada keras dan lebar yang naik turun. Mendadak gugup saat kulihat wajah Adam yang masih tertidur pulas di atasku. Dekat banget.
Posisiku juga, sejak kapan aku tidur memeluk nih cowok? Omaygwad... nggak-nggak... ini nggak bener. Kayaknya semalem yang gue peluk guling deh. Duh, deg-degan jadinya.
Aku menurunkan kaki dan tanganku sangat pelan-pelan. Pergerakan Adam membuatku langsung merem, pura-pura tidur. Ugh... kuintip sedikit.
"Gue tahu lo udah bangun."
Aku membuka mata. Kesal dan malu bercampur aduk melihatnya cengengesan. Kutarik tangan dan kakiku yang melingkari tubuhnya secepat kilat dan menjaga jarak darinya.
"Kenapa diturunin? Lumayan anget lho semalem. Gue nggak tau lo agresif banget ternyata... bahkan pertama kali 'kan lo yang... hmmmmppthh!"
Aduuuh, pengen kusumpal sama bantal itu mulut! Ngomongnya nggak pake saringan yak.
"Ahh... diem lo," sungutku kesal. Adam terkekeh. "G-Gue 'kan terpaksa, gue nggak mau ditangkep gara-gara bikin orang mati kedinginan," kataku berusaha nggak menatap dia. Aku nggak mau dia kegeeran.
"Ya... ya... ya. Terserah lo. Yuk, subuhnya mau habis nih." Kulihat Adam bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Bukannya aku nggak tahu, aku tahu gimana perubahan Adam yang signifikan.
Dia sungguh-sungguh belajar sama Dio dan Bapak selama di rumah. Tiap malem di kamar tamu, Adam belajar baca Qur'an sama Sony. Dia juga banyak dapat ilmu agama dari Bapak.
Aku menghela napas setelah berjamaah dengan Adam. Imamku sekarang. Sekarang aja? Entah kenapa tiba-tiba aku terpikir, suatu hari nanti kalau perjanjian ini selesai, dia nggak akan menjadi imamku lagi dong. Imam orang lain.
Gue nggak akan jadi seperti orangtua gue. Gue nggak akan ninggalin keluarga gue nanti.
Pasti beruntung banget orang yang bakal jadi keluarganya nanti. Ya ampun, Ai, apa sih yang lo pikirin, huh?
Adam berbalik memandangku. Aku jadi gugup lalu memalingkan wajahku.
Cium tangannya!
Aku tersentak. Aduh, suara Ibu tiba-tiba menggema di kepalaku. Tapi, aku canggung.
Dengan tangan gemetar, kuraih tangan Adam lalu mencium punggung tangannya cepat. Adam terlihat menegang sebentar lalu menatapku antara mau tersenyum atau kentut. Kok kentut sih, Ai?
Pipiku memanas, buru-buru mau berbalik saat aku merasa dua tangan besar menarik kepalaku ke depan dan...
Cup.
Aku membelalak merasakan sesuatu yang lembut dan kenyal di ujung kepalaku. Rasanya seperti tersengat dan getaran yang entah apa itu merambat dari keningku hingga ke perutku. Sensasinya membuatku terpejam. Selepas tangannya dari kepalaku, aku menggaruk tengkuk salah tingkah.
"Ugh... eng... g-gue mandi duluan apa lo d-dulu?" tanyaku memecah kecanggungan.
"Lo duluan aja," katanya melipat sajadah. Aku mengangguk, melepas mukenaku dan melipatnya. Aku menarik baju yang kupersiapkan hari ini dari koper.
"Ai."
Aku menoleh. "Ya?"
"Jangan pakai pakaian yang seperti kemarin. Gue nggak suka lihatnya," katanya bikin alisku terangkat. Aku mengangguk ragu.
Buru-buru aku masuk ke kamar mandi dan mengembuskan napas super panjang. Aku menepuk nepuk dadaku yang deg-degan sedari tadi.
"Inget, Ai, inget! Lo sama Adam ngelakuin ini cuma pura-pura oke. Sejauh ini lo udah ngelakuin yang terbaik yang lo bisa," kataku mengembalikan niatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Tender [HOLD]
RomanceNikah? Bukan sesuatu yang urgent bagi Aizha Shava. Di tengah merintis karir di Ibukota dan mencukupi kebutuhan keluarganya di desa, berita adik perempuannya ingin menikah lebih dulu membuatnya kelabakan. Desakan keluarga dan beban psikis membuatnya...