enam

35 21 0
                                    

.

Agenda terakhir selama Ishoma, makan siang yang diburu-buru duduk bersila hadap-hadapan. Hampir saja menyantap makanan tanpa mencuci tangan sama sekali. Namun ada salah satu kawanan terusik jika hal ini terjadi, ia berinterupsi bahwa ini tidak benar. Lalu dibawakan satu ember kecil berwarna hitam berisi air entah tidak tahu air darimana dan air apa. Satu persatu bercuci tangan bergantian di ember yang sama. Hendak menyela lagi lengannya disenggol oleh temannya, bergeleng-geleng kita makan dulu, semua sudah lapar dan lelah jika kau menyela lagi akan semakin lama. seluruh kawanannya hampir tertatap tajam. Makan harus tegap, nasi nyamperin mulut bukan mulut nyamperin nasi kalian manusia bukan bebek.

Selama makan tidak dibolehkan berremeh, jika hal itu terjadi cepat ambil remehmu sebelum dihitung satu remeh satu seri. Dalam artian satu seri sama dengan sepuluh push up. Bahkan bisa sewaktu-waktu, satu seri sama dengan seratus push up. Makanan harus habis, jika tidak sisa sisa makanan itu akan disatukan dalam satu wadah habiskan bersama-sama satu kawanan satu suap. Jikalau tidak juga akan diberi air agar cepat lolos dari mulut ke dalam perut dan tidak boleh dimuntahkan. Satu suapan kedalam mulutmu adalah rezeki dari tuhan yang tidak semua orang mendapatkan rezeki makanan yang masuk ke dalam perut dengan mudah. Kalian yang hanya berjalan beberapa meter sambil berseri-seri. Udah mah telat mending telat satu menit ini tiga jam, masih untung dapat makan siang dan air minum yang jauh dari permukiman.

Delapan barisan setiap dua baris berhadapan, setelah makanan habis dibagikan satu botol minum besar untuk satu banjar harus cukup dan semuanya terbagi rata disatu botol minum itu.

Dara memelas memegang perut "Ucok?" bisiknya. Pemilik nama mengerut dahi "Sakit perut?" bertanya.
Dara menggeleng. Temannya mengerut dahi lagi "kenapa? mual?". Sengaja mendiam dua detik menjeda jawaban.
"Kenyang". Ucok Ber-Ahh panjang, seulas senyum mereka terukir diretinanya.

Agenda sore ini diakhiri, kawanan sebagian menaiki truk bak terbuka, sebagian lagi (tidak sebagian, lebih ke seperatatnya) harus berjalan kaki untuk kembali ke tempat pelatihan dikarenakan kawanan yang selagi bugar, segar, atau malah auranya berenergik tidak diijinkan untuk kembali dengan kendaraan melainkan harus berjalan.

Hanna menggerutu dalam kepala, ia menyesal sudah menghemat energi diperjalanan tadi, Ocy dan Zulfa menghabiskan speed terakhirnya berlari sebelum ishoma barusan. Kartu keberuntungan seumur hidup mereka mendapatkan begitu saja. Hanna cemberut melihat kepergian kedua temannya, mereka begitu pula melambai lambai dengan getar suara mesin diesel yang dihidupkan dan perlahan melaju menjauh.

"Untuk kalian berempat, akan mendapatkan poin level A jika bisa kembali dari sini ke tempat pelatihan sebelum matahari terbenam. Dan harus berempat empatnya. tidak boleh berkurang atau tumbang jika terjadi sebisa mungkin kalian menjadi tanggung jawab entah pria atau wanita, tapi terutama pria kalian calon pemimpin. Tata Krama, 5S, jiwa korsa digunakan. ada pertanyaan?" perintahnya.

Ucok mengangkat tangan. "silahkan".
"Jika matahari sudah terbenam, namun kita masih tidak sampai di pelatihan, bagaimana?"

"Usahkan bisa, tanamkan otak kalian. Bahwa kalian bisa, calon anggota kami harus optimis tidak boleh bertele - tele. Untuk konsekuensinya" ucapnya terjeda membuat pendengar penasaran. "10 seri untuk angkatan kalian dan sikap tobat untuk si pelanggarnya" lanjutnya. Mereka berempat mematung beberapa detik mencerna titah titahan.

"Hormat. Gerak! Siap bersedia!" Rafael mengambil alih pimpinan dan lalu diikuti angkatannya.

"Laksanakan" lalu berbalik kanan.

Mereka berempat ambruk bersamaan. Ibarat pengisian daya bahan bakar sebelum digunakan setelahnya melakukan pemanasan. Untuk memperingankan beban, bata 3 tumpuk didalam ransel itu dikeluarkan, dinjak, dihancurkan menjadi lebur. Untuk persediaan minum diperjalanan, Dara menyimpan diam diam 2 botol besar diranselnya bukan batu bata, curang. Tapi setelah beradu domba ia tidak curang malah bego, karena dua air minum botol besar itu lebih berat dari 3 batu bata pikiran Hanna.

Namun jika disisi Dara asal mula dua botol besar itu ia mendapatkan dari air kran dari musholla. Berpura-pura kebelet buang air kecil, lalu meminta izin untuk toilet terdekat, namun disana hanya ada musholla. Setelah mengisi botol itu dengan pinuh jika di tenteng pasti bakalan di ambil oleh siapapun yang melihat, bukan bermaksud tidak ingin berbagi, tapi ini untuk persediaan. Ia mengeluarkan batu bata lalu disimpan tepi dinding belakang toilet dan menganti beban ransel dengan botol berisi air.

"Sikap tobat kayak gimana, sih?" tanya Hanna.
"Kasih tahu, El" sahut Ucok.
"Apaan?". Dara dan Ucok bertelepati dengannya.
Rafael memutar mata "Kepala kamu ketanah lebih tepatnya ubun - ubun, tangan istirahat ditempat, pantat naik setinggi - tingginya. Kalo mereka murkanya mendidih karena adik didiknya bengal, pantat bisa dipecut pake tongkat" jelasnya enteng.
"Contohin" pinta Dara. Untuk mengakhiri keresahan kawan-kawan nya Ia memposisikan bersujud lutut dan pantat diangkat dengan tumpuan kepala dan kaki serta kedua tangan seperti istirahat di pinggang. Kesempatan Ucok dengan pikiran usilnya mempecut pantat berkali kali dengan cepat dan terjadilah pertikaian saat itu juga.

Dara mengedik bahu lalu memulai perjalanannya.
"Heh, mau kemana?" tanya Rafael.
"Pulanglah"
"Jangan lewat kayak tadi, lama. Aku tahu jalan pintasnya" mereka berbicara lewat tatapan seolah-olah bahwa pernyataan benaran atau fiktif belaka lalu disimpulkan memberi anggukan. "Aman, tenang aja".

~~~

"Salah sendiri sok-sok an hemat hemat energi" gelak Zulfa dengan guncang dalam bak berjalan.
"Itu karma kemaren ninggalin aku sendirian di kantin" Ocy mendengus "Heh, kamu juga Zulfa ninggalin Ocy. Turun, turun"
"Si Hanna yang punya ide"
"Sama aja"
"Beda dong"
"Si Hanna pelaku, aku tersangka"
Ocy makin naik pitam "Iya gua korbannya, wijung".

Pertikaian mereka jadi tontonan laga siaran langsung . Dimulai cubitan Ocy dibalas cubitan lagi, menabok dibalas tabokan lagi, mencakar lalu menjambak iya terus tepat tekuk leher pelipis ubun ubun langsung saja dibayar dengan sleddingan manja mengenai tulang kering dibalas oleh Zulfa dibalas lagi oleh Ocy, sepertinya dendam lama dendam keluarga menguak. Siaran langsung dunia persilatan sikat sudah incar ulu hatinya gebuk dadanya, satu temannya disamping santai saja walaupun mendapatkan sungkitan akhirat. Dilempar botol minum kosong oleh kawannya dari belakang berkecamuk dia merontak hatinya terluka ternoda teraniaya tidak terima lalu dipisahkan pertikaian itu dibelai kepala dan mendengak "Berisik, bangssssss#t" mensumpah serapah melampiaskan lelah, letih, betis keram, napas senin kamis, kepala pusing, mata kunang kunang, perut mual muntah, tumit nyut-nyutan mau meledak.

Ada gengsi dan harga diri yang dipertaruhkan "Diam nggak lu, nggak diam gua sebor semuanya."
"Sebor air dari mana, air minum aja habis sampai air ludah pun kering"
"Dari Tuhan" rontanya mendadak hujan lebat jatuh tepat di ubun ubun mereka, bukan menghindar malah mendongak membasahi rongga yang kering terdehirasi. Benar dari Tuhan yang Maha mengetahui kebutuhan hamba-Nya.



Bersambung....

mati ditubuh yang tumbuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang