***SUDAH SEPEKAN LEBIH Adnan dirawat di rumah sakit. Selama itu juga, baik Zula maupun Zayyan sama-sama bergantian untuk menjenguknya. Sementara itu, Nayra yang merupakan satu-satunya keluarga Adnan yang ada di Indonesia, selalu menjaganya sang kakak di rumah sakit. Adnan memang tidak punya keluarga lain, selain ayah dan adik perempuannya, Nayra. Ibunya telah lama meninggal, sementara ayahnya kini telah tinggal di Turki bersama istri barunya. Itulah sebabnya hanya Nayra lah, keluarga yang paling bisa membantu keadaannya saat ini.
Sejak kecelakaan yang menimpanya, Adnan masih koma dan belum juga sadar. Kondisi Adnan yang belum juga membaik, membuat Nayra semakin membenci Zayyan. Ia berpikir bahwa semua hal yang terjadi pada Adnan saat ini adalah karena ulah Zayyan. Jika saja pria itu tidak menabrak mobil Adnan, mungkin kakaknya tidak akan mengalami koma seperti ini.
Karena rasa marah sekaligus benci yang Nayra tunjukkan pada Zayyan, jika pria itu datang ke ruangan Adnan untuk menjenguk. Alih-alih menyambut, Nayra kerap kali justru malah mengusir Zayyan. Sekalipun niat Zayyan baik, Nayra tak peduli. Tak jarang Nayra justru membentak Zayyan dan pada akhirnya akan mengusir pria itu dari kamar tempat Adnan di rawat.
Walaupun telah berkali-kali mendapatkan sikap tidak baik dari Nayra. Alih-alih menyerah, Zayyan justru semakin sering datang ke rumah sakit. Meski sikap Nayra tidak pernah bersahabat dengannya, namun Zayyan tetap berusaha untuk memantau perkembangan kesehatan Adnan selama di rawat. Hal itu ia lakukan semata-mata untuk menebus rasa bersalahnya pada Adnan.
"Saya minta maaf Nayra," Ucap Zayyan pelan. Entah sudah berapa kali ia mengucapkan itu di depan Nayra. Tetapi gadis itu sama sekali tidak pernah mau mendengarkannya. Ia pun kembali melanjutkan perkataannya, "Saya tahu saya salah-"
"Udah berapa kali aku bilang, aku gak peduli!" Bantah Nayra cepat. Bahkan gadis itu sama sekali tidak membiarkan Zayyan menyelesaikan dulu ucapannya. Ia justru mendorong tubuh pria itu agar menjauh darinya.. "Pergi kamu!" Usir Nayra untuk kesekian kalinya. Tatapan matanya selalu sama. Penuh amarah dan kebencian.
Jika sudah seperti itu, Zayyan hanya diam dan memilih pergi tanpa mengucapkan apa-apa.
Meski sudah diusir, Zayyan terkadang memilih untuk tetap berada di sekitar . Biasanya ia akan duduk selama beberapa saat di kursi lorong yang berada tepat di depan kamar Adnan. Hal itu ia lakukan untuk untuk menebus rasa bersalah yang ia rasakan. Dengan begitu mungkin dapat sedikit meluluhkan hati Nayra agar mau memaafkan dirinya.
Hingga di satu kesempatan, seperti biasa Zayyan yang tengah duduk di kursi lorong dikejutkan dengan teriakan Nayra dari dalam ruangan. Dengan cepat Zayyan mendekati pintu ruangan dan mengecek ke dalam.
"Dokter! Dokter!" Suara Nayra menggema.
Seketika Zayyan secara reflek ikut berteriak memanggil dokter, suaranya menggema disepanjang lorong rumah sakit. Tidak hanya itu, Ia pun berjalan menuju meja resepsionis dan meminta pada suster untuk memanggil dokter ke ruangan nomor 9.
Tak lama seorang dokter laki-laki paruh baya pun muncul dan masuk ke dalam ruangan tempat Adnan dirawat. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter pun sedikit mengulas senyum.
"Semua baik-baik saja, tapi kondisinya masih perlu perawatan."
"Tapi tadi jarinya bergerak-gerak, Dok..." Ucap Nayra dibalik wajah sendunya. Suaranya terdengar lirih dan serak. Gadis itu pasti mengharapkan kabar baik dari keadaan kakaknya saat ini.
"Iya, itu suatu perubahan yang bagus. Tapi kita masih menunggu perkembangan selanjutnya," Jelas Dokter bernama Dahlan tersebut. "Kalau begitu saya pergi dulu, permisi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahabbah Cinta Zulaikha
Romance⚠️Follow sebelum baca⚠️ Mahabbah Cinta Zulaikha "Ini bukan tentang sebuah nama, bukan juga hanya masalah cinta. Tetapi menyangkut problema hidup dan perjuangan yang harus dihadapi oleh seorang wanita dalam menahan sebuah rasa yang disebut Cinta. Sun...