5. Berontak

801 84 9
                                    

Cerita Juliiza dimasa-masa ia mengasuh kelima anaknya dalam satu waktu bersamaan yang bukan hanya bahagia, tapi bimbang juga sedih kadang menerjang perasaannya.

Tiga bulan setelah melahirkan anak kembarnya, rasa bahagia juga lelah dirasakannya setiap hari. Melihat anak-anak yang menggemaskan setiap harinya. Namun sayangnya di tengah kebahagiaan ada bayi, si putri sulung malah makin sering menangis dipelukan sang Bunda. Karena merasa sedih kalau perhatiannya teralihkan, yang padahal Iza dan Reza membagi kasih sayangnya sama rata, hanya saja omongan sekitar yang membuat Hanzel merasa sedih.

"Iiish nanti Bundanya lebih sayang adek-adek baru looh."

"Hanzel sama tante aja yuk, bundanya sibuk sama adek baru."

Walaupun sibuk dengan ketiga anak kembarnya, Iza tidak menyingkirkan Hanzel yang bersedih di sampingnya. Hanzel berada di samping Iza memeluknya sangat erat.

"Aseel.. Udah mau satu bulan loh, mana sih Asel yang dulu??"

Nai bayi perempuan yang sedang di beri ASI oleh Iza melepas minumnya saat terasa kenyang. Dan tersenyum senang seraya terkekeh menghentakkan kakinya.

"Adik Nai sudah kenyang?" Hanzel tersenyum saat melihat adiknya terkekeh senang.

Melihat jam dinding, perlahan Iza menjauh dari ranjang perlahan agar tidak mengusik ketenangan bayi keluar kamar mengendap-endap. Hanzel yang tersadar tak ada sang Bunda langsung keluar kamar menghampiri sang Bunda. Niat menjemput Hamzi di depan pintu, ternyata si sulung sudah berlari ke arahnya saat masih di ambang pintu dengan Mbak Samina yang ada dibelakangnya sambil menjinjing tas sekolah.

"Bunaa.." serunya langsung mendekap sang Bunda.

"Hanzel tidak ke sekolah lagi?" tanya Hamzi menatap sang adik yang mencekam tangan Bunda sangat erat.

Hanzel menggeleng, "Asel sedih."

Setelah satu minggu Hanzel mogok sekolah, dengan tak banyak bicara, hanya diam dan menggeleng tak bergerak. Sejak saat itu Hanzel menempel pada Iza tidak bisa dipisahkan. Berbagai cara Iza dan Reza membujuknya agar mau kembali bersekolah di TK tiap pagi.

Semalam Hanzel berbaring di tengah-tengah antara Ayah dan Bundanya. Ia asik membolak-balikkan halaman buku dongengnya.

"Buna tidak gendong bayi?" tanya Hanzel dengan polosnya melihat Iza yang diam berada di sampingnya.

"Enggak, kan malem ini khusus buat Asel. Kenapa emangnya?"

"Biasanya sama bayiiiii terus, kalau enggak sama adik Nai, sama Adik Kay, kalau enggak sama Ray. Ganti-gantian gak bisa diem," ujar Hanzel dengan bibir manyun nya dan masih membolak-balikkan buku tanpa menatap ayah bundanya, mendengar ucapan sang putri membuat Iza dan Reza terkekeh lucu.

"Asel enggak mau tidur di kamar bareng kakak Hamzi lagi?" Hanzel menggeleng. "Adik-adiknya udah tidur di kamarnya. Tinggal Asel di tengah-tengah sini." Hanzel menggangguk.

"Besok sekolah lagi yuk." Hanzel menggeleng.

"Ish kamu mah, ngangguk geleng-geleng. Ayok ih besok sekolah."

"Ada syalatnya," ucapnya.

Reza yang mendengar menepuk jidat, seolah terkejut. "Apa itu syaratnya?"

"Peltama,"

"Aduhaiii ada berapa banyak itu syaratnya?" ucap Reza.

"Peltama, Buna cuma boleh untuk Asel. Kedua, Asel diantar dan di jemput oleh Ayah Buna. Ketiga, Asel mau makan siang berdua dengan ayah."

"Waaah.. Berat sekali permintaan tuan Putri. Baiklah, akan Ayah pikirkan. Sekarang Tuan Putri tidur ya."

Disaat semalam Hanzel mengeluarkan permintaan dan pada paginya belum ada permintaan yang bisa dikabulkan jadi Hanzel masih mogok sekolah.

Keluarga ZETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang