Blurb:
"Brakk!" aku terjatuh karena menabrak seseorang, itu karena salahku sendiri, mengapa juga harus lari-lari di koridor segala.
"Kamu tidak apa-apa," tanya seseorang yang tadi kutabrak.
"Aku tak apa, maaf sudah menabrakmu," kataku dengan rasa b...
Di antara dua pilihan, yang mampu buatku bimbang _oOo_
Lalu, setelah berhari-hari, sejak kejadian kemarin, aku dan Arhan tak bertegur sapa, walau begitu, aku masih menjadi kekasihnya. Karena sudah tak tahan dengan perlakuan Arhan, aku berusaha menghindarinya untuk beberapa waktu.
Tetapi tidak untuk malam ini, tiba-tiba ia menghubungiku dan menanyakan kabarku seperti biasa, seolah tak ada masalah di antara kita. Padahal, ia tahu semua, semua yang terjadi, antara aku , dia dan Anggi.
Anehnya, saat kita asyik berbincang melalui telepon, diriku pikir dia sedang bersama perempuan, entah apa aku salah dengar atau tidak, masalah itu tak kuambil pusing, mungkin itu saudara atau malah tetangganya.
Dan sialnya, kali ini aku tak bisa lagi hubunganku dengan Arhan, karena Bunda dan Ayahku memergokiku sedang menghubungi Arhan, yang mereka bilang, cara bicaraku dengan Arhan, seperti sepasang kekasih.
Memang kubenarkan fakta itu, ingin berbohong pun tak ada gunanya. Asal kalian tahu, Ayah Bundaku itu teliti.
***
“Cita, siapa laki-laki itu?,” tanya Ayahku.
“Dia, dia temanku Ayah,” kataku.
“Teman atau kekasihmu,” kata Bundaku, ah Bunda membuatku jadi gugup saja!.
“Iya Bunda..., iya dia kekasihku puas?,” kataku dengan sedikit jengah, benarkan kataku?, aku tak bisa berbohong.
“Kau putuskan dia,” kata Ayahku tiba-tiba.
“Tapi mengapa Ayah?,”
“Sudah, kau hanya perlu memutuskannya,”
“Aku tidak mau,” kataku dengan sedikit ketus, karena Ayahku memintaku memutuskan hubunganku dengan Arhan.
“Siapa namanya Cit?,”
“Arhan bunda, Arhanka Prahadi,”
“Dengarkan Ayahmu Cita, putuskan dia, kami tak ingin terjadi suatu padamu nantinya,” aku menghela nafas mendengar ucapan Bunda, tapi ya sudahlah aku turuti saja kata mereka.
“Baiklah, aku putuskan,”
Saat perdebatanku dengan Ayah dan Bunda selesai, tiba-tiba A’ Etan dan Teh Asri muncul.
“Ada apa Bunda, Ayah?,” tanya A’ Etan.
“Ini adikmu, punya pacar,” perkataan Bunda, membuat keduanya saling pandang.
“Benarkah Cita,” timpal Teh Asri, aku mengangguk.
“Apa itu yang buatmu senang kemarin?,”
“Iya Teh, maaf sudah bohong sama Teteh,” kataku dengan perasaan bersalah.
“Tak apa lain kali jangan ya,” aku menghela nafas panjang, mendengar perkataan Teh Asri, aku pikir ia akan marah.
***
Sejak kemarin, aku dilanda kebimbangan, memikirkan bagaimana aku harus memutuskan dengan Arhan.
Tidak mungkin, kalau aku mengatakan ini kemauan orang tuaku. Sepertinya aku harus bertanya pada Rita, tentang masalah ini.
“Menurutmu, aku harus bagaimana Rit?,”
“Kau tak bisa memutuskannya sekarang Cit, aku rasa begitu,”
“Lalu, bagaimana dengan orang tuaku?,”
“Untuk sementara berbohong tak apa bukan?,” katanya sambil terkekeh.
“Baiklah,” kataku dengan jengah.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.