◤Past?◥
Eden x Sena [Name]
Story by © Chocofai_
◣Spesial Chapter◢Warning!! OOC, Typo dan lain sebagainya.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Matahari mulai tenggelam memperlihatkan warna langit senja yang indah dan memanjakan mata. Akan tetapi, sekolah yang kamu tempati saat ini tidaklah indah seperti yang di rumorkan.
Pembullyan antar kasta, yang lebih banyak uang dan yang pantas ialah yang berkuasa. Selalu ada yang mengadu pada guru-guru, namun mereka menutup mata dan telinga mereka seolah-olah aduan itu hanya radio yang sudah rusak.
"Aw!"
"Ck, seharusnya kau ngaca, wajahmu itu pas-pasan, tak ada cantik-cantiknya seperti kami."
Ya, kamu salah satu korban pembullyan itu. Alasannya? Karena kau adalah produser dari unit yang baru dibentuk namun sudah terkenal kemana-mana, dimana para membernya adalah dambaan seluruh kaum hawa.
"Ingat! Mundur dari jabatan-mu dan keluar dari sini. Kami muak melihatmu ada di sini. Ayo girls."
Sebelum mereka keluar,mereka menginjak tangan, kaki dan menyayat tanganmu menggunakan cutter. Mereka meninggalkanmu sendirian di kamar mandi setelah puas menyiksamu.
"Dibanting nangis~! Make up tabel kayak ibu-ibu aja bangga. Kayak aku dong natural."
Tidak mungkin kamu bicara seperti itu di depan mereka. Kalau iya, ditendang sudah dirimu dari sekolah.
Kamu mencoba untuk berdiri, dengan modal berpegangan pada wastafel. Akhirnya kamu bisa berdiri, walaupun kamu harus menahan rasa sakit di kakimu yang tadi diinjak-injak.
Perlahan kau berjalan sambil berpegangan pada tembok di dekatmu untuk keluar dan ke ruang kesehatan untuk mengobati tangan dan wajahmu yang terluka.
Tak ada siapa pun di gedung ini saat sore hari, mungkin hanya ada beberapa orang yang ikut club atau berlatih dengan unitnya, itupun ada di gedung sebelah.
"Ternyata kau di sini, [name]-san."
Seseorang yang kamu kenal, dia adalah salah satu member dari unit yang kau produseri, Sazanami Jun.
"Tunggu, kau habis dibully lagi?" Tanyanya khawatir.
"Ya, begitulah."
Terlihat Jun menghela napasnya panjang mendengar jawabanmu yang singkat. Akhirnya dia memutuskan untuk menuntun mu sampai ruang kesehatan.
Dengan hati-hati dia menuntun mu. Tak ada percakapan apapun selama di lorong hingga tak terasa kalian berdua berada di depan pintu sebuah ruangan, ya, itu ruang kesehatan yang isinya kasur rawat dan berbagai obat-obatan.
"Tunggulah di sini."
Kamu hanya diam menurut. Toh, kamu tidak bisa kemana-mana dengan keadaan yang seperti ini. Selang beberapa menit, Jun membawa peralatan medis— obat pembersih, obat merah, kapas, perban dan plester —di nampan dan menyimpannya di meja dekat kasur rawat.
Jun mulai membersihkan darah yang sudah mengering di sekitar luka sayat menggunakan kapas lalu menuangkan cairan obat merah dengan perlahan dengan merata dan terakhir dibaluti oleh perban.
Jun pun beralih mengobati wajahmu, sama seperti sebelumnya, ia melakukannya dengan telaten tak ada yang terlewat. Selama kamu diobati, kamu hanya menahan rasa perih ketika obat merah mengenai lukamu.
"Sudah."
"Arigatou, Jun."
Jun hanya mengangguk sebagai respon. Tak lama, terdengar suara langkah kaki dari beberapa orang mendekati kearah ruang kesehatan dengan terburu-buru.
Brak
"[Name]-chan! Aku dengar dari Jun-kun, kau dibully lagi." Seru salah satu dari tiga orang yang baru datang.
"Iya, tapi sudah diobati sama Jun." Jawab mu menunjukkan perban yang di tangan.
Mereka mulai mendekatimu dan menanyakan apa saja yang mereka— pembullymu —katakan padamu.
"Kata-kata yang sama setiap mereka membully ku." Sesantai itu ketika kamu menjawab pertanyaan mereka.
"... Apa lukamu parah?" Tanya kakak kelas mu yang bersurai abu muda.
"Sedikit."
Disaat kedua kakak kelas-mu menanyakan keadaanmu, hanya satu orang yang tidak berbicara sama sekali, tapi kamu tahu, bahwa dia itu mencemaskan mu hanya saja tertutup dengan muka seriusnya yang terpampang sekarang.
"Ibara, kamu pasti khawatir 'kan?" Tanya mu dengan percaya diri.
Lelaki yang dipanggil 'Ibara' oleh mu itu mengangkat sebelah alisnya, namun saat baru mau membuka mulutnya kamu sudah memotong duluan.
"Yah, aku tau kamu bakal menyangkalnya." Ujar mu sembari mengangkat telapak tanganmu sejajar dengan bahu.
Lelaki itu menghela napas. "Bukankah kau bisa bela diri, huh?" Tanyanya
"Eh? Benar juga. [Name]-chan kan bisa bela diri, kenapa tidak membalasnya?" Tanya kakak kelas mu yang bersurai seperti kubis (?).
"Aku tidak ingin dapat kasus hanya karena itu. Toh, guru-guru di sini gak bakal ada yang mau dengerin aduan murid seperti ku." Jawab mu santai seperti tadi.
Tiba-tiba kakak kelas mu yang berambut panjang menarik mu dalam dekapannya.
"... Manusia itu memang kejam. Mereka melukai sesamanya hanya karena kedudukan mereka. Padahal mereka mengetahui bahwa tuhan tidak menyukai tindakan itu." Ujar kakak kelas mu sambil mengelus pelan kepalamu. "... Kau bisa membagi ceritamu dengan kami."
"Nagisa-kun benar! [Name]-chan bisa bilang pada kami jika mereka berbuat ulah lagi! Warui Hiyori!"
"Sou, kau bisa minta bantuan apapun pada kami, [Name]-san."
"Hah~ ya, yang dikatakan mereka benar."
Kamu masih terdiam dalam dekapan kakak kelas mu. Hatimu berasa menghangat ketika mereka mengkhawatirkan mu. Perlahan senyuman terukir di wajahmu.
"Arigatou, Jun, Ibara, Nagi aniki, Hiyo aniki mou." Ujarmu pelan namun masih bisa terdengar oleh mereka.
➳༻❀🎶❀༺➳
Pengen dipeluk kakka juga...
Ruz : ada yang panas nih.
Berisik! Oh ya, aku akhirnya mutusin buat hiatus in book ini lagi karena mau nyelesain book project sama mulai besok aku bakal sibuk. jadi sebagai permintaan maaf karena membuat kalian menunggu, aku buatin chapter spesial ini. Mungkin gak sesuai ekspektasi kalian.
Dan... BESOK AKU MPLS, DOAIN SUPAYA BESOK GAK DAPET HUKUMAN DARI TETEH TETEH OSIS YA. Yup! Aku baru masuk SMA.
See you next chapter dan jangan lupa vote nya (。•̀ᴗ-)✧
KAMU SEDANG MEMBACA
ʀᴀɪɴᴄᴀʀɴᴀᴛᴇᴅ ɪɴᴛᴏ ᴛʜᴇ ᴡᴏʀʟᴅ ᴏғ ᴇɴsᴇᴍʙʟᴇ sᴛᴀʀs?
Random"CHOU UZAI, [NAME] BANGUN!!" Tertembak oleh 'mantan' teman lalu bereinkarnasi ke sebuah game dan menjadi adik dari salah satu karakter di game itu. Lalu, apa yang harus dilakukannya? Dan bagaimana kesehariannya? ◤ ──┅┅┄┄*ೃ:.✧✲゚*。⋆─── ⋆✩⋆ Enstars! x...