Bab 18 Manusia Biasa

112 3 0
                                    

Hari demi hari berganti dengan cepatnya hingga tak terasa sudah hampir tiga bulan telah berlalu sejak hari kepergian Jaka yang berpulang untuk selama lamanya. Yuyun mulai berbenah diri karena hari pernikahannya dengan Ary telah semakin dekat. Bahkan orangtuanya sering mengingatkan untuk pulang jauh jauh hari sebelum acara yang mereka nantikan tiba, saat melakukan panggilan telepon.

Ary sendiri justru semakin sibuk dengan pekerjaannya apalagi setelah ia mendapat SK baru untuk mengikuti pendidikan lagi di kota kembang sebagai syarat untuk promosi jabatan yang ia dengar, bahwa dirinya termasuk dari beberapa masinis commuter yang akan di mutasikan menjadi staff manajemen eksekutif yang akan memimpin sebuah stasiun kereta.

Ia pun menyadari bahwa hari pernikahannya yang telah di rencanakan sebelumnya telah hampir dekat. Bahkan perut Yuyun makin lama makin membuncit seiring waktu kehamilannya yang terus bertambah.

Namun pekerjaan yang harus dilakukannya semakin hari semakin menyita banyak waktunya. Hingga nyaris tanpa ada waktu luang sedikitpun kecuali untuk sekedar istirahat di rumahnya sendiri, karena waktu jeda dinasnya Ary gunakan bolak balik Jakarta Bandung untuk mengikuti pendidikan.

Yuyun Yunengsih pun tak pernah mengeluhkan kesibukan luar biasa yang di jalani Ary selama dua bulan terakhir. Toh ia masih merasakan perhatian dari lelaki yang di cintainya itu tidak berkurang sedikitpun, terutama hubungan sexual mereka slalu terjaga.

"Mas nanti tolong mampir ke CFR bisa nggak, soalnya susu dedek dan susu bumil nya udah mau abis..." Ujar Yuyun saat mengantar Ary yang sudah bersiap untuk pergi ke Bandung.

"Oh iya bisa bisa sayank....nanti di wa saja yah sekalian smua blanjaan yang di butuhkan." Jawab Ary yang lalu mencium kening pipi dan bibir Yuyun setelah hampir sampai pintu keluar rumah.

Yuyun pun menyambutnya dengan memeluk Ary erat erat. Sebelum pasrah hanya bisa memandang kepergian lelakinya itu untuk beberapa saat sebelum ia menutup pintu dan menguncinya lalu tenggelam dalam kesibukan rutinitasnya sehari hari.

40 menit kemudian Ary telah duduk di ruang tunggu di sebuah stasiun besar yang melayani keberangkatan khusus kereta eksekutif. Masih ada sekitar 15 menit dari jadwal keberangkatan kereta tujuan kota Bandung yang akan di tumpanginya. Tiba tiba saja ia tertarik saat melihat seorang wanita dewasa yang menarik kopernya lalu duduk di ruang tunggu tak jauh dari tempatnya duduk.

Ary menatap wajah wanita itu dalam dalam sebelum akhirnya ia memastikan mengenali wanita itu.

"Maaf... apakah ini Kak Sarah....?" Tanya Ary setelah mendekati wanita itu.

Wanita itu memandangi Ary yang tersenyum manis itu sejenak sebelum dia juga tersenyum.

"Ya ampun Ary yah......?" Kata Wanita itu antusias, sementara Ary hanya mengangguk sambil tersenyum saja.

"Beneran kan adek Ary Suryapratama...?" Tanya wanita itu sekali lagi untuk memastikan.

"Iya kak itu saya...Kak Sarah selama ini tinggal di mana? Ga pernah main ke tempat Ary..." Ujar Ary.

"Iya dek maaf dulu setelah tinggal di tempatmu itu suami kakak trus membeli apartemen dek...jadi trus pindah dari tempat Dek Ary..oh iya gimana kabar bapak dan mamah adek? Baik baik saja kan?" Kata wanita yang bernama Sarah dan dulu pernah tinggal mengontrak di rumah Ary itu bersama suaminya.

"Baik kak Alhamdulillah semua sehat...trus Kak Sarah ini sekarang mau kemana?" Tanya Ary lagi.

"Ke Bandung dek...Dek Ary mau kemana?" Ucap Sarah balik bertanya ke Ary.

"Sama kak...oh itu keretanya sudah siyap kak..mari kak.... saya bantu bawain kopernya kak..." Ujar Ary yang di jawab senyuman dan anggukan oleh Sarah.

Keduanya lalu berjalan beriring dengan Ary di depan sambil menarik koper besar milik Sarah. Ary bahkan mengantarkan sampai ke kursi tempat duduk Sarah sesuai yang tertera di tiket, yang ternyata masih satu gerbong dan baris dengan Ary meski tidak berjajar. Sarah dapat tempat duduk di tengah gerbong sementara Ary yang orang dalam kereta api dapat sesuka hati memilih tempat duduk yang ia sukai di ujung belakang tiap gerbongnya.

GERBANG MASA DEPAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang