3. Janji Enggak Nakal

1.3K 148 21
                                    

Di pagi hari Ray dan Kay berkaca di cermin yang berbeda. Ray dengan wajah datarnya bersiap sekolah dengan berdiri tegak memasangkan kancing-kancing bajunya, juga menyisir rambut rapi mengikuti arah tumbuh rambut. Sedangkan Kay ia bernyanyi di dalam kamar sambil berjoget-joget menyisir rambutnya bergelombang ke atas dan sedikit di beri poni, memakai kemeja sambil menari.

Mereka keluar kamar bersamaan, di lihat oleh Nay yang keluar lebih awal. Sungguh saudara laki-laki kembarnya jauh berbeda bagai bumi dan langit. Kay berada di ambang pintu dengan tas yang ia selempangkan di sebelah pundak dan satu kancing kemeja atas terbuka, berkacak pinggang dengan gaya, terlihat seperti bangun tidur langsung mengenakan seragam. Sedangkan Ray dengan tubuh gagah mengenakan seragam sangat rapi, juga dasi yang terikat indah di lehernya, menjinjing tas keluar kamar. Nay menggelengkan kepala.

"Beuh.. Adek Ray kasep sekali pagi ini. Akang Kay dah mandi belum?"

"Weh macem-macem. Dah ganteng kayak gini di kira enggak mandi," balas Kay.

Mereka menuruni tangga bersamaan. Ternyata di meja makan telah berkumpul Ayah, Bunda, dan dua kakak saudaranya. Hamzi yang sudah siap bekerja dan Hanzel yang siap berangkat ke kampus. Pagi ini, Iza tidak mengomel karena si kembar semalam telah membuat masalah dan berjanji untuk berubah lebih baik, tapi janji-janji mereka tidak pernah ada yang bertahan lama.

"Pagi Ayah, ganteng." Nay mengecup pipi Reza.

"Pagi, Cantik."

Kay duduk di samping Hamzi untuk menikmati sarapan bersama, semua sarapan dengan tenang. Hingga sarapan selesai dan Hamzi membuka suara.

"Mau ngamen di mana?" tanya Hamzi melirik pakaian Kay yang tidak mencerminkan pelajar.

Kay melirik Hamzi juga anggota keluarganya yang sedang memperhatikan dia. "Cuma beda dikit," balas Kay pelan.

"Bunda sekolahin kamu buat jadi kayak gitu?"

"Enggak.."

"Kancingnya hilang? Dasinya dipakai tikus? Tadi mandi enggak?"

"Iya iya.. Kay benerin." Ia langsung mengancingkan kemejanya dengan benar mengikatkan dasi di leher, dan menurunkan rambutnya dengan rapi.

"Kan ganteng, kalau gitu baru pelajar."

"Iya."

Tiga serangkai sudah berpamit untuk pergi sekolah, melangkah keluar rumah pada arah mobil yang terdapat Pak Agus sudah menunggunya sejak tadi. Ray dan Nay masuk ke dalam mobil terlebih dahulu, karena tangan Kay di cekal sang Bunda disuruh tunggu sebentar.

Wajah Kay menunduk sejak tadi di meja makan, cemberut, perasaannya tidak baik di pagi hari. Dan sekarang di hadapan Bunda masih dengan ekspresi yang sama.

"Kalau enggak senyum, namanya bukan Kay," tutur Iza yang membuat Kay mengembangkan senyum dalam wajahnya dan menatap mata sang Bunda.

Dengan senyumnya, Iza berkata, "Bunda percaya Akang udah besar bisa bedain mana yang salah dan mana yang bener. Bisa pilih juga temen yang baik dan temen yang jelek. Bisa kasih contoh yang baik ke adik-adiknya. Akang sedih, kan, kalau lihat Bunda sedih? Apalagi sedihnya karena ulah Akang yang Bunda enggak suka. Akang senang, Bunda senang."

"Iya, Akang minta maaf ya Bunda. Akang dengar dan pegang kata-kata Bunda."

"Dah berangkat, adik-adiknya nunggu."

"I love you." Kay mencium tangan sang Bunda juga mengecup pipinya.

"I love you too."

Kay masuk ke dalam mobil menyusul dua saudaranya yang sudah menunggu sejak tadi. Kay duduk di samping Pak Agus seperti biasa, merapikan rambutnya lebih rapi.

Keluarga ZETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang