6. MASALAH DENGAN ANGGI.

8 2 0
                                    

Bukan hanya cinta yang rumit, tapi salah paham juga jauh lebih rumit
_oOo_

Setelah menerima pahit semalam, aku menceritakannya pada Rita teman dekatku. Setelah mendengarnya, Rita bilang padaku ia benar-benar kecewa pada Arhan. Dan bukan cuma Rita yang kecewa, tapi aku juga. Aku sudah terlanjur menaruh rasa terlalu dalam untuk Arhan, tapi kenyataannya, ia menyukai Anggi.

Mengingat kembali isu yang masih beredar saat itu, aku menjadi penasaran dengan tanggapan Anggi. Dan saat itu, aku memiliki sebuah rencana untuk, memberitahu Anggi, tentang hubunganku dengan Arhan. Aku ingin tahu apa tanggapannya. Jika ia marah berarti mereka memiliki perasaan yang sama, akan tetapi jika dia biasa saja, Anggi tak menyukai Arhan.

Hari ini adalah hari yang tepat, aku bertemu Anggi di depan kelas. Aku sengaja mendekatinya.

***

“Hai, Anggi,”

“Oh, hai  Cit, ada apa?,”

“Kau tahu isu tentang Arhan dan dirimu?,”

“Tahu, tapi aku tak peduli,”

“Aku sudah menjadi kekasih Arhan,” aku berusaha menjelaskan, agar melihat reaksinya seperti apa.

“Kau dan Arhan?,”

“Iya, sudah beberapa hari yang lalu, dan kau, mengapa memberi nomor ponselku padanya waktu itu?,”

“Hanya ingin,” bagiku jawaban Anggi terkesan ketus waktu itu, mimik wajahnya juga berubah, seperti marah, bukan Cuma itu matanya mulai berkaca-kaca dan meneteskan air mata.Ah sial, ternyata sepertinya mereka saling menyukai.

“Selamat, dan maaf bisa tinggalkan aku sendiri?,” tiba-tiba Anggi memintaku pergi dari tempat itu.

“Tapi mengapa?, kau marah padaku?, tapi maaf bukan maksudmu seperti itu?,”

“Bukan seperti itu bagaimana Cita?, bahkan sekarang kalian sudah menjadi sepasang kekasih,” suara Anggi seperti menahan tangis.

Aku berusaha menjelaskan pada Anggi yang sebenarnya, tetapi Anggi diam dan terus menangis, aku tak tahu apakah ia mengerti penjelasanku atau tidak waktu itu.

***

Saat keributan yang kubuat dengan Anggi, teman-teman perempuanku mengetahuinya, dan mereka semua membela Anggi, selain itu mereka memojokkanku, menyalahkan diriku seakan aku ini adalah tersangka aras kejadian itu. Sampai aku menangis tersedu-sedu saja, mereka tak peduli.

Aku terus menatap Anggi yang diam saja dan terus menangis, ia berlari ke kamar mandi dan teman-temanku  mengejarnya. Sempat aku ingin mengejarnya juga saat itu, tapi salah satu temanku, yang membela Anggi, ia berkata padaku bahwa aku harus memberi waktu untuk Anggi menenangkan diri.

Ya Tuhan, bukan maksud aku seperti itu, aku tak bermaksud membuat Anggi sakit hati padaku. Ah sudahlah mungkin aku akan menyelesaikan masalah ini saat Anggi sudah tenang  nanti.

***

Sejak kejadian kemarin, semua orang jadi tahu hubunganku dengan Arhan. Tapi masalahnya sejak kemarin, aku di jadikan bahan olok-olokan temanku.

Mereka bilang, aku perusak hubungan orang, aku di kira  merebut Arhan dari Anggi, padahal tidak sama sekali. Anggi juga bukan kekasih Anggi, jadi mengapa aku harus merebut?. Mereka memang aneh tapi ya sudahlah, itu tak penting.

Yang sedang kupikirkan saat itu adalah Arhan dan Anggi saja, di saat seperti ini, mengapa Arhan tak peduli padaku, membelaku saja tidak, padahal ini juga salahnya. Kalau Anggi, ia masih mendiamiku.

Huh, rasanya aku ingin menghilang dari muka bumi ini jadinya, tak ada yang memihakku saat itu, hanya Rita teman dekatku yang mempercayaiku.

“Duh Cit, bagaimana rasanya menjadi kekasih Arhan?,”

“Ya pasti enaklah iya kan Cit?,”

“Biasa saja,” kataku, mereka menertawaku, tapi aku tak peduli, aku pergi meninggalkan mereka.

“Aku pergi dulu,” kataku terlewat ketus.

Dan saat aku berjalan di koridor waktu itu, aku berpapasan dengan Arhan, ia bersama temannya. Diriku pikir setelah melihatku ia akan mencoba membantuku menyelesaikan masalahku.

Tapi ia malah berlalu melewatiku, tanpa berbicara sepatah kata pun padaku, sungguh, aku benar-benar kecewa padanya. Apa sungguh tak ada rasa peduli sedikit saja untukku. Apa hanya Anggi yang ia peduli. Sakit sekali, rasanya aku ingin menangis saja sekencang-kencangnya.

Dari sini aku tahu, bahwa seorang Arhanka Prahadi bukanlah tipe laki-laki baik seperti yang aku pikir. Dia hanya laki-laki yang tak bertanggung jawab, itu penilaianku sekarang, untuknya.

Rasanya diriku ingin mengakhiri hubungan yang salah ini, tapi hatiku seperti tak ingin melepaskan Arhan. Bagaimana ini?, apa yang harus aku lakukan?. Ditambah, aku tak mungkin memutuskan hubungan hanya karena Anggi, nanti ia berpikir, aku ini orang yang terkesan berlebihan. Jadi kuurungkan rencana itu.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ILUSI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang