Chapter 2

204 34 4
                                    

"Chuuya San tidak datang?"

(Name) membatin saat ia sudah menunggu dalam waktu yg lama, bahkan beberapa teman sekamarnya alias pasien lain bilang kalau ini sudah hampir siang.

Tadinya (name) ingin mengajak Chuuya supaya menuntun untuk jalan jalan, ketidak hadiran Chuuya membuat rasa sabar (name) menghilang. Wanita berambut panjang yg masih belum pulih itu memutuskan untuk beranjak turun dari ranjang.

Keadaannya yg masih lemah membuat si wanita terhuyung kehilangan kendali akan keseimbangannya, ia hampir jatuh jika bukan tangan seseorang menahan tubuhnya.

"Hah! Ak kira akan jatuh, terima kasih Chuuya San." (Name) berfikir bahwa Chuuya lah yg menjaganya agar tidak jatuh.

Sosok yg menolongnya hanya diam, walau (name) sudah menyebutnya dengan memanggil nama yg salah. Sosok itu membaringkan kembali tubuh (name) ke atas ranjang.

Jujur diamnya dari orang yg menolong (name), membuat wanita itu bingung. Dia segera meraih tangannya meraba setiap apa yg tercetak ditangannya. Sejenak (name) berfikir kala meraba tangan itu, ia merasa asing. Pasalnya tangan ini jauh lebih besar dari milik Chuuya dan sedikit kurus. Sadar orang asing, (name) segera melepas tangannya.

"Si-siapa ?" Tanya (name), otaknya masih menerka apakah itu tangan Mori atau tangan pasien lain.

"Bukan siapa siapa, Ojou Chan." Suara riang seorang pria tertangkap indra pendengaran (name), dia jadi tahu bahwa bukan Chuuya atau Mori yg ada di sisinya.

Untuk memastikan lagi, (name) meraba tangan pria yg baru saja bicara, tangannya penuh dengan perban itulah yg (name) pikirkan.

"Apa anda pasien di sini ?" Tanya (name).

"Bukan." Jawabnya.

"Lalu?"

"Ak ke sini untuk melihat orang orang yg menjadi korban insiden tempo hari." Jawabnya.

"Kalau begitu anda pasti tahu tentang Chuuya San, dimana dia kenapa tdk datang ?" Tanya (name).

Mendengar nama Chuuya membuat si pria terdiam lalu detik berikutnya ia tersenyum penuh arti.
"Ojou Chan, si gantungan topi itu pasti tdk datang." Jawabnya.

"MENJAUH LAH DARINYA DETEKTIF BODOH!"

Suara nyaring Chuuya mengintrupsi dari arah pintu, semua yg ada di dalam menoleh ke arah Chuuya. Sedangkan Chuuya tak peduli dengan situasi saat ini.
Ejekan berupa senyum konyol dari Dazai sudah cukup membuat darah Chuuya meluap, rasa rasanya gunung akan segera meletus dalam hitungan detik jika Dazai bergerak.

••••

Beberapa menit berlalu dengan adu pelototan mata dari Chuuya dan senyum ejekan dari Dazai, mengabaikan sosok wanita yg sedari tadi bingung akibat kedua tangannya digenggam oleh dua orang pria yg berbeda.

"Kalian sedang apa?" Pertanyaan (name) mengintrupsi peperangan kedua orang pria yg mendapat julukan Double Black.

Keduanya memilih menyudahi pertarungan batin mereka dan beralih menatap (name).

"Ah iya, ak membawakan mu buah." Chuuya memilih untuk mengalihkan kekesalannya dengan memberi buah yg ia bawa pada (name).

Wanita itu meraba keranjang buah yg di bawa oleh Chuuya, sekilas ia menerka beberapa buah yg ia pikirkan.

"Ini buah apa, Chuuya San?" Tanya (name).

"Apel-"

"Apa kau mau makan apel, Ojou Chan?" Sahut Dazai.

"Tentu!" Jawab (name).

Chuuya segera menatap maut ke arah Dazai, ia hawatir jika Dazai yg mengupasnya (name) akan sakit perut.
Merebut apel dari Dazai dan segera mencucinya itulah yg saat ini dilakukan oleh Chuuya.

"Haa enak sekali." Seru (name) setelah memakan buah apel yg sudah di bersihkan oleh Chuuya dan dipotong rapi olehnya.

Dazai hanya menonton saja, hatinya merasa telah kalah dari si gantungan topi di depannya. Sesekali Dazai mendengus saat (name) memuji kebaikan Chuuya atau saat Chuuya menatap si maniak bundir dengan tatapan mengejek.

"Dazai Kun di sini rupanya?!" Suara Mori masuk ke ruangan membuat kedua pria yg ada di sana menoleh ke sumber suara.

"Ya melihat Chuuya punya wanita ak jadi penasaran untuk menganggunya." Jawab Dazai santai.

"Ohayou Mori sensei." Sapa (name).

"(Name) Kun, besok kau sudah bisa melepas perban di mata mu." Ucap Mori.

Chuuya menatap ke arah (name), irisnya menangkap bahwa si wanita sedang meremas roknya menahan emosi di hatinya terlihat juga (name) mengeraskan rahangnya.

"Ne Mori Sensei, apa setelah ini ak bisa melihat lagi? Apa ucapan mu wkt itu tidak akan terjadi ?" Tanya (name).

Mori menghela nafas sanggat dalam.
"Kau terluka di bagian kepala itu sudah mengerikan (name) kun, benturan di kepala mu membuat saraf mata mu ikut rusak itu artinya ...." Mori berhenti bicara dan pergi tanpa melanjutkan bicara.

Tangan (name) semakin kuat meremas selimut yg menutupi kakinya, Chuuya yg memperhatikan sejak tadi menyadari kesedihan yg dirasakan oleh (name).
Tangan Chuuya memegang tangan mungil (name).

"Jangan sedih (Name) ak ada di sini." Ucap Chuuya, wanita itu segera memeluk erat tubuh Chuuya.

"Ak akan jadi mata untuk mu."

.















.
Bersambung ....

Ojou Chan itu niru Kak Nana wkwkwkwk kyk unyu aja gt ya hehek.

The first and last love | N.Chuuya X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang