4 | Pertemuan

1.5K 191 54
                                    

***

ZULA MASIH DIAM seribu bahasa selagi Keyna, sahabatnya, terus berceloteh mengenai kejadian di kelasnya hari ini. Sore itu mereka tengah berada di kantin kampus. Keduanya baru saja menyelesaikan kelas terakhir di hari itu.

"Lu kenapa sih, Zul?" Sejenak Keyna menghentikan ocehannya dan beralih menatap serius ke arah Zula yang sejak tadi hanya diam tanpa bersuara. "Ada masalah lagi?"

Zula tersenyum tipis, semburat wajahnya jelas mengartikan jika ia sedang tidak baik-baik saja.

“Soal perjodohan itu ya?” Tebak Keyna kemudian.

"Iya," Zula mengangguk pelan. "Mama gue cuma ngasih dua pilihan ke gue. Nikah sama Adnan dalam waktu seminggu ini atau gue harus nerima perjodohan itu!" 

Keyna tersentak dengan perkataan Zula, "Seminggu?"

Zula kembali mengangguk.

"Lu yakin Adnan mau nikahin lu?"

Untuk pertama kalinya Zula menggeleng lemah. "Gue pribadi sih ga yakin."

"Tapi lu udah ngomong sama Adnan soal rencana perjodohan mama lu itu?"

"Udah."

"Terus apa respon dia?"

Sejurus kemudian wajah Zula yang semula sendu perlahan berubah serius. Arah tatapannya langsung menatap wajah penasaran Keyna. "Kayaknya Adnan ga ada niatan buat ke jenjang yang lebih serius.."

Seketika Keyna menjentikkan jarinya, "Nah! Itu dia!"

"Kenapa?" Setengah heran Zula menatap manik mata coklat sahabatnya.

"Mama lu bener, Zul! Laki-laki kalau serius mah, biar disuruh nikah juga pasti mau dan bakalan berjuang demi lu. Ya, kan?"

"Ish," Zula mendengus kesal. "Tapi lu ga tau kan perasaan Adnan gimana? Dia juga pasti mau ngejar karirnya dulu. Lulus kuliah aja belum, masa udah mikirin soal nikah, sih?"

"Emang syarat nikah harus lulus kuliah dulu, ya?"

Sejenak Zula tersentak dengan ucapan Keyna. Bagaimana bisa dia mengucapkan itu?

"Jadi gini, Key." Bola mata Zula kemudian fokus menatap wajah ayu Keyna, seolah berharap sahabatnya itu memahami apa yang ia rasakan. "Sebenernya gue itu ga mau dijodohin, apalagi sama laki-laki yang ga gue kenal. Lagian gue tuh sayang sama Adnan. Mana mungkin gue nikah sama orang lain? Parahnya lagi, mama gue ngasih waktu seminggu buat Adnan seriusin gue. Gimana dia ga nolak coba?!"

"Terus lu mau ngebantah permintaan mama lu demi pria yang ga tau kapannya bakal seriusin lu?" Keyna terlihat gemas dengan sikap keras kepala sahabatnya itu. "Hey, wake up!"

Zula terdiam.

"Gue yakin, Mama lu ngelakuin ini semua demi kebaikan lu juga-"

"Tapi gue ga bisa, Key!" Suara Zula terdengar frustasi dan meninggi.

Keyna tersentak, matanya menatap Zula dengan pandangan khawatir. Ini kali pertama sahabatnya terlihat sangat emosional. Tanpa berkata sepatah kata pun, Zula tiba-tiba saja beranjak pergi meninggalkan Keyna seorang diri. Gadis itu rupanya tak berniat melanjutkan pembicaraan mengenai masalahnya pada Keyna.

Sementara Keyna masih tertegun di tempatnya duduk. Otaknya seolah masih mencerna apa yang baru saja terjadi.

Di sisi lain, pikiran Zula kalut. Entah kenapa ia merasa semua orang seolah tak memahami perasaannya. Baik mama maupun Keyna, mereka justru terus memojokkan hubungannya dengan Adnan. 

Sambil berjalan menuju parkiran kampus untuk mengambil motor yang ada di sana, tanpa sadar tetes air mata Zula justru jatuh. Di sepanjang koridor kampus dengan sekuat tenaga ia berusaha menahan air matanya sendiri. Berharap tak ada satupun mahasiswa lain yang melihatnya menangis. Usahanya berhasil, tidak ada satupun air mata yang keluar.

Mahabbah Cinta ZulaikhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang