2. Bukan paket dari pasar

1.4K 140 12
                                    


Sore hari yang sangat tenang, Hanzel asyik membaca bukunya di ruang tengah sejak tadi siang. Duduk di sofa dengan sesekali merubah posisi ditemani dengan wafer juga es teh kesukaannya.

Tumbennya setelah pulang sekolah si tiga setangkai tidak ribut, senyap. Dilihat Nay dan Ray sudah terkapar di atas ranjang masing-masing. Hanya saja Kay yang sekarang sedang berjalan ke arah Hanzel dan langsung duduk di sampingnya.

“Kak Asel bosen enggak?” tanyanya tiba-tiba.

“Enggak.”

“Kay bosen.” Kay menyimpam dagunya di bahu Hanzel.

“Biasanya gelut sama Nay.”

“Eeeh.. Kakak mah.”

“Kakak punya pacar enggak?”

“Hmm.” Hanzel hanya berdehem membalas pertanyaan sang adik yang memalaskan.

“Iya? Astaghfirullah.. ingat agama kakak.. ingat Allah, Allah telah melarangnya. Zina kakak, dosa,”

“Enggak, Kay, enggak..”

“Suer bawel banget, Mana mungkin cewe-cewe di sekolah ngegandrungin kamu. Apalagi si Meli yang tergila-gila, buta kali ya.”

“Kakak tahu?” Kay melotot karena Hanzel tahu tentang Meli.

“Apa yang gak tau.”

Hanzel tidak tahu tingkah dan sifat Kay di sekolah yang bertolak belakang dengan di rumah. Mungkin saja, kalau Hanzel bersekolah kembali dan bertemu Kay, ia juga akan tergila-gila karena sifatnya yang cool dan tampan dapat membuai banyak wanita.

“Permisi, den. Ada paket atas nama Sel. Untuk non Hanzel, mungkin?.” Mbak Wani memberikan sebungkus paket di terima oleh Kay.

“Dari siapa Mbak? Gebetannya?”

“Kurang tahu, Den.”

Kay membaca kertas yang tertera pada paket, tak ada nama pengirim, hanya atas nama Sel dan alamat rumahnya.

“Bundaaa Kak Asel dapet paket dari cowo namanya disammarkan.” Seru Kay dengan suara melengking hampir merusak kaca.

“Buka dulu, bambang, jerat jerit kayak cewe.”

Kay membuka paketnya, berisi buku yang berjudul “Mencintai karena Allah” di tambah sebatang coklat yang di ikat pita.

“Dari siapa ya?” tanya Hanzel sangat heran.

“Dari lelaki yang mencintaimu,” jawab Kay menggoda.

Ada surat kecil yang menyelip di dalam box. Langsung di ambil dan dibaca keras oleh Kay.

Wahai wanita pujaanku
Aku berikan ini untukmu
Karena aku ingin kamu  mencintai seseorang hanya karena Allah.
Tak banyak harapanku padamu, selain kamu menjadi istriku nanti.
Aku akan segera menemuimu.
 
Salam hangat
Guay
Bandung 202*
 
“Idih, alay bener,” pekik Hanzel.

“Guay siapa, Kak?”

“Enggak tahu.”

“Aaah masa. Orang dia ngasih ini ke kakak.”

“Coklatnya buat Kay.”

“Jangan, gak tau punya siapa.”

“Kan buat Kakak.”

“Kan Kakak gak tau Kayza Putra Alexanderrr,” ucap Hanzel sedikit kesal.

“Iya, iya.”

Hanzel melangkah pergi dengan membawa buku bacaannya juga kotak paket tadi, meninggalkan Kay sendiri duduk di sofa.

Keluarga ZETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang