"HAPPY LEVEL UP, GEMMA!"
Bobi, Jordy, Arista, Flora serta Owen kompak berseru menyambut kedatangan Gemma bersama Eros di ruangan sebuah kafe tempat mereka biasa bertemu. Arista dan Flora menghampiri Gemma dengan sebuah cake dengan lilin angka dua dan satu yang berdiri kokoh di atasnya.
"Make a wish dulu, dong," ucap Arista penuh semangat.
Gemma menyatukan kedua tangannya, lalu memejamkan kedua matanya. Eros yang berdiri di sampingnya juga melakukan hal yang sama.
"Ngapain, lo?" tanya Gemma pada Eros ketika ia selesai berdoa, mendapati Eros masih memejamkan mata dan kedua tangannya yang masih menyatu.
"Oh, lo, udah? Gue juga berdoa, biar nanti pas gue nembak lo, lo langsung bilang, yes, I do. Ayo, Gem, kita berdoa bareng biar jadi jodoh—"
Gemma mendelik, memilih mengabaikan Eros dan segera meniup lilinnya, membuat Eros memekik tidak terima.
"—kok, main tiup-tiup aja, sih. Gue udah berekspektasi niup lilinnya bareng, biar romantis."
"Gila, lo."
"Iya, gila karena mencintaimu."
"Sinting!"
"Iya, sinting karena menggilaimu."
Saat Gemma hendak merespon kembali ucapan menjijikan Eros, suara Arista menginterupsinya, "TANGAN GUE PEGEL, BRADER! SISTER!" teriak Arista yang kesal dengan pertunjukan tidak jelas di depannya.
"Sini, Sayang. Mana yang pegel? Gue pijitin," ucap Owen menghampiri Arista, membuat jengah orang lain yang melihatnya.
"Udah gede, lo, Gem. Jangan cengeng lagi," ucap Jordy, meraih cake yang dibawa Arista dan memberikannya pada Gemma.
"Selamat ya, Gem. Lo, sempurna banget hari ini. Bahagia terus, ya," susul Flora memberi ucapan pada Gemma.
"Selamat ulang tahun, ya, Sayangnya Bobi. Barusan Om Daniel tanya, kapan kita bisa ngatur pertunangan," ucap Bobi pada Gemma, sukses membuat Eros kalang kabut seperti cacing kepanasan.
"Lapangan basket kampus, kayaknya cocok buat bunuh-bunuhan, Bob. Gue udah siap, nih," sungut Eros, satu tangannya melipat lengan kemejanya bersiap memukul Bobi.
"Ampun, Bang Jago. Ampun!" ucap Bobi mendudukan diri sambil menyatukan kedua tangannya.
Lampu ruangan itu tiba-tiba mati, digantikan dengan lampu kerlap-kerlip berwarna merah muda yang perlahan menyala. Eros mengambil alih cake yang berada di tangan Gemma, meletakannya di atas meja, lalu menukarnya dengan kedua tangannya sendiri untuk menggenggam tangan gadis itu.
"Gemma, mungkin, lo bosen dengernya, tapi, gue nggak pernah bosen ngomongin ini ke, lo. Gue, sayang banget sama lo. Keinginan gue masih sama, gue pengin bahagiain lo, dan gue nggak bakal nyerah sebelum gue beneran bisa bahagiain lo. Jadi, Gem, untuk kesekian kalinya, lo, mau jalan ke ujung bahagia itu bareng gue?"
Gemma menggigit bibir bawahnya. Gadis itu tidak ingin mengecewakan Eros untuk kesekian kalinya, tapi, kebencian selalu melingkupi hati Gemma sebab Eros yang terlalu baik selalu mengingatkan gadis itu pada kekecewaannya terhadap Antonio. Seharusnya, di ulang tahun ke dua puluh satu ini, Antonio melamarnya, pria itu sudah pernah berjanji. Namun, Eros justru menyatakan perasaan padanya.
"Gem, Antonio sama Eros itu beda. Mereka mungkin saudara, tapi gue yakin, Eros nggak kayak Antonio. Lo, harus percaya itu," ucap Arista mengusap lembut bahu Gemma, berusaha meyakinkan gadis itu.
"Bener, Gem. Lo, kan, udah kenal Eros dari SMA. Gue percaya, lo punya sudut pandang sendiri tentang Eros. Dan yang gue tahu, bahagia lo selalu jadi prioritasnya," ucap Flora mengikuti Arista yang menghampiri Gemma.
KAMU SEDANG MEMBACA
21+ [TERBIT]
Teen Fiction[RE-PUBLISH] ‼️REVISI‼️ *** Gemma, gadis yang usianya akan menginjak dua puluh satu tahun. Gadis yang selalu menyembunyikan semua lukanya sendiri. Kegagalannya dalam keluarga, cinta, dan karir membuat Gemma merencanakan pembalasan dendam pada sang...