empat

51 25 3
                                    

.

"Pagi" ucapnya ramah dipengeras suara. "Perhatian untuk semuanya! Segera kepada murid baru untuk membuat kelompok beranggota sepuluh orang. Dimulai 10 detik!"
Sepuluh
Sembilan

Semua murid berhamburan mencari anggota kelompok seperti serangan mendadak dari langit.
Delapan
Tujuh
Enam

Hanna, Ocy dan Zulfa pun ikutan panik mencari kelompok lainnya kebanyakan sudah pada mendapatkan anggota dengan Full. Melihat Rerey dengan kawan-kawannya yang sedang mencari juga. "Hanna. Sini gabung cepat" ucap Rerey. Lalu mengisyaratkan sign oke dari kejauhan.

"Ci. Fa. Disana" seru Hanna menunjuk ke arah Rerey.
"Ayo. Ayo. Mana. Cepat!" buru-buru Zulfa.
"Bentar. Tunggu, sepatu gue copot" celoteh Ocy.
"Hadueh. Ocy lagi genting gini, cepat!" buru-buru Zulfa lagi.
"Ii-h, apaan sih kek latihan militer aja. Marahnya ke sono yang didepan, bukan ke gue" bela diri Ocy.
"Nalinya cepet, jangan banyak omong"
"Iya Na, ish"  kesal Ocy. Naliin sepatu kagak selesai-selesai.
"Lagian Lu udah SMA juga kagak bisa pake sepatu talian. Balik ke TK aja sana pake sepatu prepetan" misuh-misuh Zulfa.

"Hanna!" sorak Rerey lagi.
Hanna mengisyaratkan untuk mereka yang kesini bergabung. Mereka sudah terkumpul tujuh anggota. Melihat nama-namanya dari name tag yang digantungkan dileher mereka masing-masing. Rerey, Michelle, Sofia, Ucok, Rafael, Dara. Satu lagi tidak terlihat karena ia berada barisan paling belakang, Melihatnya samar-samar menyipit mata untuk memperjelas. Mendekat, terlihat huruf berawalan O- Ozzie.
Lima
Empat
Tiga, waktu segera berakhir.

"Hama" ucap lelaki yang terlihat samar-samar itu, bernametag Ozzie menghampiri merangkuh pundak.
Dua
Satu, selesai.

"Untuk yang tidak mendapatkan kelompok atau anggotanya kurang dari sepuluh ke depan" pemberitahuannya. "Baik sepertinya tidak ada, saya lanjutkan. Sekarang satu kelompok lima anggota" perintahnya.

"Lima orang?" kaget kami semua. Rerey memegang temannya Sofia dan Michelle. Hanna pun sama dengan Ocy dan Zulfa, keadaan yang sama Ozzie masih merangkuh Hanna "Satu lagi".

"Kita bertiga gimana nih, Dara?" bingung Ucok.
"Au ah, males gue. Kabur aja yuk, El"
"Heh oon. Gue aduin ni ya teriak" sungut Ucok. Dan Rerey mendengar itu langsung menarik Dara dan Rafael.
"Eit! tidak bisa" tahan Rerey.
"Nggak mau. Ayo Rafael. Ucok ikut juga nggak" basi-basi Dara padahal sudah tahu jawabannya apa.
"Nggak! Dan itu tidak akan terjadi".

"Okay. Saya hitung dari delapan" kata suara suara keras diudara.
Delapan

"Hanna, Gue sama kamu, ya?" ingin Ucok.
"Ucok! wah, nggak solid. Lu" sungut Dara.
"Solid-solid dengkulmu"
Tiba-tiba Rafael gabung dengan kelompok Hanna menglangkah santai posisi tangan didalam saku. "Udah pas" kata Ocy dan yang lain mengangguk.
Tujuh
Enam

"Rafael!" gerutu Ucok. "Gua duluan yang bilang sama Hanna malah elu yang masuk, kunyuk". Rafael menjulur lidah dengan mengidik bahu. "Males ah!" kesalnya lalu melenggang ingin pergi. Sesuai perkataannya tadi "Nggak! Dan itu tidak akan terjadi", Rerey menahannya. Gila, jika itu terjadi ia bakalan disuruh aneh-aneh didepan banyak orang sama dengan pemikiran teman-temannya.
Lima
Empat
Tiga
Dua
Satu, stop.

Seperti rules game yang dijelaskan diawal, anggota kelompok yang tidak sesuai dengan nominal yang disebutkan. Harap maju kedepan dan menjalankan hukumnya.

Tiga murid maju kedepan dengan enggan-enggan. Dua murid laki-laki, satu murid perempuan. Siapa sangka perempuan itu berjalan i dont give a f*** kedepan. Wah, lima jempol dari Hanna, dua jempol tangan, dua jempol kaki, satu jempol minjem ke Ocy.

mati ditubuh yang tumbuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang