Mempertangungjawabkan kesalahan

1.4K 115 20
                                    

Adel dan semua keluarga mendengar dengan seksama cerita ustadz Azlam, bahkan kini ustadz Azlam sudah menggenggam tangan istrinya sejak tadi, para tamu ? Semuanya sudah pulang dengan rasa sesal dan permohonan maaf yang mendalam Abah kyai menyampaikan kepada para tamu bahwasanya acara pernikahan dibatalkan. Kini semua keluarga inti berada di ndalem ponpes, termasuk Aldo dan Gilang tetap di berikan izin untuk ikut karena biar bagaimanapun kedua pria itu ikut andil membantu ustadz Azlam membongkar kedok Ning Zara walaupun hampir terlambat, karena bukti dan saksi sedikit sulit mereka dapatkan.

Ning Zara ? Sekarang wanita itu duduk di apit kedua orangtuanya, sambil meremat kuat gaun pengantin yang ia kenakan.

"Gus, anda jangan mencoba memfitnah saya, saya bisa menuntut Gus atas tuduhan pelecehan dan pencemaran nama baik." Akhirnya Ning Zara angkat suara, sepertinya wanita itu masih belum menyerah walaupun di depan mata sudah ada bukti dan saksi.

"Zara !" Abah kyai menegur dengan tegas, ia sudah sangat pusing dengan sikap putrinya itu, entah sudah berapa kali putrinya itu membuat ia malu di depan keluarga adiknya sendiri, bahkan kali ini ia menanggung malu yang sangat memalukan dan merasa tercoreng.

"Sudah cukup ! Sepertinya kamu memang harus di hukum." Lanjutnya dengan suara serak tak sanggup mengangkat kepala melihat orang-orang yang berada disana.

"Tapi Zara gak salah bi, Gus Azlam memang telah melecehkan saya, apa Abi ingin putri Abi di perlakukan seperti itu ?"

Abah kyai mengangkat tangannya di depan Ning Zara pertanda ia menyuruh putrinya itu berhenti." Zara, Abi sudah sangat malu, entah bagaimana Abi menutupi wajah Abi karena masalah ini, kamu putri Abi satu-satunya, tapi kenapa kamu selalu memberikan ini pada Abi, hanya rasa malu yang selalu kamu berikan kepada Abi, apa___" suara Abah kyai tercekat karena tangis." Apa pantas kamu bersikap seperti ini Zara, kamu membawa nama Abi nama pesantren, dan nama keluarga besar kita, bukan hanya itu, yang paling utama ialah, harusnya kamu bisa menjaga kehormatan kamu sendiri sebagai wanita muslimah, apakah pantas seorang wanita baik-baik berprilaku seperti ini ? Apakah pantas seorang wanita muslima memperlihatkan tubuhnya kepada lawan jenisnya yang bukan mahramnya ? Apa kah pantas zara ?" Entah perkataan apa lagi yang harus Abah kyai katakan, rasanya ia sungguh tidak tahu harus mengatakan apalagi, ia sebagai ayah dari seorang putri merasa sangat gagal dan berdosa karena telah gagal membimbing putrinya kejalan yang diridhoi Allah.

"Maaf..." Abah kyai merendahkan dirinya bersimpuh di depan keluarga adik serta keluarga besan dari adiknya, Abi Ali. Abah kyai mengatupkan 🙏 tangannya memohon maaf atas sikap putrinya.

"Saya benar-benar minta maaf atas perilaku putri saya, nak Adel maaf kerena ulah putri saya nak Adel sampai hampir berpisah dengan suamimu, maaf nak, Abah mohon maafkan Abah dan seluruh keluarga Abah." Tangis Abah kyai pecah. Abi Ali yang melihat kakaknya seperti itu langsung berdiri dan membantu kakaknya itu berdiri, memeluknya mengusap punggung rentan kakakanya.

"Mas tidak perlu melakukan ini, mas jangan merendahkan diri mas dengan melakukan apa yang tidak seharusnya mas lakukan, ini semua ujian untuk kita mas, mas sadarlah !" Ucap Abi Ali terus mengusap punggung Abah kyai memberikan ketenangan.

"Tapi Li, mas gagal, mas telah gagal mendidik putri saya sendiri, bagaimana nanti cara mas mempertanggungjawabkan nya di di depan Allah ?" Abah kyai menangis dalam pelukan sang adik.

"Mas yang sabar ! Hanya itu yang bisa saya katakan, tapi mas harus tetap yakin, yakin untuk merubah Zara, mas masih punya keluarga, mas tidak sendiri, kita berdoa saja, setelah Zara dihukum mudah-mudahan saja ia bisa merenungi perbuatannya selama ini dan mau bertaubat memohon ampun kepada Allah, Zara perempuan yang paham akan ilmu agama hanya saja ia disesatkan oleh pikirannya, disesatkan akan bisikan setan, insyaallah Zara akan berubah mas."

ISTRI BAR-BAR PAK USTADZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang