Jebakan

1.3K 96 7
                                    

"Mas, harus banget kamu ke pesantren ?" Tanya Adel sambil menyiapkan pakaian yang akan dikenakan suaminya.

"Iya sayang, hari ini pertemuan rutin dilakukan setiap tiga bulan sekali, apalagi banyak hal yang akan diselenggarakan pesantren dalam waktu dekat ini, jadi mas harus hadir juga." Jelas ustadz Azlam yang menikmati secangkir teh buatan Adel setelah sholat subuh tadi.

"Kenapa nggak Abi aja sih mas, emangnya harus mas banget ya ?" Adel duduk disamping suaminya.

"Abi enggak bisa sayang, lagian Abi sudah lama gak ikut pertemuan rutin ini setelah mas yang gantikan, dan ya memang harus mas yang hadir, walaupun Abi bisa, tetap mas juga harus datang."

"Tapi ingat ya mas, aku nggak mau kamu dekat-dekat sama Ning Zara, dia tu mau rebut kamu dari aku mas."

"Iya sayang, lagian disana bukan cuma ada mas, ada Gus Athar, Abah kyai, dan pengurus pesantren lainnya, dan Ning Zara, mas rasa dia nggak akan ikut berpartisipasi dalam hal ini."

"Ya sudah, lebih baik kamu mandi, nanti kamu telat__" Adel beranjak dari duduknya.

"Oh iya mas, nanti aku mau kerumah mama ya, sekalian mau jemput Diba, habis betah banget di sana, mentang-mentang dimanjain terus." Oceh Adel.

"Iya, mau mas anterin?"

"Gak usah mas, lagian aku mau beres-beres dulu, habis itu baru kesana agak siangan aja, sekalian jemput Diba kesekolah dulu."

"Ya sudah tapi ingat ! Kamu harus hati-hati nyetirnya, enggak boleh kebut-kebutan kayak dulu lagi, kamu pakai mobil satunya aja, gak usah pakai mobil kamu."

"Iya ish, bawel !" Setelah mengatakan itu Adel keluar untuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan suaminya.

🔗🔗🔗🔗🔗

Mobil Pajero sport putih milik ustadz Azlam tiba di pesantren, setelah memarkirkan mobilnya ia langsung menuju tempat dimana diadakan pertemuan, saat berjalan banyak para santri yang menyapanya.

"Assalamu'alaikum Gus " sapa seorang santri sambil menjabat serta mencium punggung dan telapak tangannya.

"Walaikumusalam, bagaimana Zan, lancar semuanya ?" Jawab ustadz Azlam kemudian balik menanyakan soal pondokan santri sebagai salah satu pengurus pondok santri.

"Alhamdulillah lancar tanpa ada kendala Gus."

"Ya sudah saya pamit ke ruang pertemuan."

"Baik Gus, silahkan."

"Assalamu'alaikum.

"Walaikumusalam.

Setibanya di ruang pertemuan ternyata sudah banyak yang datang dan menyambut kedatangannya.

Sementara dilain tempat Ning Zara berada di sebuah ruangan yang terletak diantara pondok santri dan santriwati, ruangan tersebut sudah lama tidak terpakai, rencananya tempat itu akan direnovasi ulang untuk di jadikan ruangan tambahan untuk pondok santriwati.

"Bagaimana apa sudah siap semua ?" Tanya Ning Zara merapikan tempat tidur yang sedikit berantakan.

"Sudah Ning, tapi jika ketahuan bagaimana Ning, saya takut pak kyai marah." Ucap salah seorang santriwati yang diminta Ning Zara menyiapkan semua rencananya kali ini.

"Abi saya tidak akan sampai tahu, kamu tenang saja, lagian ini hanya kita yang tahu." Ucap Ning Zara santai.

"Saya jadi gak sabar." Ning Zara tersenyum lebar.

"Ning, sebaiknya Ning Zara tidak melakukan ini, ingat Ning, dosanya sangat besar, apalagi Ning punya nama, apa tidak mencoreng nama baik keluarga kyai nanti Ning ?" Satri yang bernama Dewi memberitahu.

ISTRI BAR-BAR PAK USTADZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang