Entah sudah berapa kali aku menguap. Demi apapun, hari ini ngantuuuk banget! Pengen cepet-cepet pulang terus tiduran di kasur...
Ayaaah, Bella mau pulaaaang.
"ARABELLA!" Aku tersentak dan langsung menoleh ke arah Pak Armadi yang sudah menatapku garang. Mampus!
"I..iya Pak?" Jawabku tergagap.
"Kamu bisa jelasin lagi, apa yang tadi saya jelaskan?" Pak Armadi mulai memelankan intonasinya. Samar aku melihat bapak tua itu tersenyum meremehkanku. Aku memandang papan tulis berharap ada tulisan yang menjadi kunci dari penjelasan bapak itu namun sepertinya hanya zonk yang kudapatkan.
Bapak itu ternyata tidak menulis seujung huruf pun pada papan tulis. Argh! Kenapa sih, pelajaran fisika itu harus ada?!
"Ara, Ara" Bapak itu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gak usah lagi, kamu ikut pelajaran saya kalau kamu masih saja tidak menyimak saya. Sekarang, keluar saja kamu dari kelas!" Kata bapak itu pada akhirnya. Aku hanya menghela nafas pasrah.
Dengan langkah gontai, aku pun keluar kelas. Aku menutup pintu kelas dan berdiri di dinding pilar koridor. Aku menge-check arlojiku. Haaah, pelajaran bapak tua itu masih 90 menit lagi.
Bisa mati bosen gue! Tuhaaan, turunkanlah malaikatmu untuk hambamu yang cakep ini, ya Tuhan!
Setelah berdoa gak jelas dalam hati, aku hanya bisa mengedarkan pandanganku ke koridor yang sepi dan sunyi.
Aku meraba saku bajuku dan aku baru menyadari kalau ponselku berada dalam loker mejaku.
Double shit!
"Beellllaaaaaa" Aku mulai mendengar suara manja dari malaikat yang baru saja diutus Tuhan untuk menyelamatkanku.
"Hai" jawavku sambil tersenyum sumringah "Habis darimana lo?"
"Toilet" Dia memandangiku sesaat.
"Tapi kayaknya gue bakalan bolos pelajaran Bu Sumaini buat nemenin Putri gue disini yang kena hukuman" tambahnya lagi.
Aku tertawa lalu memeluknya. Memeluknya dengan erat sambil menghirup aroma parfumnya.
Bayu melonggarkan sedikit pelukanku agar kami berdua bisa duduk bersandar pada pilar koridor. Aku menyenderkan kepalaku di bahunya. Tangan kirinya juga merangkulku dan perlahan mengusap bahuku. Aku mulai memejamkan mataku. Nyaman sekali rasanya.
Dan perlahan, aku pun mulai tertidur...
***
Aku merasakan tubuhku bergerak. Aku mengerjapkan mata. Dan yang pertama kali kulihat adalah wajah manis Bayu.
"Heey, udah bangun? Sorry... Tadinya gak tega mau bangunin, tapi daripada ke-gap Pak Armadi berduaan di koridor, mending aku bangunin" jawabnya sambil tersenyum sehingga memperlihatkan lesung pipinya.
Aku mengangguk lemas lalu iapun men'cium' ku dengan ciuman khas kami. Hanya seperti kissbay, tapi bedanya ditempel ke pipi.
Aku mulai melihat Bayu memunggungiku dan punggungnya juga semakin jauh.
Aku kembali berdiri tegap ketika pintu kelasku terbuka dan tampaklah sesosok Bapak Armadi tercintah, yang sayangnya killer setengah mati.
Dengan kikuk aku menyalaminya.
"Jika saya menemukan kamu tidak fokus lagi di kelas saya, saya pastikan nilai kamu akan pas kkm. Itupun jika didukung dengan nilai-nilai ulangan kamu. Ingat itu, Ara!" Kata Bapak itu tegas dan aku hanya mengangguk. Tak lama, bapak itu pergi dan akupun masuk kembali ke kelas. Masih dengan wajah kusut, aku menghampiri mejaku dan menemukan Dysti cekikikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arabella
Dla nastolatkówKetika seorang gadis manja harus meninggalkan posisi nyamannya. Copyright © 2015 by Lizz-chan