Chapter 8

14 2 0
                                    

Fitnah tak hadir, jika bukan kita sendiri yang memulai.

SYA
_____________________

Sudah genap dua hari aku izin tidak berangkat kerja karena demam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah genap dua hari aku izin tidak berangkat kerja karena demam. Namun tidak setega itu aku kepada Rahsya untuk meninggalkan beban tugas sebegitu banyak kepadanya. Justru dia lah yang mengamanahiku untuk menyelesaikan beberapa lembar laporan untuk aku follow up.

Sebelum berangkat menuju kantor aku memeriksa amplop undangan yang sempat Kak Zayyad berikan tempo lalu. Saat kubuka untuk mengecek nama penerimanya, tak lain adalah Raffasya Rahsya Asy-Syauqi, seorang production manager di R&R Studio. Otakku tak habis pikir, ternyata manusia batu itu pernah menduduki posisi sebagai ketua LensHouse angkatan 29. Dari surat itu aku mengetahui bahwa Rahsya diundang selain sebagai tamu juga sebagai narasumber pada acara hari ke dua.

Aku cepat-cepat memasukkan amplop itu kembali dan memasukkannya di backpacker hitamku.

"Hati-hati, Sya. Jangan ngebut," ucap Bibi yang hendak berangkat menuju panti untuk menengok pembangunan yang direncanakan akan selesai setengah bulan lagi.

Mimpi buruk yang menjadi nyata, baru dua langkah memasuki ruangan, aku sudah dihujani pertanyaan mengenai pekerjaan yang kemarin memang sudah mejadi PR-ku.

"Sudah jadi laporannya?" tanya Rahsya dengan wajah tripleknya yang sudah duduk di kursi kebesarannya.

"Sudah, Pak," jawabku.

"Jadi bagaimana perkembangan project short movie kemarin?" tanyanya kembali.

"Baru kemarin Danu dari tim editor mengabari saya kal-," penyataanku terpotong oleh Rahsya yang membuka suaranya dengan nada sedikit ia tinggikan.

"Kamu mau berdiri terus di depan pintu sana sampai saya selesai bertanya tentang project ini? Duduk!" perintahnya kepadaku sambil menunjuk kursi yang ada di depan meja kerjanya. Bukannya aku tak mau duduk melainkan hanya terlihat kurang sopan jika aku langsung duduk di depannya hanya untuk menjawab satu pertanyaan darinya.

Aku berjalan mendekati kursi yang ia maksud. Melihat raut wajahnya yang terlihat serius sambil membaca e-report yang baru saja kubagikan, aku menghipotesis bahwa aku akan di interview sekaligus dikritik habis-habisan karena proses editing kali ini hampir memasuki tenggat waktu.

Lagi pula ini juga bukan tanpa sebab. Danu yang menjadi penanggung jawab tim editor sudah mengklarifikasi kenapa editing sedikit terkendala karena salah satu anggota yang bertugas melakukan proses picture locked sedang terkena musibah. Namun, kemarin Danu sempat melaporkan bahwa ia dan tim akan semaksimal mungkin menyelesaikan tugasnya sebelum deadline.

"Gimana tadi?" tanyanya lagi.

"Kemarin Danu menyampaikan, untuk project film ini masih dalam proses editing online, Pak. Dipastikan satu hari sebelum deadline sudah selesai karena masih ada tambahan special effect dan setelah itu baru di mixing antara suntingan audio dan visual." Aku menjelaskan persis seperti apa yang sudah Danu paparkan kemarin sore melalui e-mail pribadiku.

SYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang