0.7 Bagaimana Bisa Berhenti Suka ?

69 7 2
                                    

Aku menyingkap tirai yang menutup jendela. Mengintip lewat sana, aku memperhatikan Iqbaal yang masuk ke mobilnya. Sebenarnya tadi aku hampir saja memeluknya sebelum pergi, lupa kalau aku dan dia sudah putus—sudah jadi asing. Aku mengusap pipiku yang mulai basah karena air mata. Jujur aku sungguh merindukannya. Namun, rasa itu harus kukubur dalam, apa hakku? Hanya mantan, yang belum move on. Bia... Bia... berhenti di sini, atau kamu bakal lebih sakit lagi.

Tanpa aku sadari, rupanya Bibu sudah berdiri di sampingku, ikut memperhatikan mobil Iqbaal yang sudah menjauh. Bibu membawaku kepelukannya, mengusap punggungku—menenangkan. Bukannya tangisku mereda, malah makin pecah tak terbendung.

"Bia kangen Iqbaal Bibu. Bia..." aku tidak bisa melanjutkan kalimatku karena tercekat isakan. Bibu paham, ia mengeratkan pelukannya. Mencium puncak kepalaku.

***

Aku menyesap perlahan teh jahe madu yang barusan Bibu buat. Pandanganku mengikuti gerakan Bibu yang dari tadi mondar-mandir mengambil garam, lada, gula, atau sayuran dalam kulkas.

"Harusnya tadi Iqbaalnya diajak masuk." tukas Bibu tiba-tiba.

"Tadi katanya masih kangen." imbuhnya sambil memasukan wortel ke dalam panci.

Aku diam menatap teh jahe madu dalam mug yang tinggal setengah. "Udah gak ada kesempatan lagi. Bia sama Iqbaal gak bakal balik lagi Bibu."

Sambil mengaduk sup dalam panci, Bibu tersenyum menengok ke arahku. "Kan masih bisa temenan?"

Aku menatap balik Bibu meletakan mug teh jahe madu yang sudah kosong di atas meja. "Susah, Bia gak bisa. Terlalu sakit Bibu. Kalau Bibu jadi Bia, Bibu emang bakal tetap berteman sama Kak Iqbaal?"

Bibu menghentikan gerakannya mengaduk sup dalam panci. Ia diam sebentar, seperti berpikir. "heum kalau Bibu jadi kamu ya?  mungkin iyah." jawabnya menggantung.

"Bakal tetap berteman sama dia, walaupun dia udah ninggalin kita demi yang lain ?"

"Awalnya Bibu kaya kamu dulu. Kamu tahu Om Denis Kan Bi? Sahabat Bibu yang kalau ke rumah kita suka bawain kamu mainan waktu kecil?"

aku mengangguk. 

"Dia mantan Bibu waktu SMA. Kisah putusnya hampir mirip sama kaya kamu dan Iqbaal. Awalnya Bibu juga seperti kamu Bi menolak untuk berteman lagi, tapi rasanya Bibu terlalu jahat kalau memaksakan diri Bibu untuk membencinya. Kecewa iya, sebel pasti ada. Tapi mengingat semua kebaikan yang Denis lakukan selama kami bersama dulu bahkan sebelum berpacaran, dan bagaimana dia memperlakukan Bibu bahkan sampai saat putuspun dia masih baik ke Bibu. jadi rasanya gak adil saja, satu kesalahan gak bisa Bibu maafkan padahal ada banyak kebaikan yang dia lakukan ke Bibu. Juga perasaan kan gak bisa dipaksain. Dia berhak untuk memilih dan pilihannya bukan Bibu. Dan akhirnya Bibu ketemu ayah juga berkat Denis." tukasnya lalu mematikan kompor, mengambil mangkuk mengisinya dengan sup.

"Berkat Om Denis?"

Bibu mengangguk, meletakan semangkuk sup di depanku. Ia lantas menarik kursi di sampingku, ikut duduk. "Iyah, jadi ayah itu teman kuliah Denis. Denis yang mengenalkan ayah ke Bibu. Dan kisahnya berlanjut sampai sekarang. Sampai ayah dan Bibu punya kamu."

"Lucu." kataku sambil menyendok sup, lantas memasukannya ke dalam mulut.

"Jadi gak ada salahnya kan temenan sama mantan?" tanya Bibu menaikan alisnya.

Done For Me [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang