Blurb:
"Brakk!" aku terjatuh karena menabrak seseorang, itu karena salahku sendiri, mengapa juga harus lari-lari di koridor segala.
"Kamu tidak apa-apa," tanya seseorang yang tadi kutabrak.
"Aku tak apa, maaf sudah menabrakmu," kataku dengan rasa b...
Tak ada masalah, yang tak bisa terselesaikan _oOo_
Hari demi hari telah berlalu, semenjak aku memutuskan Arhan, aku juga mulai melupakannya. Hubunganku dengan Anggi juga mulai membaik.
Aku dan Anggi tahu, bahwa Arhan, bukanlah lelaki baik. Kini aku dengan Anggi sedikit mulai dekat. Sampai sering juga pulang bersama, karena kebetulan, arah rumah kita sama.
“Kau ternyata teman yang baik Cit,” kata Anggi dengan tersenyum.
“Ha ha, kau juga,”
“Tak aku sangka, kita akan menjadi dekat,”
“Iya, tapi ini karena Arhan bukan?,”
“Kau benar,”
***
Saat kita sedang asyik berbincang sepanjang jalan tiba-tiba Anggi menghentikan langkahnya. Sepertinya ia ingin membicarakan sesuatu yang penting.
“Cita, maafkan aku,”
“Kenapa?,”
“Soal Arhan?,” aku tertawa mendengarnya.
“Mengapa kau tertawa Cit?,” tanya Anggi Heran.
“Sudahlah Anggi, kau tak perlu meminta maaf, itu bukan sepenuhnya salahmu,”
“Tapi kau memaafkanku kan?,” aku mengangguk menanggapinya.
"Oh ya Cit, aku juga ungin berpamitan padamu, karena setelah kenaikan kelas nantu aku akan pindah dari Bandung, aku ingin ke Surabaya, karena Ayahku akan bekerja di sana," taya Anggi dengan raut wajah sedih.
“Berarti kita tak akan bertemu lagi?,” tanyaku.
“Mungkin suatu saat nanti kau akan bertemu aku nantinya,”
“Baiklah kau hati-hati ya, semoga kita bertemu kembali nantinya,”
“Iya pasti Cit,”
***
Saat ini, aku sudah naik kelas 11 SMA, Dan itu artinya Anggi akan pergi ke Surabaya. Selain itu, waktu itu aku dapat dari Rita, bahwa Arhan, juga ingin pindah dari sekolah, terkejut mendengar kabar itu, tapi ya sudahlah, aku sudah tak ingin tahu menahu lagi tentang Arhan.
Dan mulai hari itu juga, tidak ada lagi, dan juga Arhan. Dua orang yang pernah sangat berperan penting dalam hidupku. Mereka yang pernah buatku bahagia namun juga pernah buatku terluka.
Dan ya, aku sudah berusaha melupakan semua itu waktu itu. Mencoba membuka lembaran baru, berharap lebih bahagia dari sebelumnya.
Aku juga berharap mereka juga akan menemukan hidup, jauh lebih baik dari sebelumnya.
“Bagaimana?,”
“Bagaimana apanya?,”
“Hatimu,”
“Memangnya mengapa dengan hatiku Rit?,”
“Sakit, karena Arhan,”
“Kalau sakit, ya tinggal diobati,” kataku.
“Kalau untuk Anggi, bagaimana dengan dia?, kudengar kau dan dia sudah mulai berhubungan baik,”
Aku tersenyum, “Iya, itu benar,”
“Kau begitu baik Cita, padahal kau tahu, kalau Arhan dan juga Anggi pernah membuat hatimu terluka, tapi kau tetap memaafkan mereka dengan lapang dada, aku kagum padamu,”
“Ya, memang seharusnya kan?,” kataku, Rita mengangguk menyetujui perkataanku.
***
Huh, semua sudah mulai membaik, aku harap akan jauh lebih baik lagi, dari sekarang dan terus akan membaik, tak ada masalah tak ada keributan apa pun itu, semoga.
Untuk tentang Anggi, aku juga harap masalah ini tak akan lagi terulang.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.