Chapter 2

23 2 0
                                    

Paling afdal memang menyelesaikan pekerjaan dengan niat ibadah. Karena hidup juga tentang mencari pahala, kan? Bukan hanya mencari uang.

SYA
______________________

HARI ini aku berangkat lima belas menit lebih awal dari biasanya, anggap saja ini permulaanku untuk menjadi pribadi yang lebih disiplin di pekerjaanku yang baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HARI ini aku berangkat lima belas menit lebih awal dari biasanya, anggap saja ini permulaanku untuk menjadi pribadi yang lebih disiplin di pekerjaanku yang baru. Bangun pagi dan berangkat pagi merupakan awal yang baik, kan? Inilah kekuranganku yang tidak kusuka dari bekerja di kantor, yaitu berangkat pagi. Tidak masalah jika kota yang aku tinggali lalu lintasnya ramai lancar. Sayangnya, kota ini meskipun hari libur, macetnya tak pernah ikut libur.

Tak sedikit orang mengatakan kepadaku, enak banget ya, Sya, kerja di kantor, tinggal duduk manis, ruangannya ber-AC. Bagi oknum yang mengatakan seperti itu, mungkin mereka harus merasakan seberapa pegalnya otot mata, punggung, dan leher ketika duduk di depan komputer berjam-jam. Apalagi waktu mengedit, mata sudah seperti kecipratan sambel, merah dan berair.

Sudah lah, orang yang belum berpengalaman terkadang percuma diberi pencerahan kalau ujungnya tidak pernah mengalami hal yang serupa. Salah satu gejalanya adalah karena kurang syukur. Ingin mengalami apa yang terjadi pada orang lain, padahal orang lain ingin sekali keluar dari apa yang dialaminya.

Sang Pemberi Rizki memang MahaBaik. Bila kita bersyukur, maka nikmat ditambah. Jika kita kufur, Dia tidak langsung mengazab kita, tapi diingatkan bahwa azab-Nya sangat pedih. It's one of the proofs of Allah's love for us.

Sampai depan lift menuju lantai lima, aku melakukan absensi biometrik. Yang mana dengan alat itu kemungkinan kecil sekali atau bahkan sama sekali tak ada alasan karyawan untuk titip absen.

Menyusuri koridor, aku berpapasan dengan Pak Syamsul, seorang cleaning service di lantai lima. Seketika aku jadi teringat tentang cairan pembersih lantai yang sempat terlintas dipikiranku kemarin sore. Tidak lucu. Hidup sekali masa harus diakhiri dengan ending yang keji. It's a very big loss.

"Assalamu'alaikum. Selamat pagi, Pak," salamku kepada Pak Syamsul.

"Wa'alaikumussalam. Pagi, Mbak," balas Pak Syamsul sambil memeras alat pelnya.

Pagi ini aku tidak merasa kepagian karena ada beberapa editor yang ternyata sudah sibuk mengedit family shoot yang sudah melakukan photoshoot sehari yang lalu. Ada yang sempat melihatku dan bertanya mengenai beberapa file foto yang masih aku simpan untuk mereka follow up saat ini juga. Ternyata aku belum mengirimnya. Agar tidak terlalu dikejar deadline, aku segera memasukkan flashdisk yang kemarin aku gunakan untuk dihubungkan ke komputer.

"Ris, kalau udah selesai nanti langsung kirim ke aku, ya. Nanti langsung aku sampaikan ke customer service," ucapku kepada Risha setelah mengirim semua file ke komputernya.

SYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang