enampuluh enam

888 22 4
                                    

how's your day bub??

are you okay tudeeii??

good or bad bbe???

semoga good ya cintahhh, jangan lupa maem, jangan lupa minum air putih juga ya cintakuuu... sayangi usus dan ginjalmu, makan dan minum yang teratur dan sehat bergiziii.

"Happy reading manissss"

*****

"Bangun ganteng... Udah sore loh, gamau nengokin Aa Rayan?"

"Kita udah lama nggak nengokin dia."

Dengan suara lembut tidak biasanya yang selalu berbicara dengan nada dingin. Aurel terus mengelus lembut surai cowoknya. "Masa dia bobo nggak bangun-bangun si. Betah banget merem, bantuin sadarin."

"Heummm... Bentar lagi," katanya sambil menggeliat pelan. Enggan beranjak dari posisinya nyamannya. Kepala cowok itu berada di dada Aurel. Memang itu lah posisi nyaman cowok itu saat semalaman terus merengek minta nyusu. "Mau bobo lagi, Bbe."

"Kita udah bobo siang beberapa jam loh, udah lama, nggak mau makan dulu?"

Kepala menggeleng singkat, tepat kepala itu menggeleng di dua gundukan yang semalam ia jamaah habis-habisan. Lagi dan lagi Aurel belum merasa siap, dan Aarav pun tak berani memaksa. Apalagi melihat keinginan Aurel yang katanya ingin lanjut kuliah, dan berkarir.

Sudah negosiasi kalau dia akan kasih pengaman. Dan keluarnya diluar, tapi dia selalu saja kelupaan beli.

Padahal usia pernikahan mereka udah sekitar tujuh mingguan lebih. Tidak ada kemajuan, hanya sebatas nyusu dan grepe-grepe. Dan main pake tangan.

"Kapan kamu siapnya, sayang?"

"Tunggu nanti ya? Nanti kalau udah siap aku kasih tau," jawabnya sehati hati mungkin. "Sekarang, ayok bangun!"

"Sun dulu," titahnya sambil menepuk pipinya. Ia sedikit mendongak kearah Aurel. Tanpa pikir panjang dan sudah jadi kebiasaan baru di paginya. Aurel pun langsung mendongak kebawa. Mendaratkan bibirnya di pipi mulus Aaravnya. "Lagi dong, yang satunya."

"Udah, kan?? Sekarang ayok buruan mandi."

Menaikkan sebelah alisnya, Aarav balas ucapan Aurel. "Barenggg??"

"Nggaklah! Sendiri-sendiri, lo dulu. Gua mau siapin baju lo, sekalian makanan."

Aarav tersenyum simpul mendapati Aurelnya yang bersemu. Biar ia tebak, gadis itu pasti agak trauma mandi bareng sama dia. Karena gadis itu harus di paksa tanggung jawab. Untuk bantu menuntaskan sesuatu yang susah untuk keluar. Dibantu oleh Aurel yang malu malu tapi dia pandai menjinakkannya sampe keluar. Masih teringat jelas dalam ingatan Aurel, cairan kental yang muncrat sampe wajahnya itu berbau amis, pekat dengan rasa asin dan samar samar ada manis dan getir. "Lain kali gua nggak bakal muncratin itu ke muka lagi kok, maaf ya, kemarin sampe masuk ke mulut, ya?"

Obsession [AARAV × AUREL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang