Bab 16 Masalah lagi

94 2 0
                                    

Darti menatap nanar ke arah Yuyun yang tersenyum dengan wajah ceria dan berseri seri saat Ary memasukkan sebuah cincin pertunangan ke jari manisnya. Ada rasa senang dan haru bercampur sedih saat melihat peristiwa itu.

Senang dan terharu karena Ary telah berjanji akan memperlakukannya selayaknya seorang ibu yang wajib di hormatinya, sedihnya pertunangan menantunya itu terjadi hanya sehari tepat setelah acara tahlilan tujuh hari mendiang suami dan anaknya selesai di laksanakan berbarengan, bahkan kalo di hitung sejak hari kematiannya maka Yuyun bertunangan hanya bersela lima hari saja sejak kematian suaminya.

Namun pada akhirnya hatinya harus merelakannya ikhlas maupun tidak. Apalagi dirinya tak memungkiri bahwa Yuyun terlihat sangat bahagia dengan kondisinya saat ini.

Darti sendiri telah menerima tawaran dari orangtua Ary untuk tinggal di rumah keluarga Ary di Kampung Bulak, sebelum menemukan pendamping hidup lagi, dengan alasan untuk membantu kegiatan di tempat penggilingan padi.

Orangtua Ary juga telah berjanji untuk mengambil Ida sebagai anak asuh yang akan di biayai sekolahnya atas keinginan dari Ary, setelah Ary dan Yuyun sendiri akan membawa Imah ke Jakarta.

Yuyun sendiri memasrahkan perawatan rumah yang akan di tinggalkannya serta rumah Darti kepada kedua orang tuanya yang selama ini tinggal di kampung itu dengan mengontrak sebuah rumah pada salah satu warga kampung itu.

Keesokan harinya tepatnya hari minggu pagi, di iringi oleh seluruh keluarga besar mereka yang semalam berkumpul dan menginap di kediaman Pak Irawan, Ary dan Yuyun berpamitan untuk berangkat kembali ke Ibukota, karena masa cuti dinas Ary yang akan selesai hari ini.

Imah yang sudah nyaman menganggap Ary sebagai kakaknya sendiri tampak begitu senang, lain dengan Darti yang seakan berat hati melepas kepergian anaknya itu. Hingga akhirnya tak kuasa Darti menahan air matanya untuk tidak tumpah, saat menatap mobil yang di kendarai Ary telah melaju meninggalkan mereka semakin jauh. Darti semakin terisak dalam tangisannya sambil mendekap Ida anak bungsunya yang kini semata wayang tinggal bersamanya.

"Sudahlah nduk....biarkanlah mereka membuka gerbang masa depannya sendiri. Doakan saja mereka selalu dalam lindungan Gusti Yang Maha Kuasa." Ujar nenek Ary menghibur wanita paruh baya itu, Darti hanya menatap wajah teduh wanita yang telah memasuki usia senja itu sambil mengangguk pelan.

Darti sendiri mulai saat ini akan tinggal bersama nenek Ary yang kediamannya hanya terletak di samping rumah keluarga Irawan tanpa batas apapun selain dinding yang menyekat rumah berukuran besar itu menjadi dua bagian.

Setelah hampir seharian akhirnya sampai juga di tujuan akhir mereka. Iwan yang hari itu libur dengan senang hati menyambut kedatangan mereka di parkiran.

"Gimana kabarnya mas...apakah Mas Iwan sudah semakin baik?" Tanya Ary pertama kali saat Iwan menjabat tangannya dengan erat.

"Alhamdulillah sudah hampir pulih total, aku bahkan sudah mulai masuk kerja dua hari kemaren." Jawab Iwan dengan sumringah.

"Baguslah mas...oh iya mas dah dengar belum kalo Danu telah di tangkap polisi?" Tanya Ary.

"Iya...tapi apakah kau belum tau kalo Danu telah melarikan diri dari tahanan belum lama ini." Kata Iwan.

"Apaaaa!!!" Ujar Yuyun dan Ary serempak.

"Bagaimana bisa itu terjadi?" Tanya Ary merasa heran.

"Yang kudengar dari cerita seorang kawanku di pabrik, Danu telah mengelabuhi penjaga saat rekonstruksi kasus." Jawab Iwan.

"Tapi bagaimana mungkin para aparat seceroboh itu..?" Kata Ary.

"Wah kalo itu maaf aku kurang paham Ar, tapi yang jelas Danu telah tega mengumpankan salah seorang temannya sendiri untuk itu." Jawab Iwan.

GERBANG MASA DEPAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang