Berjejaring dengannya dalam hidupku membuatku berpikir, dosa besar apa yang pernah kulakukan hingga membuatku berada dalam satu ikatan dengannya. Begitu perkataan Ayyasya Fatikha setelah bertemu dengan seorang Raffasya Rahsya Asy-Syauqi.
"Jangan per...
Siapa tau ketidaksukaanku hari ini menjadikejutanbahagiaku yang belum pernah aku pikirkansebelumnya.
SYA __________________________
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DUA cangkir ovaltine cheese sudah tersedia di meja nomor delapan. Ternyata Nala sudah datang dan memesan menu sejak sepuluh menit lalu. Sebelumnya aku sudah izin padanya kalau akan sedikit terlambat mengingat bahwa di studio tadi aku masih memotret beberapa model dari salah satu muslim clothing company asal Bandung. Sedikit heran, kenapa mereka rela-rela pergi ke Tangerang hanya untuk foto produk, bukannya banyak foto studio di Bandung yang jauh lebih bagus dari ini?
Dalam sesi foto juga hadir owner-nya, namanya mbak Kanza, usianya enam tahun lebih tua dariku. Sesaat sebelum masuk pemotretan aku diajak bicara mengenai freelancer hingga aku memberi feedback dengan pertanyaan seputar womanpreneur.
Cukup seru, ternyata kami satu frekuensi dan akhirnya bertukar nomor telepon. Begitulah, aku memang nyaman dengan pekerjaan ini. Namun, di lain sisi rumor tentang pemindahanku seperti menjatuhkanku dengan tiba-tiba.
"Sya? Mikirin apa, sih?"
"E-eh, Nala. Enggak, kok," ucapku sambil meletakkan sling bag hitam di samping kananku.
"Oh iya, La. Tumben banget kamu ngajakin ketemuan. Kamu kan sibuk orangnya," ucapku sambil tertawa kecil. Nala memang salah satu teman lamaku yang sibuk setelah satu tahun menjadi HRD di perusahaan R&R Studio. Dan ini adalah pertemuan kedua kami selama setahun setelah dia menawariku menjadi fotografer tetap di perusahaan tempat ia bekerja.
"Bisa aja kamu, Sya. Kita tu mau bahas tentang pemindahanmu ke bagian penting produksi. Gue sebagai perwakilan dari HRD udah konfirmasi kok ke Pak Rahsya,"
"Terus CV lo yang udah dikirim ke gue, udah gue kasih ke Pak Rahsya. Panteslah kamu diterima, kamu kan alumni sekolah kilat fotografi dari lembaga LensHouse Community, kan? Pake beasiswa lagi. Auto diterima kamu jadi asistennya Pak Rahsya." Mendengar pernyataan itu aku langsung membulatkan mata. Aku lantas membenarkan rumor-rumor yang sedang booming itu detik ini juga.
"Maaf-maaf. Kaget ya? Santai aja. Anggap aja kalau kamu ini naik tingkat. Soalnya progress-mu yang udah enam bulan ini tergolong bagus, loh. Bisa diliat dari klien yang ngasih kamu bintang lima terus, otomatis rating perusahaan juga meningkat, Sya." Aku kembali berhenti menelan ovaltine cheese yang hampir tandas di dalam mulutku dan alhasil aku tersedak.
"La, aku ga-" Belum selesai bicara, ucapanku terpotong oleh perkataan seseorang yang baru saja datang dengan menenteng jas dan kunci mobil.
"Selamat sore. Maaf lama," ujar seseorang yang sekarang sudah duduk berseberangan denganku dan Nala. Aku tebak ini adalah Rahsya, seorang manajer produksi di R&R studio karena suaranya tidak asing lagi. Kalau tidak salah aku pernah mendengarnya di ruang manajer kala itu.