Bab 14 Percikan Api

133 2 0
                                    

Begitu lepas di jalan luar kabupaten Ary melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Yuyun pun tampak sangat tegang dan cemas, apalagi setelah melihat Imah juga Ida berkali kali dan melihat sebuah ketakutan dalam wajah wajah polos mereka.

Sesekali pula Yuyun menatap wajah kekasihnya yang juga tampak sebuah kecemasan meskipun seperti biasanya kekasihnya itu slalu bersikap tenang.

Tak lama kemudian mereka sudah sampai di gerbang bertuliskan Hotel Nyaman, dimana Imah langsung berteriak sambil menunjuk ke arah ibunya yang duduk di depan pos sekuriti, dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.

Begitu Ary telah menghentikan dan memarkirkan mobilnya di tempat yang semestinya, mereka segera berhamburan keluar dan bergegas menghampiri Darti yang tampak gemetaran dan berlinang air mata. Wajah wanita paruh baya itu penuh lebam dan bengkak parah di bibir dan matanya, rambutnya kusut terburai.

Yuyun yang tak kuasa melihat keadaan bekas ibu mertuanya itu langsung menjerit histeris dan menangis tersedu-sedu, di ikuti Imah dan Ida yang langsung menjerit dan memeluk ibunya. Seketika tangisan itu membuat kegaduhan yang langsung menyita perhatian orang orang di sekitarnya.

"Maaf pak apa yang sudah terjadi dengan Ibu Darti..?" Tanya Ary pada pria paruh baya yang berseragam sekuriti.

"Kami kurang tau seperti apa kejadiannya mas...tapi baru saja kami mendapati ibu itu pingsan di kamarnya saat akan mengingatkan waktu untuk check out. Tampaknya dia habis di siksa oleh temannya." Ujar sekuriti itu.

"Dimana temannya sekarang?" Tanya Ary lagi.

"Justru sudah lama keluarnya mas, tadi siang sempat pamit untuk beli makanan sebentar sama saya. Saya bahkan sampai lupa apakah dia kembali kesini atau tidak. Saya tau ibu ini pingsan setelah belum lama tadi saya mendapat perintah dari pihak CS untuk mengingatkan waktu check out." Ujar sekuriti.

"Saya pun kasihan pada ibu ini dan berniyat mengantarkannya pulang nanti setelah jam kerja saya selesai." Lanjut sekuriti itu.

"Ridwan benar benar gila...maaf pak kami jelas tidak bisa mentolerir terhadap apa yang menimpa ibu kami, sekarang juga kami akan melaporkan tindak penganiayaan ini ke polres, jadi saya mohon bantuan bapak untuk menjadi saksi, apakah bapak bersedia?" Ujar Ary.

"Tentu mas...tentu tapi tentu saya hanya akan mengatakan sebatas apa yang saya ketahui saja." Jawab sekuriti itu.

"Iya pak tapi bukankah ada yang bisa menunjukkan kehadiran ibu ini di sini bersama Ridwan tadi, dari cctv misalnya?" Kata Ary

"Oh ada mas tentu saja ada." Jawab sekuriti itu.

Ary terdiam sejenak, namun kemudian berbisik pada Yuyun.

"Yank..tolong antar Bu Darti ke mobil." Ucapnya.

Yuyun pun segera mengajak mantan ibu mertuanya itu, setelah berpamitan dengan sekuriti yang seumuran dengan bapaknya itu. Bahkan Darti pun masih sempat mengucapkan "terimakasih." pada sekuriti itu meski ucapannya sangat lirih terdengar.

"Hati hati..." Ucap sekuriti itu dengan tatapan yang penuh iba pada Darti, apalagi melihat dua anak kecil berwajah polos memelas yang hanya bisa merangkuli ibunya itu.

"Belum lama ini beliau menjanda pak." Ucap Ary perlahan karena sekuriti itu masih terus menatap lekat ke arah Darti.

"Iya mas...saya ikut prihatin." Jawab pelan sekuriti itu.

"Baiklah ini kartu nama saya pak, dan sekali lagi kami mohon bantuan bapak untuk bersedia bersaksi atas kejadian ini, kali ini saya harus tegas karena bukan sekali dua kali Ridwan, bertindak seperti ini terhadap wanita." Ujar Ary sambil memberikan sebuah kartu nama yang di ambil dari dompetnya.

GERBANG MASA DEPAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang