Eros melangkahkan kedua kakinya, memasuki sebuah Kafe yang sudah tidak asing baginya. Sebenarnya, ia telah menolak ajakan Owen dan Bobi karena sedang sibuk dengan tender bersama Jordy. Tapi, Arista—si Ratu berisik—itu tidak pernah berhenti menelfonnya. Hingga akhirnya, sebuah gambar yang dikirim oleh Arista, membuatnya bergegas meninggalkan Jordy yang sudah meneriakinya dengan berbagai makian dan sumpah serapah.
Langkah laki-laki itu perlahan melambat, ketika melihat gadis kesayangannya berada di sana, sedang tertawa lepas bersama teman-teman dan keluarganya. Tiba-tiba hatinya terasa menghangat, hanya dengan melihat sebuah lengkungan itu terbentuk di bibir tipis Gemma.
"Terimakasih, Om Bobi," ujar Eros ketika berjalan mendekati meja yang paling berisik di sana.
"KAK EROS!" teriak Emma dan Jenna bersamaan.
"Hai, princess-princess-nya Papa Daniel. Apa kabar?" sapa Eros, membawa kedua tangannya untuk mengusap sayang kepala kembar.
"Kita baik. Kak Eros lama banget nggak main lagi ke rumah," ucap Emma girang.
"Kak Eros harus traktir kita es krim!" ucap Jenna menyusul Emma.
"Kan, udah ditraktir Om Bobi."
"OM BOBI BURUNG PUYUH LO LEMBEK!"
"Bobi," geram Gemma, menatap Bobi dengan kilatan tajamnya.
"Eheh, sori, Ay. Abisnya, mantan lo ngeselin," ringis Bobi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Sekali lagi ngomong begitu di depan adik gue, siap-siap gue potong burung puyuh lo." Seketika kedua kaki Bobi merapat, lalu membawa kedua tangannya menutup area terlarang miliknya.
"Serem banget calon bini—aw-njing!" Sebuah pukulan mantap, mendarat tepat di kepala belakang pria itu, membuat semua orang di sekitar meringis karena pukulan Eros pada Bobi yang tidak main-main.
"Bini belalai lo kecil!"
"Sialan! Nyut-nyutan, goblok!"
"Gue tendang belalai lo biar makin kane, mau?"
"Burung puyuh lo dulu, sini!"
"BOBI!" teriak Gemma jengah dengan adu mulut tidak jelas antara Bobi dan Eros.
"BABY~"
"Gelaaaayyy~" timpal Arista, jijik dengan drama Bobi pada Gemma.
"Udah paling bener lo putusin burung puyuh lembek ini, Gem. Kasihan masa depan lo nanti," ucap Bobi pada Gemma, "Mendingan, sama gue, yang udah jelas dapet restunya calon mertua. Iya, nggak, Pa?" lanjut Bobi menaik turunkan kedua alisnya menghadap Daniel.
Daniel tertawa menanggapi kekonyolan Bobi. Gemma, Arista dan Eros menatap malas dan jengah pada laki-laki itu, sedangkan Owen sibuk mengalihkan perhatian kembar pada makanan mereka, berusaha mempertahankan otak polos dan bersih kedua gadis kecil itu.
"Gaya lo sedengkul! Kayak Gemma mau sama belalai kecil lo," sungut Eros masih tidak terima. Enak saja, sumber benih-benih masa depannya dikatakan burung puyuh.
"Alah, ngomul lo, Sat. Yang lo sebut belalai ini juga bisa jadi vektor tegak lurus. Cuma, kalau digabungin sama punya burung puyuh lo, vektor tegak lurus tidak sejajar jadinya."
"Karena mantep punya gue!"
Bugh!
Sebuah pukulan tas mendarat di kepala pertama,Bugh!
Pukulan kedua mendarat di kepala lainnya."Sampis banget mulut kalian! Sampis!" ujar Gemma dan Arista, terus memukul kedua kepala laki-laki itu bergantian. Sedangkan, yang dipukul berusaha merunduk, melindungi kepala mereka menggunakan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
21+ [TERBIT]
Teen Fiction[RE-PUBLISH] ‼️REVISI‼️ *** Gemma, gadis yang usianya akan menginjak dua puluh satu tahun. Gadis yang selalu menyembunyikan semua lukanya sendiri. Kegagalannya dalam keluarga, cinta, dan karir membuat Gemma merencanakan pembalasan dendam pada sang...