Chapter 1

305 40 13
                                    

Beberapa mafia datang ke ruangan yg berbeda beda, tenang mereka tdk sedang mencari masalah atau membuat masalah. Mereka datang hanya memberi bunga dan buah untuk para pasien.

Chuuya yg kala itu memerintahkan mereka juga tak mau diam, ia sudah siapkan handbuket bunga mawar merah untuk seseorang.
Merasa bahwa si mawar tak berbau ia berinisiatif menyemprot sedikit pengharum yg ia bawa pada bunga mawar yg ada di tangannya.

Senyum tipis Chuuya terbit saat melihat pintu ruang rawat, dia bukan tersenyum pada pintu atau pada tong sampah di dekat pintu atau bahkan pada bangku yg berjejer di sebrang pintu, ia tersenyum untuk seorang wanita yg ada di dalam sana.

Orang yg lewat di hadapannya membuat Chuuya sadar, pria bertubuh pendek itu berdehem lalu melangkah masuk ke dalam ruang rawat.

Pemandangan khas ruang inap rumah sakit langsung tersampaikan ke otak Chuuya, pria bertubuh kurang tinggi itu segera mencari sosok wanita yg di carinya. Wanita yg duduk di dekat jendela, namun kali ini si wanita tampak tengah berbaring. Hal itu membuat Chuuya ragu untuk mendekat, dia taku kalau kalau si wanita sedang terlelap.

Namun melihat si wanita bernama (name) menggerakan tubuhnya, membuat Chuuya bernafas lega. Ekspresinya seolah mengatakan 'syukurlah sudah bangun'.
Pria bertubuh kurang tinggi menerpa ke arah ranjang di mana (name) berada.

"Mori Sensei ?" Suara pertama si wanita yg menerka bahwa itu adalah Mori, Chuuya hanya diam sampai tangan (name) bergerak mencari kehadiran seseorang di sisinya. Saat itu tangan Chuuya berada di tempat yg mudah di jangkau oleh (name).

Jari jemari (name) meraba dengan pelan jari jemari milik Chuuya, sesekali (name) berhenti untuk berfikir tangan siapa ini.
"Chuuya San?" Tebak (name).

Wanita ini sanggat peka, membuat Chuuya tersenyum dan menyentuh tangan (name).
"Ya ini ak." Jawab Chuuya dengan suara tenang.

(Name) tersenyum sampai pipi tembemnya terlihat semakin bulat.
"Kau datang lagi, Chuuya San?"

"Teman ku sakit mana mungkin ak mengabaikannya." Wajah (name) merona malu mendengar jawaban Chuuya begitupula dengan Chuuya ia juga malu setelah bicara begitu.

Hidung (name) yg sensitif mencium bau harum yg sanggat dekat dengannya.
"Baunya harum, Chuuya San parfum anda harum sekali." Ucap (name) masih mengendus bau parfum milik Chuuya.

"Kau suka?" Tanya Chuuya.

"Um baunya enak sekali, rasa pusing ku jadi hilang." Jawab (name).

Tangan (name) kembali bergerak ke arah lain dan meraba sesuatu yg masih ada di tangan Chuuya.
"Ini apa Chuuya San?" Sebenarnya Chuuya ragu memberi buket bunga pada (name) ia takut wanita itu tersinggung karenanya. "Baunya sepwrti parfum mu." (Name) mencium bau buket bunga yg di bawa Chuuya. "...ini buket bunga ya ?" Tanya (name).

"Um iya, maaf." (Name) tertawa mendengar suara Chuuya, namun ia kembali mencium buket bunga yg kini berpindah tangan ada.

"Bunga apa ini, Chuuya San?" Tanya (name) sembari meraba bunga yg ada di di tangannya.

"Mawar." Jawab Chuuya.

"Waaa ak suka mawar, terima kasih Chuuya San."

Pelukan, lagi lagi jantung Chuuya berdebar begitu kencang saat (name) memeluknya. Chuuya yakin ini sebab dia tak pernah dipeluk siapapun dalam hidupnya.

"Ya sedikit obat lagi dan anda akan sembuh."

Suasana tegang Chuuya hilang saat suara yg amat dikenalinya mengintrupsi ketegangan. Chuuya menoleh dan melihat Mori yg berada di ranjang pasien di dekat pintu. Mori sadar bahwa eksekutifnya ada di sini, dia langsung bertukar pandang dengan Chuuya lengkap dengan senyum mistis si bos mafia itu. Chuuya langsung memutus kontak mata dengan bosnya dan beralih menatap (name) yg mash sibuk mencium bunga dari Chuuya.

"Yo (Name) Kun!" Sapa Mori saat tiba di ranjang yg ditempati oleh (name).

"Ohayou Mori Sensei, bagaimana kabar anda ?" Tanya (name).

Mori melirik ke arah Chuuya yg berpura puar tidak tahu apa apa.
"Seperti biasa masih sanggat sibuk." Jawab Mori. Lagi lagi Mori melirik ke arah Chuuya dan menerbitkan senyum penuh arti.

"Sepertinya (Name) Kun sudah ada teman bicara." Tebak Mori bukan tebakan tapi Mori sengaja mengusik Chuuya.

"Iya, ak senang. Soalnya Chuuya San yg mengajak ku bicara dan dia teman ku." Jawab (name) riang gembira, terdengar Mori hanya ber-oh ria. Sedangkan Chuuya sudah merona malu.

Mori memberi isyarat jempol sebagai penghargaan untuk Chuuya sebelum ia pergi.

••••

Chuuya menemani (name) sampai malam hari, karena misi di liburkan untuk wkt yg tdk diketahui. Selama itu juga Chuuya banyak membantu (name).

"Chuuya San tdk pulang? Apa tdk lelah di sini?" Tanya (name).

"Ak akan pulang setelah kau selesai makan dan istirahat." Jawab Chuuya. (Name) hanya bisa tersenyum menanggapi jawaban Chuuya.

"Besok Chuuya San datang lagi kan?" Tanya (name) sembari menerima suapan dari Chuuya, sebenarnya (name) mau makan sendiri tp karena ia bukan lahir buta ia jadi kesulitan.

"Pasti." Sebenarnya tdk pasti tp Chuuya tak mau membuat (name) sedih.

"Janji ya." (Name) mengangkat kelingkingnya hal yg selalu dilakukan untuk membuat janji. Chuuya menautkan kelingkingnya tanda setuju.

Setelah menghabiskan makan, (name) merebahkan diri dn mulai bersiap untuk masuk ke alam mimpi. Chuuya melihat malaikat malam ini, dia tersenyum dn menyimpan wajah mempesona (name) di dalam hatinya.

.












.
Bersambung ....

The first and last love | N.Chuuya X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang