Ardan POV
Gadis egois, menyebalkan, manja, dan semaunya sendiri. Itulah deskripsi dari seorang Arabella. Dari ia lahir pun, aku sudah tidak menyukainya.
Betapa dulu, aku selalu memandangnya dengan tatapan iri. Tapi tak lagi sekarang. Sekarang, ia berada dalam kontrolku. Akan kuajarkan dia, apa yang kurasakan dulu. Akan kuberi tahu dia, betapa beruntungnya dia. Dan akan kuberi tahu, penderitaan yang sebenernya.
***
"Jadwal lo! Nih, baca!" Aku menyodorkan selembar kertas persis di depan matanya yang masih terkantuk-kantuk. Ia sempat mengomel karena kusiram dengan air dingin, but who cares? Disini, ia tidak memiliki kekuasaan.
Justru, ocehan serta omelannya menjadi hiburan tersendiri bagiku.
Dahinya mengkerut saat melihat kertas itu.
"Apa-apaan, nih?! Lo kira gue pembantu?! Gak! Ini namanya pelanggaran hak asasi manusia!!" Ia melempar kertasnya.
"Yaah, lo mau belajar semua tentang rumahan kan? Berarti lo harus ngelakuin semua yang ada di daftar itu" jawabku tenang. Wajahnya memerah menahan kesal.
"Kalau gue gak mau? Lo bisa apa?!" tantangannya. Cewe kayak dia kalau diancem baru diem.
Gue harus nyari akal.
Aku menatapnya dengan tatapan intimidasi. Dia sama sekali tak kelihatan takut. Aku mulai maju selangkah, dan ia juga mundur selangkah. Aku tersenyum menyeringai. Aku mendekatkan wajahku dan berbisik di telinganya.
"Gue bisa aja ninggalin lo di tengah jalan, dan gue tinggal bilang ke ortu lo, kalo lo gak pernah nyampe di desa" kataku. Kepercayaan dirinya agak sedikit memudar, tapi ia masih memasang wajah tak takut.
"Ataaau, lo mau gue cium?" entah kenapa ide itu terlintas di pikiranku. Sumpah, aku hanya bercanda dalam mengatakannya namun sepertinya ia menganggap serius.
"Gue bisa ngelakuin lebih dari itu" sambungku lagi. Ia menutup mulutnya refleks.
"Okee, gue ngalah. Sekarang gue harus ngapain jam lima pagi, hm?" katanya pasrah.
Aku mulai tersenyum. "Lo bisa nyapu rumah ini dan harus selesai setengah enam. Kalau nggak, lo dapet hukuman" kataku. Ia menaikkan sebelah alis meremehkan.
"Kekuatan lo: NGANCEM ORANG!" Jeritnya lalu pergi dengan menghentak-hentakkan kakinya.
Ia kembali dengan membawa sebuah sapu. Ia mulai menyapu secara ogah-ogahan dari sudut ruangan ke sudut lainnya. Untuk orang yang kujamin jarang sekali menyapu, ia lumayan bagus. Yah, walaupun masih banyak sekali debu yang tertinggal, tapi aku masih bisa menyuruhnya untuk mengulang.
Bermenit-menit, aku hanya memandanginya. Terkadang ia mengelap keringatnya dan berhenti sebentar menghela nafas kelelahan. Namun ia langsung kembali menyapu. Sepertinya ia ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya.
Aku tersenyum miring meremehkan. Aku tahu bahwa ia mengomel dalam hati dan mengatakan sumpah serapah untukku. Biarlah. Aku hanya ingin melihatnya sedikit menderita. Ia sudah terlalu bahagia. Ia terlalu bahagia. Dan ini tak adil.
Ia tak tahu, jutaan orang diluar sana melakukan pekerjaan itu tiap harinya untuk mencari makan. Ia tak tahu, perasaan seorang bocah yang harus melakukan pekerjaan rumah disaat teman-teman sebayanya sibuk bermain. Ia tak tahu dan tak akan pernah tahu.
***
Bella POVDasar orang tak berperi kemanusiaan!
Ia membangunkanku jam setengah lima dengan mengguyurku dengan air dingin!! Air dingin!! Dan ia segera memaksaku mandi dengan air dingin pula.
Ia juga mengancamku yang tidak-tidak. Ia menyuruhku menyapu rumah, mengepel, memasak, mencuci, lari pagi, dan masih banyak lagi. Aku serasa dipekerjakan secara paksa.
Namun kadang, ada rasa kagum di diriku. Ia bisa melakukan semua pekerjaan rumah yang harusnya dilakukan oleh wanita. Bahkan masakannya bisa kuacungi jempol. Berbanding terbalik dengan masakanku.
Tapi, saat ia mulai memerintahku dengan perintah-perintahnya yang menyebalkan, aku selalu berpikiran untuk kabur saja. Atau mengacuhkan perintahnya. Tapi aku takut sekaligus penasaran dengan hukuman yang ia maksud.
Keesokan harinya, aku berusaha mati-matian untuk bangun sebelum jam setengah lima. Tentu saja aku tak mau kedinginan pagi-pagi. Aku segera pergi ke kamar mandi sambil membawa handuk.
Well, aku sebenarnya benar-benar nggak BETAH disini. Bayangkan saja, aku harus mulai membiasakan diri bangun pagi, membiasakan diri beberes rumah, membiasakan diri jika bertemu satu makhluk laknat— oh bukan, dua makhluk laknat bernama Ardan dan kecoa, membiasakan diri mandi air dingin dan membiasakan diri pula BAB di kloset jongkok. Ingin rasanya aku merengek, menangis atau apalah.
Tapi pada siapa? Aku gak punya tempat untuk curhat disini. Ardan malah sengaja mengurungku di kampung ini. Kadang tengah malam aku terbangun dalam keadaan menangis. Menangis memanggil Ayah dan Bunda. Aku ingin pulang. Sumpah.
Aku menghela nafas kasar sambil mengguyur tubuhku. Dan langsung saja, tubuhku bergetar karena kedinginan.
***
"Dari kentang segede bola tennis, setelah dikupas kenapa jadi segede bola bekel gini?" Tanyanya dingin. Aku mengerucutkan bibirku.
"Aish! Gak usah berisik deh" kataku sambil terus mengupas.
Ini aja udah kemajuan pesat tahu gak sih?
Dia yang mungkin gemas akhirnya mengambil pisauku.
Degdegdeg
Sialan! Jantungku dengan tidak sopannya berdegup lebih kencang kepada orang lain selain pacarku. Kepalaku kini benar-benar sudah menempel di dada bidangnya. Lengannya sudah mengalung di leherku sambil mempraktekkan caranya.
Wajahku memerah. Aku malu!
"Gini nih caranya. Lo ngupas kulit tapi setebel daging, mau makan apanya?!" Katanya. Aku tidak menanggapi. Aku lebih memilih mengatur nafasku.
"Ngomong sih, gampang" kataku. "Prakteknya susah"
"Coba lo pegang sendiri tuh, pisaunya" katanya sambil menyerahkan pisaunya padaku. Aku menerimanya dan mengambil kentang.
Tak kusangka tangannya ikut menggenggam tanganku dan menuntunku untuk mengupas kentang. Nafasku tercekat. Sungguh, aku sangat grogi jika begini terus.
Dan jangan sampai aku merasa nyaman. Jangan sampai. Cinta berawal dari perasaan nyaman. Itu karena aku takut akan jatuh padanya.
***
O em ji! Gue stuck abiss. Gilaa parah!Sebenernya gue udah libur, cuma ide gue berterbangan entah kemana. Ayo doong, vote #ngarep
Btw, judul partnya alay yah? -_- #karenagakadaide
8 Juni 2015

KAMU SEDANG MEMBACA
Arabella
Novela JuvenilKetika seorang gadis manja harus meninggalkan posisi nyamannya. Copyright © 2015 by Lizz-chan