Chapter 3

190 34 0
                                    

Pagi pagi sekali Chuuya sudah ada di sisi (name) karena hari ini adalah hari di mana perban yg menutupi mata (name) akan dibuka, entah lah tiba tiba Chuuya ingin ada di sisi (name) saat ini.
Jika Chuuya perhatikan sedari tadi (name) hanya diam dan sesekali meremas selimutnya.

Setelah menunggu beberapa menit, proses untuk melepas perban yg menutupi kedua mata (name) pun dilakukan oleh Mori. Wanita itu terus menggenggam tangan Chuuya tanpa disadari selama proses dilakukan.

Bagaikan mutiara di dalam cangkang kerang, saat penutup mata di buka tampak (E/C) milik (name) yg berkilau. Sesaat setelahnya kilauan itu berubah menjadi air mata yg terus mengalir dari pelupuk matanya.

"Aku, buta." Tangisnya terlepas bersama dengan kata kata itu.

Chuuya yg ada di sisinya hanya bisa memeluk erat si wanita yg terus menangis pilu, sesekali si wanita mempertanyakan takdirnya sesekali dia meronta dan meminta untuk di bunuh saja.

Hampir satu jam wanita itu menangis, hampir satu jam juga Chuuya memeluk wanita itu. Sampai tak ada lagi gerakan dan suara tangisnya, Chuuya mulai melonggarkan pelukannya tampak bahwa si wanita sudah tdr di pelukannya meski masih ada air mata yg mengalir dari pelupuk matanya.

••••

Entah mimpi apa yg dialami oleh (name), wanita itu kadang bergerak  gelisah dalam tdrnya.

"Jangan! Jangan!" Chuuya berusaha untuk membangunkan (name), tapi wanita itu malah meraih dan menarik tangan Chuuya. Tangan Chuuya kimi berada di bawah pipi (name), sesekali wanita itu mengumamkan sesuatu yg kurang lbh menjelaskan rasa takutnya.

"Shhh.... (Name) jgn takut ak ada di sini, tdk ada hal yg perlu kau takuti." Suara tenang Chuuya terbukti membuat (name) berangsur tenang. Wanita itu kembali terlelap dan melepaskan genggaman tangannya.
Sepertinya insiden tempo hari yg melibatkan dua organisasi sudah membuat (name) trauma.

Baru saja senja tiba dan si (name) baru saja terbangun dari tidurnya, saat ia meraba raba ia tangannya menemukan kepala dengan rambut yg cukup lebat, surai ini dan kelembutannya dapat dikenali dengan mudah oleh (name).

"Chuuya San menemaniku." Gumam (name), usapan yg dirasakan Chuuya membuat pria itu terbangun dan mendapati tangan (name) ada di kepalanya.

"Chuuya San, apa ak menganggu mu ?" Tanya (name) setelah merasakan Chuuya menggenggam tangannya.

"Tidak."

"Em Chuuya San, sekarang siang atau sore ?" Tanya (name).

"Sudah senja." Jawab Chuuya singkat.

Chuuya untuk yg ke 2xnya melihat wajah murung (name),
"Ahh benar, besok kau sudah boleh pulang." Chuuya mengalihkan topik agar (name) tdk sedih lagi, namun dugaannya salah kali ini (name) langsung meloloskan air matanya membuat Chuuya terkejut dan mendadak gugup.

"Ada apa ?" Tanya Chuuya panik.

"Ak tdk tahu harus ke mana Chuuya San hiks.... Ak tdk bisa melihat lalu ak hrs pulang ke arah mana." Tangis (name).

Chuuya tak pernah seumur hidupnya menangani orang yg menangis apalagi seorang wanita, jelas Chuuya semakin panik dibuatnya.

"He-hey jgn menangis, kau ingat tdk alamat rumah mu ?" Tanya Chuuya berusaha mengendalikan keadaan.

"Um..." Angguk (name).

"Kalau begitu itu mudah, ak akan membantu mu. Jadi jgn menangis ya." Chuuya berusaha sepahamnya ia juga menghapus air mata (name), Chuuya dapat ilmu itu dari mencontek tingkah laku Dazai.

"Untuk sementara ak akan membawa mu bersama ku, tenanglah kau akan tinggal dengan kakak ku." Lanjut Chuuya.

"Terima kasih Chuuya San." (Name) memeluk Chuuya entah untuk yg ke berapa kali dn kali ini Chuuya sudah sedikit terbiasa terbukti ia membalas pelukan dengan santai.
.



















.
Bersambung .....

The first and last love | N.Chuuya X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang