tiga

55 25 2
                                    

.

"Mpok, nasi goreng pake sayur, sosis sama telur"
"Sambelnye berape?"
"Lima. Ah- dua setengah aja, Mpok"
"Dikit amat"
"Masih pagi, takut brocot pas ada kelas. Nggak bangetkan lagi ada guru bolak-balik ke WC tujuh kali" tawa Rerey Kararel.

"Jangan bilang semalem bolak-balik WC tujuh kali sampe panas bujur?" sela Michelle.
"He he he"
"Mau gue beliin cengek 1 kilo atau sekarung? nanti makan mentah mentah ya, 1 : 1 sama nasi gorengnya" ngomel-ngomel Michelle.
"Haduh, masih pagi tahu. Jangan jadi ibu-ibu nyebelin". Michelle masih muda kayak ibu-ibu punya tujuh anak yang super aktif. Anaknya lari langsung bilang jangan lari. Megang gelas jangan pake gelas cangkir aja. pecah mama juga yang beresin. Krawuk tanah atau pasir jangan kotor. Loncat sana loncat sini jangan nanti jatuh. Main keluar siang bolong jangan diluar panas, hitam mau?. Hujan-hujanan jangan, nanti kamu bersin-bersin.

"Guys, mending nasi lemak atau nasi bakar?" sela Sofia mempertanyakan hal yang sangat menyebalkan itu lagi. Tidak hanya sekali duakali. Satu minggu yang lalu ditoserba.
"Bagus topi biru atau abu?" kata Sofia.
"Kamu sukanya warna apa?" jawan Rerey dan Michelle.
"Pake topi biru atau abu yang cocok sama aku?" ucap Sofia mencoba topi-topi itu.
"Kamu sukanya yang mana" buncah Michelle.
"Biru, bagus" pilih Rerey.
"Abu juga bagus ya nggak, sih" sela Sofia.
"Ya udah, abu bungkus" sungut Michelle.
"Aah, nggak deh... hitam harusnya cocok kemana aja". Jadi setan lebih cocok Fia, tinggal diamplas biar jadi makhluk halus.

Pada akhirnya bel langsung berbunyi tanpa jeda apalagi ditunda. Rerey sudah menghabiskan sarapannya. Michelle sudah pasti anti berangkat sekolah sebelum sarapan karena jika tidak bakalan dimarahin tujuh hari tujuh malam oleh ibunya. Baru ingat Michelle yang tukang omel-omel ini pasti hasil buah tidak jauh dari pohonnya. Sofia tidak jadi sarapan karena kelamaan mikir antara nasi lemak atau nasi bakar. Kami segera menuju gugus masing-masing, karena satu sekolah sebelumnya tidak boleh segugus untuk sementara dimasa orientasi hari kedua ini. Sofia yang mendahului kami jalan tanpa bicara lagi, pasti dikepalanya masih memikirkan nasi lemak atau nasi bakar, lalu kenapa tidak nasi goreng saja biar sekalian bareng sama Rerey.

"Fia, nih ambil Sandwich isi selay kacang. Makan buat ganjel laper sebelum guru datang" tahan Michelle sebelum Sofia memasuki kelasnya.
"Oke" jawan singkat Sofia Deline.
"Obat maag, siapa tahu kumat" Rerey melempar obat itu ke Sofia menangkapnya dengan cepat. Refleks yang bagus Rerey mengacung jempol, lalu merangkul pundak Michelle melenggang pergi.

"Ada ada aja kelakuan" geleng-geleng Michelle Alea.
"Ha ha ha"
"Teman lu, tuh"
"Lah, Teman lu juga" ucap Rerey Melingkari leher Michelle menggunakan teknik kuncian, Chokehold.
"Sakit asu!". Rerey semakin mengeratnya. Michelle tidak mau kalah, menyiku perut bagian kanan Rerey membuat eratnya terlepas, ia memegang perutnya kesakitan. Sial, Ia baru ingat Michelle sudah mendapatkan sabuk hitamnya.

"Sini, lu" sungut Michelle yang rahangnya mengeras.
"Ada Pak guru" sela Rerey menunjuk belakang Michelle, lalu menoleh "Pagi Pak" Refleksnya dan ternyata tidak ada siapa-siapa. Menoleh balik Rerey hilang. Disaat itupun Rerey Menggunakan jurusnya belok kiri, lurus, belok kanan, lurus, kiri, kanan, kiri, kanan, kiri, kanan, kiri, kanan, kiri, hilang.
"Setan Klemat".


bersambung...



mati ditubuh yang tumbuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang