Patah hati itu tak baik, tapi di banding makan hati, ia cukup lebih baik
_oOo_Saat aku dan Rita asyik berbincang di kantin, tiba-tiba bel masuk berbunyi, itu artinya jam KBM di mulai kembali. Aku dan Rita segera ingin memasuki kelas.
Sialnya, saat aku dan Rita sampai di depan kelas, ada yang bilang padaku, jika Arhan mengunci dirinya sendiri dengan Anggi di dalam kelas agar bisa menghabiskan waktu berdua, apa maksudnya.
Aku mengintip mereka dari jendela kelas, kulihat mereka sedang kejar-kejaran sepertinya Anggi ingin membebaskan diri, tapi Arhan malah berusaha menghalangi Anggi, agar ia tak bisa bebas darinya. Sungguh menyebalkan.
***
“Kau yang sabar Cita,” bisik Rita.
“Kau tenang saja,” jawabku, sambil tersenyum ke arahnya.
Setelah wali kelas datang drama ini selesai, untung saja. Hampir saja hatiku gosong, karena terbakar api cemburu.
Saat aku ingin memasuki kelas tiba-tiba Dino menghentikan langkahku. Ia mencoba ingin berbicara sesuatu padaku, tapi aku tak tahu apa itu.
“Ada apa Din?,”
“Aku ingin berbicara satu hal padamu, tentang Arhan,”
“Ada apa lagi dengannya,” aku bertanya.
“Apa kau sudah tahu kalau Arhan, bermain perempuan di belakangmu?,” aku terkejut dengan apa yang Dino lontarkan.
“Siapa?, Anggi lagi?,”
“Selain Anggi, perempuan lain, apa kau tahu,”
“Tidak!,” jawabku.
“Tapi kau percaya apa yang kukatakan?,” tanya Dino lagi.
Aku menghela nafas dan berkata, “Aku tak tahu Din!,”
“Kalau begitu buktikan nanti malam,” kata Dino dengan tersenyum, laku meninggalkanku masuk dalam kelas.
Sempat bingung dengan apa tang dikatakan oleh Dino, tapi aku berusaha tak memikirkannya, lalu aku segera menyusul Dino memasuki kelas untuk mengikuti KBM.
***
Malamnya, aku kembali berpikir perkataan Dino. Bingung dengan apa yang harus aku lakukan untuk membuktikan ucapan Dino benar atau tidak. Cukup berpikir ketas akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi Arhan saja.
“Halo?, ini siapa ya?,” aneh, ini benar-benar aneh, mengapa suara perempuan, siapa dia?, dan di mana Arhan?.
“Kau siapa?, di mana Arhan?,”
“Aku kekasih Arhan, lalu kamu siapa?,”
“Temannya!,”
“Hai, siapa yang menelepon?,” samar-samar kumendengar suara Arhan.
“Ini, Dia bilang temanmu,”
“Halo,”
“Arhan, aku mau kita putus!,” kayaku sambil menahan amarah.
“kenapa?,” sungguh menyebalkan, mengapa ia masih berani bertanya padaku.
“Kau pikir sendiri!,” jawabku ketus.
“Baiklah, kalau itu yang kamu mau,” aku langsung mematikan sambungan telepon ketika Arhan menyetujui untuk memutuskan hubungan kita.Hatiku sangat sakit, mengingat dia berani menghianati perasaanku, jadi yang Dino bilang itu benar. Rasanya aku ingin menangis saat itu juga.
***
Kabar putusnya aku dan Arhan mulai menyebar ke semua orang. Dan karena itu, membuat orang-orang mengejekku.
“Wah, kau sudah putus Cit?,”
“iyalah sudah putus, paling itu adalah karma,”
“Kasihan,”
Aku benar-benar tak kuat dengan semua ini, tega sekali mereka lakukan itu padaku, padaku. Padahal mereka tak tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku Arhan dan Anggi yang sebenarnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ILUSI (END)
ContoBlurb: "Brakk!" aku terjatuh karena menabrak seseorang, itu karena salahku sendiri, mengapa juga harus lari-lari di koridor segala. "Kamu tidak apa-apa," tanya seseorang yang tadi kutabrak. "Aku tak apa, maaf sudah menabrakmu," kataku dengan rasa b...