0.4 Diantara Mantan dan Kandidat Calon Pacar

37 8 0
                                    

"Pagi Bia!" Aku yang baru turun dari kamar, terlonjak kaget mendapati Kafi yang tiba-tiba sudah ada di dapur memakai celmek milikku. Cowok itu sedang sibuk dengan mixernya, mengaduk telur, susu, tepung, dan gula juga butter jadi satu.

Harusnya aku sudah tidak terkejut, sebab cowok itu semalam bilang tentang maksud sebenarnya dari kata 'besok' dalam percakapannya bersama Bibu semalam sebelum berangkat ke konser Tulus yaitu bahwa dia akan belajar bikin kue bersama Bibu. Aku si okey, okey aja, gak masalah. Namun, kupikir tidak akan sepagi ini. Bosan saja melihat muka Kafi.

"Bia itu kebo banget Kaf, lihat kan jam segini aja baru bangun." celetuk Bibu dengan semangkuk besar whip cream di tangannya.

"Bia tuh sebenarnya bangun jam setengah lima kok, tapi karena ngantuk jadi tidur lagi." kataku menuangkan susu pada  sereal yang hendakku makan untuk sarapan.

"Masa?" kata Kafi.

"Tanya aja ketembok kamar gue."

Kafi terkekeh. "Iya deh percaya kok sayang, mukanya jangan kusut gitu dong." ucapnya kemudian menoel pipiku dengan whip cream.

Aku mendelik, mengusap pipiku menghilangkan whip cream itu. Kafi! Untung saja Bibu sedang ke kamar kecil, kalau mendengar kalimat itu mungkin Bibu berpikir bahwa aku dan Kafi memang pacaran. Bibu kan suka begitu, semaunya.

"Emang Mamih kamu ulang tahun ke berapa Kaf?" tanya Bibu kembali bergabung ke dalam obrolan.

"43 tante."

"Kamu so sweet yah, Bia mah boro-boro bikinin kue buat Bibu, bantu nyuci piring juga gak." tukas Bibu melirikku.

"Gitu yah ngejelekin Bia? Yang bilang jangan bikin rusuh dapur siapa? Bibu! Yang bilang gak usah bantu, kamu lama-lamain, siapa? Bibu. Aku cuma jadi anak penurut."

Bibu langsung memelukku. "Iya maaf, tadi Bibu bercanda, kok kamu jadi baperan gini sih sekarang?"

Aku menaikan bahu. Iya, yah? Kok aku jadi serius gini? Aku melirik penanggalan yang tidak jauh dari jangkauanku. Pantesan! Sebantar lagi tamu bulananku akan datang. Welcome to the jungle!

•••

Kue buatan Kafi sudah jadi saat aku kembali ke dapur setelah mandi. Aku bersedekap dada menganggukan kepalaku sambil menatap kuenya. Tidak buruk, juga garnishnya lumayan. Yah untuknya yang baru belajar, itu amat sangat baik.

"Iya gimana chef?" tanya Kafi, seolah aku adalah Renata—chef perempuan terkenal, juri ajang masak Indonesia bersama Juna dan Arnold.

"Jelek 5/10. Jadi siap-siap ikut pressure test." tukasku menanggapi lawakannya.

"Hah! serius sejelek itu?" Ia memandangi kuenya dari berbagai sudut. "Perasaan gak kalah jauh sama kue yang di toko."

"Bercanda! serius amat? Daripada kuenya, orang yang buat lebih jelek soalnya. Aman kok." aku tertawa.

Kafi berdecak. "Ya deh orang cantik mah bebas." katanya kemudian menaruh kuenya ke dalam box.

"Nih." Kafi menjulurkan box itu padaku, aku memandanginya bingung. "Pegangin. " lanjutnya. Akupun nurut.

"Yuk?"

Aku menaikan alis.

"Udah siapkan?"

"Siap apa?"

Done For Me [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang