Malu sama umur om !

1.9K 161 11
                                    

Kini dikediaman keluarga ustadz Azlam terasa hangat, semuanya berkumpul di ruang keluarga, seperti biasa ustadz Azlam sibuk membicarakan beberapa pekerjaan dengan Abi Ali, sedangkan umi Hasnah membicarakan soal rencana kajian yang akan ia hadiri bersama Adel, sesekali Diba menanyakan PRnya yang kurang ia pahami, tak jarang Adel menyuruh Diba bertanya pada ustadz Azlam karena ia kurang mengerti, benar-benar ibu yang sangat pintar bukan, soalan tugas anak SD saja ia kurang memahami. Walaupun keluarga itu terlihat sangat harmonis, tapi tanpa Abi Ali dan uni Hasnah ketahui kalau sebenarnya anak dan menantunya sedang perang dingin, lebih tepatnya ustadz Azlam yang mendiami Adel karena ucapan Adel tadi saat disekolah, bahkan Adel menceritakan hal itu pada ini Hasnah membuat wanita paru baya itu tertawa.

"Abi, umi, kalau begitu aku istirahat dulu, maklum udah tua jadi butuh istirahat banyak " Pamit ustadz Azlam sedikit menyindir Adel.

"Ya sudah ini sama Abi ji ga istirahat juga kalau gitu, bukannya Abi sama umi lebih tua dari mas Azlam." Timpal Adel sok polos.

"Iya, ini juga umi sama Abi udah mau istirahat." Sahut Abi Ali.

"Diba kamu istirahat juga nak, ini sudah malam." Siri ustadz Azlam kepada Diba yang masih sibuk dengan bukunya, PRnya sudah selesai sejak tadi, tapi kini Diba asik bergambar dengan Adel.

"Nanti aja bi, Diba kan masih muda, jadi tidak perlu istirahat cepat-cepat." Sahut Diba tanpa beralih karena anak kecil itu sibuk mewarnai gambar pemandangan yang telah Adel buat di buku gambarnya, soal menggambar emang Adel juaranya.

Ustadz Azlam yang mendengar itu menatap tidak percaya dengan putrinya itu, sedangkan Adel berusaha menahan tawanya.

"Gak usah ketawa-ketawa kamu !" Ucap ustadz Azlam kepada Adel jangan lupakan tatapan sinis pria itu, setelah mengatakan itu pria itu berjalan menuju kamarnya.

Hahahaha tawa Adel meledak begitu saja, bahkan tawanya terdengar sampai di depan kamarnya, bahkan jarak kamar dan ruang keluarga sedikit berjarak, walaupun rumah itu tidak bertingkat, tapi rumah itu sangat luas, memiliki banyak ruang didalamnya.

"Diba, gambarnya lanjut besok aja lagi ya sayang, ini sudah waktunya kamu istirahat, umi juga udah capek banget." Lembut Adel mengusap punggung Diba yang menunduk sibuk mewarnai. Adel benar-benar sudah banyak berubah sekarang, salah satunya ia sudah sangat menerima Diba bahkan memperlakukan anak itu penuh kasih sayang dan kelembutan.

"Iya umi." Diba kemudian membereskan buku, dan beberapa pewarnanya yang berceceran di lantai, di bantu Adel.

Setelah selesai Adel mengantar Diba masuk kekamar, memastikan jika putrinya itu sudah sikat gigi, berwudhu sebelum tidur.

"Selamat malam sayang, mimpi indah ya." Adel mencium kening Diba sekilas.

"Malam umi."

"Umi ke kamar ya sayang." Adel merapikan selimut Diba kemudian keluar dari kamar putrinya itu, tak lupa sebelum keluar ia mematikan lampu utama, dan hanya menyalahkan lampu tidur.

🍁🍁🍁🍁

Adel memasuki kamar, ia melihat suaminya tengah berkutat dengan laptopnya sambil duduk bersandar di  kepala tempat tidur.

"Ingatlah wahai manusia, jika dirimu mengambek." Adel bernyanyi sambil berjalan melewati tempat tidur, ia sengaja bernyanyi untuk menyindir pria yang duduk di tempat tidur, karena Adel yakin kalau suami tuanya itu sedang ngambek gegara dikatai tua tadi saat disekolah, dan masih berlanjut hingga saat ini.

Ustadz Azlam tidak menghiraukan istrinya itu, padahal ia tentu tau kalau istri mudanya itu sedang menyindirnya.

Adel yang tidak mendapat respon dari ustadz Azlam tidak kehabisan akal, ia meraih ponselnya dan ikut duduk bersandar di kepala tempat tidur.

"Menurut beberapa ilmuwan di Prancis telah meneliti bahwa seseorang yang muda mengambek apalagi terhadap istrinya, 99,9% akan semakin cepat tua, itu karena disebabkan hormon yang bernama latin Tuadi hormon  atau bisa dikatakan dalam bahasa Indonesia Tua-tua keladi."

Ustadz Azlam yang mendengar itu langsung menatap tajam Adel yang terlihat menutup mulutnya seolah ia terkejut dengan artikel bohongan yang ia baca.

"Astaghfirullah, semoga suami hamba tidak seperti itu ya Allah, tapi saya sangat merasa bersyukur karena Alhamdulillah suami saya tidak pernah marah atau ngambek, ngambek kan cerminan anak kecil, sedangkan suami saya udah tua kan, jadi dia nggak mungkin ngambekkan, Alhamdulillah banget ya Allah, entah kebaikan apa yang pernah ku perbuat sampai mendapatkan suami seperti beliau." Adel terus bicara sambil terus mengucapkan rasa syukurnya, bahkan ia sengaja menghiraukan suaminya yang kini menatapnya tajam.

"Dan satu lagi, suami hamba juga sangat tampan, walaupun sudah tua sih" lagi-lagi Adel mengulang kata tua, ia sengaja menggoda suaminya, tanpa orang tau kalau sebenarnya Adel berkali-kali minta maaf dan pengampunan karena telah mengerjai suaminya.

"Dosa kamu !" Celetuk ustadz Azlam, Adel seketika menoleh memperlihatkan wajah terkejutnya.

"Astaghfirullah mas, kamu ngagetin aja, sejak kapan mas disini ?" Ucap Adel berpura-pura.

"Saya segini besar kamu tidak lihat ? Sebelum kamu duduk disitu dan terus mengoceh tidak jelas saya sudah disini dari tadi, kamu tidak lihat saya, kamu pikir saya apa, jin ?" Bukannya merasa takut melihat kekesalan suaminya, Adel malah takjub.

"Ya Allah suamiku, bisa ngomong panjang juga."

Ustadz Azlam tampaknya sudah lelah dengan sikap istrinya itu, dari pada menghabiskan waktu percuma meladeni Adel, lebih baik ia istirahat saja, lagian sepertinya istrinya itu tidak peka, bukannya tidak peka sih, lebih tepatnya tidak tahu harus membujuk seseorang yang telah ngambek, biar bagaimanapun ustadz Azlam kan juga manusia yang kadang pengin dimanja juga, tapi sepertinya ia harus mengubur keinginannya itu.

Ustadz Azlam kemudian meletakkan laptopnya diatas nakas, mematikan lampu yang ada di atas nakas sampingnya, kemudian mengistirahatkan dirinya membelakangi Adel.

Adel yang melihat itu tersenyum geli, kemudian ia ikut berbaring memeluk suaminya dari belakang, tak lupa kakinya yang tidak ada soapn-sopannya ia naikkan di atas paha ustadz Azlam, Adel memeluk suaminya itu layaknya bantal guling.

"Esstt...estt...mas !" Panggil Adel mendusel pada punggung ustadz Azlam.

"Mas !" Masih tidak ada sahutan.

"Mas, main yuk !" Adel mengajak ustadz Azlam seperti ia mengajak anak kecil.

Ustadz Azlam yang mendengar kata main membuka matanya yang sudah ia tutup, walaupun sebenarnya ia belum tidur, tapi ia tidak ingin luluh begitu saja, ustadz Azlam tau kalau istrinya itu sangat ajaib, jangan sampai kata main itu lain berbeda pemikiran dengan wanitanya itu.

"Mas, ayo main !"

"Massss, main, ayo main, masss, mas beneran gak mau nih ? Jangan nyesel ya.

Saat Adel melepaskan pelukannya, ustadz Azlam tiba-tiba menahan pergelangan tangannya lalu berbalik menghadap Adel.

"Ayo main !" Ajak ustadz Azlam.

"Cih, giliran diajak main cepet, dasar ! Malu sama umur om !" Cibir Adel memutar bola matanya malas.

"Nggak sopan kamu mutar mata kayak gitu sama suami." Tegur Ustadz Azlam menyentil kening Adel.

"Ya maaf."

"Ya sudah ayo, katanya mau main." Ustadz Azlam mengambil ancang-ancang untuk mencium Adel, namun wajahnya ditahan oleh istrinya itu.

"Maksud aku main tebak-tebakan, bukan main itu-itu, ishhh dasar tua, pikirannya mesum Mulu."

Ustadz Azlam yang mendengar itu langsung menjatuhkan badannya begitu saja disamping Adel, lalu menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Adel yang melihat itu tertawa keras, untung saja kamar mereka kedap suara jadi tidak ada yang mendengar tawa Adel bak embak-embak gamis putih yang suka tinggal di pohon.

To be continue....

Sebagai permintaan maaf karena suka telat update, aku double up, semoga kalian terhibur, dan aku juga mau minta maaf karena alurnya mungkin agak ngaur....

Terimakasih 🙏🙏🙏😘😘😘

Jangan lupa VOTE KOMENTAR dan FOLLOW

ISTRI BAR-BAR PAK USTADZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang