0.8 Seandainya Semuanya Masih Sama

55 7 1
                                    

Aku terkejut begitu Olin menjentikan jarinya di depan wajahku. "Mikirin apa si Bia? Dari tadi ga fokus diajak ngomong."

Aku mengulum senyum tipis. "Sorry Lin."

Olin meletakan tangannya di dahiku. Ia menggeleng. "Normal kok."

Aku menghembuskan napas pelan. "Ya siapa juga yang sakit?"

"Yakan siapa tahu." Olin mengangkat bahunya. "Jadi menurut lo Tiur lebih suka yang mana?" sambungnya.

Aku menunjuk gelang yang ada di tangan kanan Olin. Cewek itu mengangguk, lantas membawanya ke kasir untuk dibayar.

Aku tersentak kaget begitu Olin menarikku pergi, membawa aku keluar dari toko. "Jantung gue mau copot Lin."

"Lagian, bengong mulu. Kenapa si?"

Aku menggeleng. "Gak apa-apa."

Olin menghentikan langkahnya. Cewek itu menatapku. "Kita temenan dari kapan si Bia? Lo mana bisa bohongin gue."

"Isi kepalamu udah penuh tuh, artinya beberapa harus dibagi Bia." imbuhnya. Olin menarik lenganku sebelum aku menyetujuinya. Cewek itu membawaku masuk ke salah satu store minuman kesukaannya.

***

Aku memutar-mutar sedotan dalam gelas, menghindari tatapan Olin.

"Kalau berat itu dibagi, biar jadi ringan." ucap Olin memecah keheningan. "Ya, itu kalau lo mau." lanjutnya.

Aku menatap Olin. Mengulum senyum tipis.  "Bingung." jawabku singkat.

Olin mengeryitkan alisnya. "Bingung mulai dari mana ceritanya atau bingung sama perasaan lo?"

Aku memejamkan mataku. Menghembuskan napas sedikit kasar. "Gue gak bisa Lin." kataku.

Olin berdecak. "Apanya yang gak bisa Bia? Kalau cerita jangan sepotong-sepotong."

"Kak Iqbaal. Gue gak bisa move on. Gue gagal move on dari dia."

Olin terbatuk.

"Gue bingung harus gimana."

"Wajar si, putusnya kalian kan bukan karena lo udah gak sayang. Jadi wajar kalau belum move on. Lagian putusnya juga belum lama kan? Move on kan butuh proses. Wajar kok. Nanti juga lupa."

Aku menggeleng. "Kayanya gak bakal bisa deh Lin."

"Bisa Bia, coba deh buka hati buat yang lain. Kafi misalnya?"

***

"Pie susu sama kacang disko buat lo!" tukas Kafi tiba-tiba muncul di balik pintu rumah. Hampir saja aku terjungkal karena kemunculannya yang tiba-tiba itu.

"Ck, ngagetin tau!" kataku sambil melepas sepatu.

"Dari mana?" tanyanya.

"Abis jalan sama Olin. Kok udah di Jakarta aja si Kaf? Bukannya lusa lo baru pulang?"

Cowok itu tersenyum. "Ya abis kangen sama Bia,  gimana dong?"

Aku memutar mataku. "Ga ada gombalan yang lebih receh?"

Kafi cuma tertawa, cowok itu mengikuti langkahku masuk ke dalam rumah.

"Dari Bali oleh-olehnya cuma pie susu sama kacang disko? Itu si gue bisa beli di sini. Bule pesenan gue mana?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Done For Me [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang