O2

1.1K 194 34
                                        

[Sheila on 7 ; Dan]

"Dan...
Dan bila esok datang kembali
Seperti sedia kala
Di mana kau bisa bercanda

Dan...
Perlahan kau pun lupakan aku
Mimpi burukmu
Di mana telah kutancapkan duri tajam
Kau pun menangis, menangis sedih
Maafkan aku

Dan...
Bukan maksudku, bukan inginku
Melukaimu
Sadarkah kau di sini ku pun terluka
Melupakanmu, menepikanmu
Maafkan aku

Lupakanlah saja diriku
Bila itu bisa membuatmu
Kembali bersinar dan berpijar
Seperti dulu kala
Caci-maki saja diriku
Bila itu bisa membuatmu
Kembali bersinar dan berpijar
Seperti dulu kala"

Lapangan basket kini beralih fungsi menjadi tempat konser triple X. Beberapa alat musik dari ruang seni hilang, pelakunya tentu saja Semi Eita. Masing-masing gitar berada di bahu Semi dan Suna, Bokuto memukul ember yang dibalik seperti drum, Kuroo yang seolah-olah menjadi dirigen, dan Sakusa yang menepuk cajon.

Topi biru muda milik Semi diletakkan di depan mereka, ada beberapa uang receh dan lembar dua ribu di sana. Entahlah, para siswa memberikan uang itu tanpa diminta. Semi tidak masalah sama sekali berapapun yang ada disana, mereka memang bandel tetapi bukan anak bandel yang suka memalak siswa. Anti malak kata Semi. Kalau soal ambil gorengan lima bayar dua, beda cerita.

Keramaian dan suara bising dari sana membuat beberapa siswa yang sedang berjalan di koridor tertarik dan berhenti sejenak. Salah satunya Miya Osamu, manik kelabunya menyipit, memfokuskan perhatian pada orang berkerumun.

"Ada rame-rame apa sih? Perasaan gak ada sparing basket," celetuk Osamu.

"Triple X ngamen." Salah seorang murid lain menjawab pertanyaan Osamu.

Triple X? Siapa?

Wajah manis itu terlihat bingung. Kedua alisnya berkerut samar, "Kenma, triple X siapa?"

Kenma menoleh, hela nafas sebentar sebelum menjawa pertanyaan temannya. "Yang kemarin dihukum itu, dua lagi Kuroo sama Bokuto."

"Mereka gak takut sama pak Uli apa?"

Dengusan pelan buat Osamu noleh pada Kenma, "kenapa?"

"Emang juga itu tujuan mereka, bikin pak Uli pusing seribu keliling."

"Suna Rintarou, Semi Eita, Sakusa Kiyoomi, Bokuto Koutarou, Kuroo Tetsurou, harap ke ruang OSIS sekarang juga. Saya ulangi, panggilan kepada Suna Rintarou, Semi Eita, Sakusa Kiyoomi, Bokuto Koutarou, Kuroo Tetsurou, harap ke ruang OSIS sekarang juga!"

Panggilan dari speaker yang aktif di seluruh penjuru kelas serta koridor terdengar nyaring. Yang menjadi tersangka utama tidak menghentikan kegiatan mereka, pukulan ember masih terdengar, petikan gitar, dan suara nyanyian masihlah berlanjut.

Gila. Itu yang dapat Miya Osamu simpulkan. Sekumpulan orang di geng itu pasti sudah tidak waras. Mana ada orang yang menyukai hukuman? Mereka melakukan hal itu seolah-olah perlakuan mereka baik dan terpuji. Triple X ya, Kuroo ada di sana juga. Tunggu! Kuroo termasuk jajaran orang pintar, lantas mengapa dia ikut-ikutan? Sakusa Kiyoomi bahkan pernah dirumorkan ikut lomba fisika, dan mendapat gelar juara ketiga. Lantas kenapa?! Hanya itu pertanyaan Osamu. Kenapa bisa mereka menyia-nyiakan kemampuan otak mereka?!

"Yang matanya sipit itu siapa Ken?" Bisik Osamu.

"Suna Rintarou."

Suna Rintarou?

Ada jeda sejenak, Osamu mencoba mengingat kelakuan siswa anak IPS itu. "Suna? Dia yang waktu kelas satu berantem sampe berdarah-darah sama kakel tiga bukan sih?"

Kenma ngangguk, "iya, yang berantem gara-gara gak terima antriannya diserobot."

Anggukan kepala serta jemari yang membenahi anak rambutnya menjadi tanda jika Osamu paham. "Gue kira dia di drop out," lanjut Osamu.

"Cucunya yang sponsorin sekolah Sam, gak mungkin di drop out lah." Dengan entengnya Kenma menjawab, senyum kecil nampak di wajahnya.

Mata Osamu membelalak, "serius?!" Pekiknya.

Kenma tertawa kecil sebelum menjawab, "dua rius gue."

"Heh! Emang dasar lo berdua! Gue nungguin di kantin sampe lumutan tau-taunya malah nongkrong di sini!"

Pemuda bersurai coklat madu datang bersamaan wajah yang terlihat garang, mendekat ke Osamu dan Kenma berada. Lantas Osamu tersenyum manis, "sorry bubu," cicit Osamu.

Bahu Shirabu Kenjirou Kenma tepuk pelan, "bu, lo OSIS kan? Tuh liat kelakukan Suna."

Shirabu mengikuti telunjuk Kenma, lapangan basket, dan di sana ada kerusuhan yang sedang terjadi. "Hah?! Heh! Woi! Bubar! Emang dasar Suna Rintarou gak punya kerjaan!"

Diam-diam Kenma menarik Osamu pergi ke kantin dan meninggalkan Shirabu, biarkan saja. Lagipula dia itu anggota OSIS yang paling galak, gak bakal ada yang berani nantang.

"Kok gue doang yang disebut?! Mata lo buta apa gimana sih Ken?" Protes si empunya nama.

"Pokoknya balikin ini barang-barang yang lo dapet, taro lagi di tempat semula. Abis itu temuin kak Kita di ruang— heh! Jangan kabur! Suna! Liat aja lo Suna!"

Otomatis Suna melarikan diri setelah mengoper gitar pada siswa yang berdiri di dekat situ, kemudian berlari menuju koridor. Sesekali ia melirik ke belakang, tentunya sesuai dugaan. Yang lain sudah menghilang dari sana.

Bruk!

"Aw!"

Tanpa sengaja bahu Suna menabrak siswa lain, saat kepalanya menoleh, seketika dunianya serasa berhenti. Oanjing! Malaikat dari mana ini jatoh dimari? Batin Suna.

"Suna!"

Teriakan Shirabu kembali terdengar, membuat Suna tersadar kemudian berlari menjauh tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Karena tau diri jikalau ia tidak mungkin dapat mengejar langkah kaki geng Suna, Shirabu segera berbalik. "Ken, Sam, ay—oalah anjing gue ditinggal!" Langkah kaki penuh emosi Shirabu lanjutkan, wajahnya memerah dengan nafas yang memburu. "Liat aja nih dua pitik, gue tabok pantatnya nanti!"

*
*

Kaos oblong putih, celana abu yang robek di lutut, tas ransel yang dibawa seiyanya, menjadikan Suna Rintarou terlihat seperti anak tidak diurus, alias gembel. Beruntung wajah tampan serta badan yang ideal itu mendukung jika ia masihlah terurus dengan baik. "Mi, Kiyoomi anjing, sini dulu kenapa si bangsat!"

Sakusa menghempaskan tangan Suna yang menarik lengannya. "Apaan si setan? Gue udah kelaperan, buru!"

"Itu siapa yang bareng Kenma?"

"Akaashi."

Sontak kepala Sakusa jadi sasaran tangan Suna. "Bukan goblok! Sampingnya, rambut abu."

"Yang jelas makanya bangsat!" Sakusa menyipitkan matanya, "oh, Osamu itu."

"Kelas?"

"Mana gue tau, lo pikir gue cenayang apa?!" Lama-lama emosi juga menanggapi Suna. Sudah perutnya berbunyi, kepalanya pusing, ngantuk dan sekarang dia diuji kesabarannya oleh Suna. Cih!

"Mau ngapain lo?" Tanya Sakusa curiga, pasalnya Suna tersenyum lebar sambil memandang Kenma dan kedua temannya.

"Lo duluan aja Mi, gue ada urusan penting." Suna ambil langkah seribu setelah putar badan, menuju kantin.

"Urusan penting tai kucing!" Masih sempat-sempatnya pula Sakusa membalas ucapan Suna. "Semoga bunda masak di rumah, amin! Ya Allah, ini gue apa gak bisa loncat aja gitu biar cepet sampe rumah?!" Gerutu Sakusa.

*
*

Oh ya, ini out of character ya, biar enak.
H

mm...

Lanjut??

Remaja SMA ( Lokal ) Ft. Sunaosa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang