What a Let Down

139 15 0
                                    

Eros berlarian di lantai tempat Gemma bekerja, kedua netranya tergerak kesana-kemari memindai setiap sudut lantai itu, menanyakan keberadaan gadisnya pada setiap orang yang melintas. Setelah pencahayaan di lantai itu mulai meredup, sebab beberapa penghuninya sudah meninggalkan meja kerjanya, Eros mengacak rambutnya frustasi. Lantas, pria itu berlari kembali ke lobi, berharap dapat menemukan gadisnya sedang duduk manis menunggu dirinya.

"Di mana lo nyembunyiin Gemma?" tanya Eros pada pria yang sedang duduk santai di lobi, mengayunkan satu kakinya yang disilangkan. Dadanya masih naik turun, sebab terengah-engah berlarian kesana-kemari. Tatapan tajam dan dingin sarat akan kebencian terpatri di air muka Eros pada pria di depannya.

Pria itu mengalihkan atensinya pada Eros, menaikan satu alisnya. "Gemma nggak ada. Di mana lo nyembunyiin dia, Sialan!" tuduh kembali Eros menarik kerah kemeja pria di depannya, mencengkeram erat.

"Lo bikin dasi gue berantakan, sialan," desis pria itu pada Eros. Keduanya saling beradu tatapan bengis, sesak di dada mereka semakin memburu, air muka yang memerah hingga urat-urat pada leher keduanya bermunculan.

"Brengsek!"

Eros menghempaskan cengkramannya membuat pria lain terbatuk-batuk. Tubuhnya terhuyung, beberapa menit, ia mengatur pernapasannya setelah tercekat beberapa saat karena cengkraman Eros dan ikatan dasinya yang erat. Sedangkan, Eros mengangkat wajahnya, memijat pangkal hidungnya. Seharusnya ia tidak menghampiri pria itu, sebab itu hanya akan berakhir sia-sia.

Antonio menggeram. "Dia pergi."

Eros mengalihkan atensinya pada Antonio, masih dengan air muka benci pada pria itu. "Jangan bercanda! Gue belum lihat dia keluar."

Antonio menyunggingkan senyumnya, pria itu mendecih, kemudian mendirikan tubuhnya, menyejajarkan laki-laki di depannya. Antonio berjalan mendekati Eros dengan angkuh. "Tadi, waktu lo bilang nyuruh gue nahan kembar biar gue dapetin rumahnya. Dia ada di belakang lo."

Kedua mata Eros membulat sempurna, lantas tanpa aba-aba, laki-laki itu memukul wajah Antonio. Membuat pria itu terjatuh ke lantai, dan pekikan teriak dari beberapa pekerja yang melintas menggema memenuhi lobi. Sekali lagi, Eros mencengkeram kuat-kuat kerah baju Antonio, kali ini penuh dengan emosi.

BUGH!
BUGH!

"SAKIT, LO, BANG!"

Antonio terkekeh, dengan cepat pria itu menyeka darah di sudut bibirnya, lalu membalas menarik kerah baju Eros, membuat laki-laki itu berpindah posisi di bawahnya, memudahkan Antonio membalas pukulan demi pukulan pada laki-laki itu.

BUGH!
BUGH!

"Udah gue bilang, jangan rebut lagi apa yang udah jadi milik gue, Sialan!"

BUGH!

"SADAR, BODOH! DIA SEKARANG ANAK TIRI LO!"

BUGH!

Antonio terus memukul wajah Eros. Pria itu menggeram, Gemma itu kekasihnya, bukan anak tirinya, mereka saling mencintai dan selamanya akan tetap seperti itu. Pria itu, meluapkan semuanya pada setiap pukulan yang ia berikan pada Eros.

"Gemma milik gue. Bukan milik lo. Udah cukup lo ambil kepercayaan mereka, jangan Gemma," desis pria itu pada Eros.

Eros kembali membalik posisi, kini ia berada di atas Antonio. Meskipun ia sedikit pusing sebab pukulan Antonio padanya yang tidak main-main, laki-laki itu membalasnya tak kalah bengis.

BUGH!

"Gue duluan! Gue duluan yang suka sama dia, sebelum lo!"

BUGH!

"Dan gue udah berhasil dapetin hatinya." Murka Eros, terus memukul Antonio tanpa ampun.

Meski perih, satu sudut bibir Antonio terangkat. "Apa lo yakin, dia beneran suka sama lo? Atau cuma kasihan?"

21+ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang