2 - Ratih

121 10 2
                                    

Bayu POV

Seusai menelpon Bella, ada sepercik rasa kecewa dihatiku karena terpaksa kami harus membatalkan rencana liburan kami bulan Juni mendatang. Yaa, sekitar tiga minggu lagi.

Namun, karenanya, aku mendapatkan ide cemerlang yang membuatku tak bisa berhenti tersenyum.

Melamar Bella merupakan hal yang tak pernah kupikirkan sebelumnya. Tapi entah mengapa, hal tersebut tiba-tiba saja terlintas di otakku.

Well, mungkin otakku sudah mulai geser. Kami baru kelas dua! Dan kata-kata menikah itu masih jauuuh sekali. Tapi, setidaknya itu mengindikasikan bahwa aku serius dengan Bella.

Aku sudah mulai ingin tidur ketika melihat kalender di sebelah mejaku. Hari ini tanggal 13 May. Aku teringat akan hari jadiku dengan Bella tiga belas hari lagi.

Aku tersenyum geli mengingat betapa canggungnya aku dulu ketika menembaknya.

Yasudahlah, itu terlalu aib untuk kuceritakan. Yang penting sekarang, menyiapkan rencana sweet untuk annivku yang kedua dan jangan lupa,

Ulangan semester.

***

Pagi-pagi buta, aku sudah bangun. Aku segera mandi dan bersiap-siap sekolah. Rencananya, hari ini aku mau menjemput Bella ke sekolah.

Aku segera turun untuk sarapan.

Dari tangga, aku sudah melihat Papa sedang sarapan. Terkadang, aku selalu merasa bahwa Mama masih ada,  Mama masih ada di dapur menyiapkan sarapan untuk kami berempat. Tapi kenyataan menamparku agar aku sadar dari khayalanku. Mama sudah tenang diatas sana.

Aku menarik kursi di sebelah Papa dan duduk.

"Tumben banget, Bang? Udah bangun" Kata Nia, Adikku sambil meletakkan piring diatas meja makan.

"Mau jemput My Bell dulu" jawabku sambil mengedipkan mata.

Nia melengos sambil menarik kursi disampingku.

"Loh? Si Anto mana?" tanyaku sambil mengambil sebuah piring. Aku mengambil dua centong nasi goreng dan mulai memakannya.

"Tau tuh, katanya masuk jam 10. Karena gurunya pada rapat" jelas Nia. Aku hanya ber-oh ria.

Papa masih asyik membaca koran ketika aku sudah selesai makan dan ingin pamit.

"Bay, sekolah yang bener dulu ya.. Jangan asik pacaran" Papa menasehatiku. Aku hanya nyengir lalu pergi ke luar rumah dan melesat menuju rumah Bella dengan motorku.

***

Aku sampai di runah besar milik Bella tepat pukul 6 pagi. Aku segera mengetuk pintu rumah Bella. Dan aku pun disambut oleh salah satu pembantunya.

"Nyari siapa toh, Den? Pagi-pagi begini?" katanya.

"Mau ketemu sama Bella, Bi" jawabku.

"Bella? Non Ara kali Den"

"Iya, iya.. Maksud saya Ara. Aranya ada?"

"Oh, ada-ada... Masuk dulu aja Den, tuan sama nyonya juga lagi sarapan di dalam" Pembantu itu mempersilahkanku masuk. Aku masuk sambil tersenyum kikuk.

"Permisi Om, Tante" kataku.

Om Tyo langsung menoleh dan menyambutku.

"Oh, Bayu! Sini, sini! Temenin om sarapan dulu. Si Ara masih molor di kamarnya" ujar Om Tyo sambil menepuk-nepuk kursi makan di sebelah kanannya.

Aku mendekati Om Tyo dan menyalaminya. Aku juga menyalami Tante Salma, Bundanya Bella yang cemburuan, (kata Bella)

"Duh, Bayu kebetulan udah sarapan di rumah, tante, om"

ArabellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang