Bab 6 Konfrontasi

259 3 0
                                    

Genap sebulan sudah Jaka terbaring koma di ruang observasi emergency room RSUP, dan belum ada tanda tanda positif untuk kesembuhannya.

Di sisi lain, Yuyun justru semakin nyaman dengan kehidupan barunya, telah sepakat untuk melegalitaskan hubungan terselubungnya dengan Ary dengan sebuah akad perkawinan temporer dengan catatan akan menjadi resmi setelah Jaka keluar dari rumah sakit.

Di saksikan pengurus lingkungan dan beberapa tetangga dekat, mereka mengucapkan janji suci pertama mereka di hadapan seorang penghulu lingkungan setempat.

Bagi Ary yang seorang pegawai perusahaan negara, jelas sebuah hubungan yang legal sangat di perlukannya untuk kredibilitasnya.

Sementara Danu yang sudah memiliki rencana lain perihal Yuyun, tak sabar untuk segera bertemu orang tua Jaka. Danu bermaksud segera membawa mereka ke Jakarta, dan akan menghasut orang tua Jaka dengan tujuan untuk merebut kembali Yuyun, selain bertemu anaknya yang sekarat. Sayangnya waktu berjalan sangat lambat di rasanya.

Hingga tibalah saatnya hari jumat yang di nantikannya, begitu keluar dari pabrik sepatu tempatnya bekerja, Danu berencana langsung ke terminal bis tanpa ke kontrakan lagi.

Sementara di rumah kontrakan yang di tempati Iwan dan Danu beserta satu kawan yang lain, seseorang datang tepat saat Iwan sedang bersiap hendak ke tempat kerjanya. Seseorang yang di ketahuinya adalah kepala shiff divisinya Danu temannya.

"Loh pak...tumben datang kemari ?" Sapa Iwan pada orang yang termasuk atasannya di pabrik itu, saat dia sedang memakai kaos kaki sepatunya.

"Danu mana Wan? Katanya mau pulkam." Ujar atasannya itu

"Belum pulang kesini pak mungkin langsung ke terminal soalnya tadi pagi tas pakaiannya sudah di bawa juga." Jawab Iwan.

"Hadeh gimana seh... kemaren katanya mau barengan...?" Gerutu pria paruh baya yang juga pimpinan langsung Danu itu.

"Memang bapak mau pulkam juga?" Tanya Iwan melanjutkan

"Iya...istri sebenarnya yang perlu, undangan ke teman kecilnya yang ada hajat." Ujar atasannya.

"Oh gitu ya pak." Kata Iwan lagi.

"Kalo gitu kamu saja ya Wan yang ikut kami supaya ada teman perjalanan sekaligus bisa gantian nyopir." Ujar atasannya.

"Wah gimana yah pak." Jawab Iwan

"Sudah ga sah takut keluar duit kamu pokoknya tinggal berangkat aza ga keluar ongkos." Ujar atasannya.

"Iya deh boss...tapi senin saya shiff pagi boss." Kata Iwan.

"Ya sudah minggu sore kan pulang lagi gapapa kita giliran nyopir Wan, bisa kan nyetir?"

"Iya boss iya bisa bisa...maaf boss saya harus masuk kerja sekarang dah mau telat nih."

"Iya iya...besok brangkat rada pagi saja Wan."

Iwan hanya mengacungkan jempol sambil berlalu, dengan setengah berlari Iwan berjalan menuju pabrik tempatnya mencari nafkah yang sudah di jalaninya selama sepuluh tahun itu. Sementara pria paruh baya itu juga segera berlalu pergi dengan mengendarai motor matic zaman old miliknya.

Danu yang sudah berada di dalam bis AKAP meskipun masih ngetem di terminal, cengar cengir sendirian saat chatting dengan Ambar. Ia sudah tak sabar ingin menyalurkan hasrat nafsunya yang telah di tahannya sebulan ini, karena dua minggu yang lalu saat Danu pulkam, Ambar tak bisa melayaninya karena kedatangan siklus bulanannya, justru ketika mereka sedang berkencan saat makan siang tepat sebelum indehoy.

Yuyun Yunengsih yang kini sedang berbahagia hati menjalani peran baru dalam hidupnya sebagai istri Ary Suryapratama, malam itu telah merias dirinya secantik mungkin, sambil menunggu kepulangan suaminya barunya dari tugas dinasnya, ia belajar menggunakan hp pintar yang di berikan oleh Ary sebagai salah satu mahar dalam perkawinannya kemaren.

GERBANG MASA DEPAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang