09

724 106 17
                                        

Remaja SMA

"tsum! atsumu!"

langkah kaki cepat dari lantai atas buat sang ibu yang berada di ruang tengah berteriak khawatir, takut-takut anak bontotnya tersandung lalu terguling ke bawah. "osamu jangan lari kalau lagi turun tangga, sayang! nanti kamu jatuh," tegurnya.

"iyaa, maaf bun!" garuk belakang kepalanya canggung. osamu balik celingukan, "bunda liat tsumu gak?"

"tadi sih katanya mau main futsal. tapi, nungguin tobio dulu, bunda gak tau deh udah jalan atau belum, coba kamu tengok di depan."

abis dengar jawaban bunda, osamu langsung lari ke depan. sebenarnya gak berharap banyak atsumu masih ada di teras, "tsum!"

sial beribu sial dia ucapkan, hanya hembusan angin sepoi-sepoi yang dia dapatkan. duduk depan pintu, dan taruh kepala di atas lipatan lutut, mulutnya menggerutu kecil, brengsek miya atsumu!

padahal niatnya dia mau cerita soal apa yang sedang dia rasakan sama atsumu cuy, bikin badmood aja itu orang.

"permisi, paket!"

masih dengan pikirannya, osamu bahkan enggan untuk melihat si empunya suara. alhasil, "udah bayar, apa belum, mas?"

"belom, dek."

'brengsek atsumu'

"berapa?" hatinya masih mengucap sumpah serapah, lantas dia menengok sebentar si tukang paket. "bajingan suna rintaro!"

tawa keras jadi sahutan buat makian osamu, "lagian ngapain gitu coba? kayak lagi dikunciin, tau." lanjut tawa lagi diakhir. rintaro buka gerbang kecil osamu tanpa ijin, masa bodo lah.

"gue gak ada bilang lo boleh masuk, ya."

"masa sih?"

"pergi lo-

"tsumunya ada gak, dek?— loh, siapa ini? temen kamu? kok gak diajak masuk?"

sepertinya hari sabtu memang hari sial osamu miya. selalu deh, pasti ada aja yang bikin dia kesel setiap hari sabtu. udah gitu sialnya sepanjang hari pula, (ngomongin atsumu). Tuhan, kenapa hari sabtuku berbeda?

bunda miya senyum lembut, buka lebar pintu rumahnya, mempersilahkan rintaro berkunjung ke dalam. "ayo masuk, di dalem aja ngobrolnya," ajak ibunda osamu dengan hangat.

"nggak!"

"boleh, tante!"

dua-duanya langsung bertukar pandang, yang satu sengit, yang satunya sumringah.

"kamu gak boleh gitu! ayo di dalem aja, udah mulai panas di luar."

'astaga, sumpah ini pasti karma hasil perbuatan atsumu!'

pasrah dengan keadaan yang menimpanya, kini osamu hanya scroll layar ponselnya tak jelas. sesekali melirik rintaro yang masih ngobrol dengan ibunda tercinta, ternyata rintaro kenal banyak orang di sekolah. sampai temen-temen jamet atsumu—terushima yuuji—dia tau.

"osamu, bunda mau lanjut siapin pesanan, kamu ajak ngobrol rintaro, ya."

lirik sinis sekali lagi sebelum balas iya, osamu taruh handphonenya.

"tujuan lo dateng ke sini apa?"

tanya osamu begitu sang ibunda ke dapur.

"gak ada sih, cuma numpang lewat terus liat lo lagi dikunciin di depan."

"gue gak dikunciin ya!"

"masa? terus tadi ngapain?"

"nyari atsumu." sadar kalau dia menjawab apa yang ditanyakan rintaro, osamu tambah mendelik. "kata gue lo mending pulang."

"lah, bunda suruh gue buat ikut makan abis dia balik anter pesanan," sebenarnya rintaro bohong kawan-kawan. dia cuma ingin lihat osamu lebih lama sebelum diusir beneran.

"hah?!"

"kalo lo gak percaya tanya aja bunda."

"apa sih?! kita gak sedeket itu sampe lo harus manggil nyokap gue "bunda" ya," osamu kutipan tangannya dikata bunda.

"nah, makanya!" anggukan mantap menyertai kata-kata rintaro, "gimana kalo kita jalan?" perubahan ekspresi yang sangat cepat, semudah membalikan telapak tangan. senyum miring khas suna rintaro terpampang jelas, yang mana buat osamu makin kesal.

'anjing? waras ni orang?'

***

siapa yang berpikir kalau osamu nolak tawaran rintaro? dia gak bisa nolak karena sang bunda tiba-tiba saja menyuruhnya pergi keluar, katanya teman-teman arisannya mau datang ke rumah dan dia lupa. sakit hati cuy, sumpah!

"lo gak bisa bawa motor lebih lambat dari ini?" sindir osamu. dia merasa lagi dibonceng bunda, sumpah! lelet banget! rintaro bawa motor dengan kecepatan 20 km, kalian banyangin aja rasanya. padahal nggak macet sama sekali. ada perbaikan jalan, juga nggak.

"bisa sih."

"anjing, maksud gue jalan lebih cepet dari ini! lo— ck, sial!"

buat rintaro ketawa lihat ekspresi osamu yang lucu. mukanya merah kepanasan ditambah kesel, tambah merah muka dia. "lo emang selucu ini ya, sam?"

"gombalan lo basi!"

"gue gak gombal cuk, suer deh!"

mampus, salting deh osamu. mukul bahu rintaro pelan jadi pelampiasan, tapi reaksi berlebihan dari pemuda itu buat osamu tertawa kecil. "apa sih? gue gak mukul lo sekenceng itu sampe lo harus merengek!"

"sakit beneran sam! duh, kayaknya memar deh!"

"hah?! serius sakit?!"

senyum miring lihat osamu langsung panik, rintaro terkekeh pelan. "cemas kau, dek?"

kena pukul beneran deh suna rintaro.

*

muter-muter gak jelas di jalan raya, dan tengah hari bolong buat osamu pusing. dia biasanya di dalam ruangan kalau panas terik begini, "suna, neduh yuk?" mana osamu cuma pake kaos biasa.

lihat osamu megap-megap di jok belakang bikin rintaro manggut setuju. "mau neduh di mana?"

"di mana aja."

warung mang endung jadi pilihan setelah osamu bilang mau neduh di mana aja. pesen es jeruk dua dan langsung ambil tempat duduk dekat kipas. rintaro geser keranjang roti dan cemilan agar gampang mereka jangkau.

"sorry, gue gak tau kalau lo gak kebiasa kena panas." ucap rintaro buka percakapan.

"nggak, bukan salah lo. emang gue aja yang gak suka panas," jawab osamu cepat.

es jeruk dengan cepat tandas begitu mang endung selesai membuatnya. buat senyum lembut di wajah rintaro. aduh, miya osamu ini benar-benar gak sehat untuk jantung ya teman-teman. lucu pisan, mamih auto suka seratus persen ini mah.

"anyway! gue beneran mau deketin lo, belum punya pacar kan?"

**

gmn ni kack,, 

[ak udh males bikin yg di atas sblum dialog itu, jd bwat strusnya itu ga ada lg yh]

ok byee [kecup manjah]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Remaja SMA ( Lokal ) Ft. Sunaosa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang